NovelToon NovelToon

Marriage By Accident

Bab 1

Joshua seorang presdir entertainment, saat ini dia tengah menengok sang kakek yang sedang sakit parah.

"Josh, pergi cari calon tunanganmu, aku menyesal telah melarang hubungan kalian berdua." Sang kakek berkata sambil mata terpejam, "sebelum aku meninggal dunia aku ingin melihat dia menikah denganmu."

Joshua menatap album foto yang terpanjang di kamar sang kakek, di sana foto seorang gadis bermata hijau dan bersama keluarga Joshua.

"Tenanglah, Josh. Biar bibi yang menjaga kakek." Susan, adik ayahnya Joshua.

"Aku titip kakek ya, Bi." Joshua berjalan keluar.

"Tuan Muda." Anthony, sekretaris Joshua. "Saya telah menemukan orang yang mirip dengan tunangan anda, dia sedang menungu di lobby."

"Hallo Tuan." Wanita paruh baya menunduk hormat diikuti seorang gadis di sampingnya.

"Tuan, bagaimana dengan gadis ini?" Anthony bertanya.

Joshua berusaha mencari tunangannya yang hilang, namun sampai saat ini belum di temukan juga.

"Hasil tes DNA tidak cocok." Berarti gadis itu bukan tunangan yang dia cari, Joshua bersalaman dengan kedua wanita itu setelah melihat hasilnya dari surat DNA.

***

Valeria bekerja sebagai pemandu, dia memberikan kartu namanya pada para wisatawan.

"Hai tante cantik, saya pemandu wisata. Tolong hubungi saya di sini." Valeria tersenyum ramah namun tidak satupun dari mereka yang menanggapinya.

"Saya bisa berbahasa Mandarin dan arab." Valeria merasa sedikit senang melihat pria bule menerimanya, tapi pria itu hanya menatap sekilas lalu lanjut jalan.

Valeria seorang pekerja lepas dia tudak memiliki penghasilan yang tetap.

Roni sahabatnya menghampiri Valeria, "Vale, kau pasti capek."

Valeria menerima botol minuman, "Thanks Ron."

"Kakakmu tadi ada pulang ke rumah."Roni memeberikan kertas ke Valeria "ini dari Alex."

"Ron, aku titip ini." Valeria menaruh semua kartu dia dipangkuan Roni.

"Oke."

Di tempat pemandian umum pria, Valeria dengan percaya diri masuk. Para pria yang mandi sudah biasa dengan kehadiran Valeria, ada sebagian orang mengenal Valeria sebagai pria karena dandan valeria seperti pria.

Valeria memakai kaos hitam dan celana jeans, dia memiliki rambut sebahu.

Alex yang melihata adiknya ke sini segera beranjak dari kolam air panas, "Vale, ada apa kau ke sini."

"Apa maksudnya ini, Kak?" Valeria memeberikan kertas itu, "kau mau jual tanah?"

"Vale, hentikan kau menyakitiku." Alex berkata sambil pura-pura kesakitan saat Valeria memukuli bahunya. "Aku melakukannya karena kalah lagi."

"Dan kau memberikan taruhan itu pada tanah kita." Tambah Valeria dengan kesal. "Berhentilah berjudi, Lex."

"Tidak bisa," Alex pergi ke loker dan memakai pakaiannya.

"Kapan kita akan memiliki rumah yang tetap jik kau begini terus." Valeria berkata sambil mengacak rambutnya.

"Sudahlah Vale, aku pastikan rumah itu tetap jadi milik kita." Alex dengan santai merangkul adiknya. "Vale sudah lama kita tidak minum bersama."

Di warung tenda Alex memesan dua botol soju dan kulit bakar. Valeria tergiur dengan makanan favoritnya, dia membolak-balik kulit hingga matang.

Valeria merasa pusing dia telah menghabiskan satu botol soju, Alex memapahnya ke motel, tempat penginapan.

Alex mengaganti pakaian Valeria dengan seragam motel, baju kaos putih dan celana selutut warna pink, dia menaruh sesuatu sebelum pergi.

"Ah," Valeria memegang kepalanya yang berdenyut-denyut, dia membuka mata. Atap yang berbeda dari rumahnya, Valeria terbangun di samping ada obat pengar dan secarik kertas.

Di dalam surat itu berisi catatan Alex. Valeria meremas suratnya.

"Ron, kau lihat alex?" Valeria pulang kerumahnya, dia tak sengaja melewati Roni di gang rumah.

"Tidak, aku hanya lihat para pria berjas rapih datang ke rumahmu." Jelas Roni. "Itu mereka, Val."

Valeria melihat para pria berjas berlari ke arahnya.

"Hei, kau tahu saudara alex di mana?" salah satu pria itu bertanya pada Roni.

Valeria ingat semalam dalam keadaan mabuk, akex bilang kalau dia memilik hutang lain pada rentenir.

Roni menarik tangan Valeria dan berbisik. "Tubuh mereka sangat besar aku takut."

Valeria menatap sahabatnya yang tidak bisa membantu, Roni hanya membenarkan kecamatanya.

"Hei, dari tampangmu kau sedikit mirip dengan Alex !" seru salah satu pria itu.

"Bukan, bukan aku." Valeria berjalan mundur dan berlari.

Para rentenir mengejar Valeria.

Valeria terus berlari dan berhenti menatap pagar terkunci di depannya. Dibelakangnya rentenir masih mengejar dia.

Valeria memanjat pagar dan terjatuh di aspal dengan posisi tengkurap, hampir saja kepalanya mencium aspal.

Btt! Suara rem mendadak Vivian lihat ada mobil di depannya. Dengan posisi yang masih sama seperti tadi, dia menoleh ke pagar di sana rentenir hanya menontonnya.

Seorang pemuda turun dari mobil, Valeria melihat sepatu mengkilap pria itu.

"Nona, anda tidak apa-apa?" Pemuda itu bertanya padanya.

Valeria berpikir sesaat jika dia bangun mungkin rentenir itu akan menangkapnya. Ketika mata dia bertatapan dengan pemuda itu, Valeria pingsan.

"Nona!" Pemuda itu menggoyangkan bahu Valeria.

Ayolah bawa aku dari sini, Valeria terus berkata itu dalam hatinya. Dia tersenyum saat pemuda itu menggendongnya ke dalam mobil.

Saat mobil itu melaju Valeria membuka sebelah matanya, mengintip para rentenir yang berusaha memanjat pagar.

***

Di perjalanan Joshua sedang berteleponan dengan Susan, bibinya.

"Iya Bi, aku pasti membawanya pulang." Sebelah tangan Joshua mengambil botol air dan menggelinding ke bawah. Joshua menunduk mengambil air di bawah kakinya. Saat dia melihat ke depan ada orang di jalan dia mengeremnya.

"Bibi, sudah dulu ya!" Joshua mematikan panggilannya lalu menghampiri orang itu.

Ketika josh bertanya pada orang itu, dia tak menjawabnya hanya menggelengkan kepalanya dan terlihat gelisah. Lalu orang itu pingsan.

Joshua membawanya ke rumah sakit, dia menunggu orang itu siuman dulu.

"Dok, gimana keadaannya?"

"Hanya mengalami gejala syok saja, Tuan." Sahut dokter, "sebentar lagi juga siuman."

Joshua sepuluh menit lagi ada rapat, dia harus segera pergi. Joshua merogoh saku jasnya dan memberikan kartu ke perawat.

"Tolong nanti kalau dia bangun hubungi saya."

Si perawat tertegun melihat kartu nama itu. "Baik Tuan."

Joshua terpikirkan dengan orang yang pingsan itu, dia mirip dengan seseorang. Sekarang Joshua sedang rapat di kantornya.

Setengah jam kemudian Joshua keluar dan pergi menuju ruangan kantor pribadi.

Anthony mengikuti dia.

Anthony memberikan file, "Tuan ini hasil revisi ulang."

"Oke." Joshua meneliti file itu. "Ini lebih baik."

"Tuan, saya tidak menemukan orang yang bisa menerjemahkan bahasa jepang."

"Kau boleh keluar!" Joshua menenangkan dirinya. Dia memiliki jiwa yang tenang dan tidak mudah marah. Malam ini dia memiliki jadwal pertemuan dengan perusahaan jepang. Tapi joshua tidak bisa bahasa jepang, dia menyuruh Anthony mencari orang yang mengerti bahasa itu.

"Tuan, seseorang di lobby ingin bertemu anda, dia juga punya kartu nama anda."

"Siapa?"

"Resepsionis bilang dia Valeria dari rumah sakit ." Sahut Anthony.

"Oh." Joshua kembali menatap layar komputer. Darinya namanya sepertinya perempuan namun dandanan dia semacam pria.

"Tuan, apakah saya mengusir dia?" Anthony merasa jika Joshua tidak mengenalinya.

Bab 2

"Tolong sambungkan ke rumah sakit sae." Joshua memencet telepon kantor.

Telepon tersambung ke rumah sakit.

"Aku ingin mengetahui, apakah pasien kecelakaan mobil sudah siuman?" tanya Joshua,.

"Apa kau yang bertanggung jawab atas registrasinya? Pasien itu bahkan tidak mengambil tasnya dan pergi begitu saja." Jawab seorang petugas rumah sakit.

30 menit kemudian, tas milik Valeria ada di kantornya, Joshua penasaran dengan isi di dalam tas itu, dia membukanya.

Ada pakaian yang kusut sepertinya belum di cuci, Joshua mengeluarkan lagi isi di dalamnya hanya ada buku notebook, pulpen, dan kartu identitas Valeria.

Joshua menatap kartu identitasnya Valeria dengan lama. "Tempat lahirnya di Jepang."

"Ada apa?" tanya Joshua ketika Anthony menghampirinya.

"Tuan, ada kendala dengan pertemuan dengan para investor." Sahut Anthony, "penerjemah bahasa jepang telah mengundurkan diri."

"Coba kau cari diantara para staf kantor yang bisa bahasa jepang." Ucap Joshua dengan tenang.

"Baik."

***

Di sisi sungai Valeria sedang makan nasi padang pemberian Roni.

"Apa kau ingin aku mengambilkan tasmu di rumah sakit?" tanya Roni sambil melihat Valeria makan dengan lahap.

"Biarkan saja, aku yakin itu tidak akan hilang." Sahut Valeria. "Tidak ada sesuatu yang berharga di sana."

"Presdir entertainment," Valeria sekarang berada di luar gedung kantor entertainment. "Jika aku minta kompensasi 'kecelakaan mobil' 1 milliar."

"Vale, sepertinya itu tidak akan diberikan." Roni dengan cemas, "kau bakal di anggap pemeras."

"Lihatlah kau bahkan tidak memiliki lecet di manapun, kau sehat." Jelas Roni.

Valeria melihat dirinya sendiri, "hm bener juga."

"Tapi aku merasa pusing, Roni." Valeria memegang kepalanya.

Roni tahu temannya sangat butuh uang dan memiliki sifat keras kepala. "Bagaimana kalau kompensasi 'stress mental'?"

Valeria bertepuk tangan, "ide yang bagus, Ron. Thanks sudah mengantarku ke sini."

Valeria berjalan dengan percaya diri ke resepsionis kantor.

"Begini, aku ingin bertemu dengan Presdir entertainment."

Valeria menatap wanita itu segera menyambungkan teleponnya.

"Tuan, ada seorang wanita yang mencari anda."

"Bagaimana?" tanya Valeria saat melihat resepsionis itu menurunkan teleponnya.

Resepsionis mengangguk.

"Tuh kan sudah ku bilang dia pasti mengenalku." Ucap Valeria pada resepsionis wanita itu.

Resepsionis menatap aneh dengan dandan wanita itu rambut di potong seperti laki-laki dan sedikit tomboy.

Valeria memandang kantor milik Joshua, sangat rapih dan luas. Dia sibuk melihat-lihat hingga sadar kalau Joshua sedang menatapnya sedari tadi.

Valeria melihat Joshua duduk di sofa, dia ikut duduk di sofa lain.

Valeria menaruh siku tangan kanan di kepala sofa, Joshua terus menatapnya. Valeria membenarkan posisi duduknya dengan sopan.

Joshua tidak tahan dengan kelakuan Valeria, dia tertawa kecil. "Syukurlah kau tidak cedera, aku khawatir."

"Itu 'kecelakaan mobil' bagaimana dengan kompensasi?" tanya Valeria.

"Dokter mengatakan kau pingsan karena mengalami gajala shok, bukan kecelakaan mobil." Sahut Joshua.

Valeria tak mau kalah "tapi itu membuatku takut dan pikiranku juga berdampak besar."

Valeria ingat sesuatu "aku bahkan kehilangan sesuatu yang berharga."

Joshua tersenyum kecil sambil menyodorkan tas gendong milik Valeria. "Ini barangmu."

Valeria mengambilnya dan melangkahkan kakinya tepat di samping Joshua "begini, tentang kompensasi mental stress..."

Valeria ingat Joshua hanya membayar biaya rumah sakit saja, "tidakkah kau pikir hanya memberikan kompensasi sedikit?"

Joshua menatap Valeria "Iyakan? Ini pertama kalinya aku mengalami kecelakaan jadi aku tidak berpengalaman dengan ini."

"Tentang kompensasi mental aku akan bertanya dengan pengacaraku." Lanjut Joshua.

Valeria menatap tak percaya, "pengacara?"

Valeria tak mau kalah lagi, "baiklah aku akan bicara pada pengacaraku juga, pengacara Lan."

"Kalau begitu sampai jumpa!" Valeria memberi hormat perpisahan dan dibalas anggukan Joshua.

"Pengacara Lan." Setelah keluar dari ruangan Valeria mengulang ucapannya, dia merasa kesal tidak diberikan kompensasi.

Hidupnya saja susah, mau berurusan dengan pengacara dengannya. Yang benar saja.

Untung Valeria ingat dengan tokoh pengacara di film, dia dengan asal menyebutkan nama pengacara.

Valeria mengira kalau bertemu dengan Presdir Entertainment permasalahan keuangan dia bisa teratasi. Tapi dia malah mendapatkan shok dengan perlakuan Joshua. Pantesan dia pernah dengar semakin kau kaya, maka kau akan semakin pelit.

Masih di lorong kantor Joshua, Valeria berjalan menuju lift kantor.

***

Joshua tersenyum setelah kepergian Valeria. Dia melihat kartu identitas Valeria yang tergelatak di meja, Joshua mengambilnya dan menatap lama lagi. Dia teringat sesuatu hal.

Benar, dia membutuhkan seorang penerjemah bahasa jepang dan kebetulan Valeria lahir di Jepang. Dia pikir bisa saja Valeria juga mahir bahasa itu.

Joshua bergegas keluar dari kantor dan mengejar Valeria. Ini pertama kalinya dia berlari di kantornya sendiri.

Tepat saat melihat ke arah lift yang terbuka di sana ada Valeria yang menundukkan kepalanya. Joshua dengan cepat menahan lift agar tidak tertutup.

Joshua mengatur nafasnya, "Nona Valeria bukankah ada yang harus kita bicarakan."

"Ya tentu saja." Jawab Valeria yang kebingungan. "Ada apa?"

"Kau bisa berbahasa Jepang?" tanya Joshua.

"Jepang?"

"Bagaimana dengan tempat ini?" Valeria menerjemahkan pertanyaan Joshua pada investor. Valeria berpakain kostum jepang.

"Ini tempat yang sejuk dan menyenangkan, aku suka, aku senang." Ucap salah satu investor itu.

"Kau suka?" tanya Valeria sambil tersenyum ramah.

"Iya."

Investor jepang mengepalkan tangan di atas dadanya "terimakasih telah mengundang kami makan malam di mansion."

"Dia mengatakan mansion anda sejuk." Jelas Valeria pada Joshua "dia juga mengatakan terimakasih telah mengundang kami ke mansion Anda."

"Terimakasih atas pujianmu!" Joshua memberi hormat lalu menatap mansion. "Tempat ini hampir tidak di tempati, jika anda menyukainya saya akan meminjamkannya untuk anda."

Valeria mengartikan ucapan Joshua dan disambut senang investor.

"Dia bilang terimakasih." Ucap Valeria pada Joshua.

Joshua mengajak investor masuk ke dalam.

Valeria terdiam di tempat dan tersenyum melihat sekeliling mansion yang luas. Tidak ada yang tinggal di sini. Sayang sekali.

Beberapa pelayan menyajikan makanan di meja makan. Valeria tergiur menatap makanan lezat. Dia sampai melongo takjub dengan menu makanan hanya bisa dimakan oleh orang kaya.

Investor menatap Joshua "Semua makanan sangat enak."

Joshua diam dan menunggu Valeria mengartikan.

"Dia mengatakan semua hidangan luar biasa." Ucap Valeria sambil fokus melihat-melihat makanan.

"Ini disiapkan oleh koki terbaik, aku tidak yakin anda akan suka dengan makanan buatannya." Ucap Joshua.

Kedua investor menatap Valeria.

"Makanan ini dibuat oleh koki terhebat. Kami akan senang jika anda menyukainya."

"Pantas rasanya sangat lezat, ternyata kokinya terbaik. Aku suka." Jawab salah satu investor.

Investor satunya memegang sayap ayam. "Nona, dari mana anda membeli ayam yang bagus."

Valeria mengartikannya dengan lesu, dia sangat ingin makan.

Saat Valeria akan memakan roti, investor itu kembali bertanya.

Valeria menaruh kembali rotinya dan menulis, "tadi anda bilang apa?"

Salah satu investor menepuk bahu Valeria hingga pulpennya terjatuh. "Nona anda tidak perlu bekerja keras, makanlah."

Para investor tertawa.

Valeria menatap Joshua, "Tuan, mereka bilang saya boleh makan sambil kerja."

Joshua mengangguk.

Valeria memotong steak dengan semangat, Joshua yang melihat itu langsung tersenyum.

"Terimakasih atas makan malamnya." ucap investor.

"Saya senang dengan penerjemah seperti anda." salah satu investor.

"Terimakasih kembali." Valeria dengan ramah, "jika kalian ingin melihat wisata yang indah, saya tahu tempatnya."

Valeria mempromosikan dirinya.

"Kau mengatakan apa yang terakhir?" tanya Joshua setelah kepergian investor.

"Hanya salam perpisahaan." sahut Valeria. "Mana hajiku?"

Joshua mengambil amplop di saku jasnya.

Mata Valeria berbinar-binar melihat amplop tebal.

"Tolong ganti segera baju itu." Joshua menatap pakaian kostum yang dipakai Valeria.

"Ya." Valeria memandang sekeliling mansion "Tuan, apa bener di tempat ini kosong?"

"Ya." Joshua menatap curiga. "pulang barengan denganku?"

"Tidak, rumah saya dekat sekitar sini." Sahut Valeria.

Valeria masuk ke kamar mansion itu dan mengganti pakaiannya, di meja kecil ada poto Joshua. Sepertinya ini kamar Joshua.

Kasur yang empuk membuat Valeria enggan beranjak dari sana.

Valeria mendapatkan pesan dari Roni, di rumah Valeria ada para rentenir yang setia menunggu di sana. Gawat jika Valeria pulang sekarang bisa-bisa dia ditangkap mereka.

Valeria berdiri di depan gerbang mansion dan menatap mobil Joshua melaju keluar mansion. Valeria bersembunyi sambil melihat kedua petugas perawat mansion sedang keluar.

Setelah melihat keadaan mulai aman, Valeria berdiri di depan gerbang yang tergembok. Dia melihat mansion yang gelap, penerang lampu dimatikan semua.

Bab 3

Joshua menonton televisi acara kompetisi seniman. Dia mengenal wanita seniman yang di telivisi itu, Monica.

Joshua mendengar hasil penilaian juri dan mengumumkan pemenang kompetisi seniman 2023 adalah Monica dari Indonesia.

Joshua langsung mematikan televisinya. Tadi hujan sangat deras, jalan berlas lumpur banyak genangan airnya.

"Josh, kau tidak akan menginap lagi di sini?" Mandy, paman Joshua di desa.

"Tidak, aku memiliki banyak pekerjaan di kantor." Sahut Joshua sambil memasukkan barang-barang ke dalam bagasi mobil.

"Hati-hati di jalan belokan sana ada lumpur yang dalam." Ucap Mandy.

Joshua mengangguk dan masuk ke dlaam mobilnya.

Joshua merasa lega setelah melewati jalan lumpur, dia yakin pasti mobilnya kotor. Dia berinsiatif untuk kembali ke Mansionnya. Karena perjalanan ke kantor masih jauh. Dia lebih baik ke mansion saja karena lebih dekat.

Joshua menerima panggilan dari Anthony.

"Apa file yang dua hari lalu?" Joshua mengambil file di dalam tas kerjanya, dengan sebelah tangan. Filenya terkait dengan resleting tas, Joshua melihat ke depan ingin memberhentikan mobilnya tapi seseorang orang mengejar mobilnya, joshua melihat di kaca spion. Joshua mengerem mobilnya.

Tok! Orang itu mengetuk kaca mobil Joshua.

"Tuan."

Valeria.

***

Valeria tinggal di mansion milik Joshua, tanpa sepengetahuan pemiliknya. Semalaman Valeria tidak bisa tidur memikirkan soal Alex. Alex sedang bersembunyi di tempat mobil rongsokan, Valeria sangat menyayangi kakaknya. Dialah satu-satunya keluarga Valeria.

Alex ingin pergi ke paris dan bekerja di sana, Valeria tidak punya uang untuk membeli tiket pesawat.

Dia mengamati mansion Joshua, Valeria telah mengelap meja dan pas bunga yang berdebu. Dia tidak ingin cuma-cula tinggal di sini. Valeria pergi ke halaman dan menyapu dengan semangat lalu mencabut rumput liar. Dia sudah kelelahan dari pagi hari sampai siang hari melakukan rutinitas bersih-bersih.

Valeria berjalan menuju aquarium disana ada ikan hias, Valeria memberikan makan untuk ikan, "dengar, aku kasihan sekali kalian pasi lapar, jadi makanlah yang banyak."

Merasa bosan, Valeria berjalan mengelilingi Mansion dia melihat ada bunga lavender yang berjatuhan. Valeria mengambil bunga yang berjatuhan.

Dia memiliki ide berlian untuk menghasilkan uang.

Di sisi jalan Valeria menjual bunga lavender.

Valeria bahagia jualannya telah laris semua, padahal dia membuat ratusan ikat bunga.

Valeria menghitung jumlah jualannya dan mendapatkan uang tak terduga.

Ke esokan harinya valeria kembali berjualan di tempat kemarin, karena tempat itu ramai dengan sepasang kekasih yang sedang berkencan dan wisatawan. Mobil pick up hitam berhenti, dia Roni sahabat Valeria.

"Kau sudah keterlaluan Valeria." Teriak Roni, "kau tiak takut mereka akan melaporkanmu?"

"Ron, kau tahu aku seorang pengangguran yang butuh pekerjaan." Valeria tidak memiliki job selama sebulan lebih, baru kemarin dapat kerja dari Joshua.

"Tapi ini salah, Vale." Roni melihat bunga yang indah dan pasti kualitas terbaik. "Ini bahkan bukan kebun milikmu."

"Ron, kau mau apa." Valeria memegang mejanya ketika roni mengangkat meja itu.

"Berhentilah Valeria, kau mau jadi sperti dulu lagi?" tanya Roni.

Dulu Valeria pernah menipu pemilik perushaaan kopi dan dia menjadi buronan. Makanya Valeria suka berpindah-pindah tempat tinggal dengan kakaknya. Hidupnya begitu sulit ketika kehilangan orangtuanya.

Treng! Suara kaleng jatuh.

Valeria berteriak dan berlari ke jalan memungut uangnya yang berhamburan di sana. Valeria lupa menutup kaleng bekas wafer yang isinya uang hasil jualan bunga hari ini.

Roni membantu Valeria memungut uang itu. "Kenapa kau menaruh uang di kaleng sih?"

"Aku pernah dengar kalo mau jualannya laris uangnya harus di simpan di dalam kaleng."

"Tuan." Valeria mengetuk kaca mobil hitam.

Uangnya menempel di ban mobil orang itu, dengan tak sabaran Valeria mengetuk keras kaca mobil itu.

"Tuan lihatlah anda telah membuat uang saya kotor." Valeria berteriak, saat kaca mobil terbuka dia tiba-tiba terdiam melihat siapa orang yang menyetir mobil itu.

"Nona Valeria, ada apa?" Joshua sambil menurunkan kacamata hitamnya.

Valeria menggeleng ketika melihat joshua turun dari mobilnya.

"Apa semua itu ulahku?" Joshua melihat uang yang berlumuran tanah di jalanan.

"Tidak apa-apa. Itu tidak masalah Tuan." Valeria tidak tahu bakalan ketemu lagi dengan Joshua.

"Biar aku ganti uangmu," Joshua mengambil cek di dompetnya.

"Tidak usah, Tuan." Tolak Valeria ketika Joshua memberikannya sebuah cek.

Joshua menyimpan di saku kemeja Valeria. "Aku merasa bersalah, kau sangat butuh uang itu!"

Valeria merasa tak tenang dia sendiri yang seharusnya merasa bersalah, karena menjual bunga milik orang itu.

Tapi sepertinya Joshua tidak mepertanyakan pekerjaannya. Valeria kembali tenang.

"Kalau begitu sampai jumpa." Joshua naik mobilnya.

"Vale, siapa dia?" Roni menghampiri Valeria.

"Dia Joshua." Valeria mengambil bunga yang dipegang Roni.

Roni terkejut ternyata orang itu pemilik bunga itu.

"Tuan, ini hadiah untuk anda." Ucap Valeria sambil menaruh di samping kursi yang kosong.

Joshua melihat kaca spion, di belakang ada yang jualan bunga.

"Saya membelinya di sana." Jelas Valeria.

"Oke, terimakasih."

***

Joshua telah sampai di mansion.

Di ruangan tamu dia merebahkan dirinya dia atas sofa. Dia teringat denga bunga pemberian Valeria, Joshua kembali ke garasi mobil dan mengambil bunga itu.

Aromanya enak, Joshua akan menyimpan itu di kamarnya.

Joshua menemukan pakaian wanita di atas kasurnya. Siapa orang yang berani masuk ke mansionnya, Joshua menuruni tangga dan mencari keberadaan orang yang tinggal di mansion. Di ruang makan dia melihat piring kotor di wastafel.

Sudah setengah dia tidak menemukannya, hanya ada satu tempat yang belum dia periksa. Joshua pergi ke kebun bunga, dia melihat sebagian bunga ada yang memetiknya.

"Siapa kau?" Joshua menatap punggung seorang yang sedang berdiri membelakanginya.

Kelihatannya orang itu terkejut hingga menjatuhkan gunting. Joshua melihat bunga yang di petik oleh orang itu.

Valeria.

Di kamar Joshua, Valeria memasukkan pakaiannya ke dalam tas. Joshua mengamatinya.

"Tuan saya sudah mengembalikan semua uang hasil jualan bunga anda." Valeria menunduk menatap lantai.

Joshua telah bertanya kenapa Valeria menjual bunga dan tinggal di mansion. Valeria ingin membeli tiket pesawat dan menjenguk kedua orang tuanya.

"Oke, kalau begitu kau tinggalkan mansion ini sekarang." Joshua tudak jadi melaporkan valeria, dia merasa kasihan dengannya.

Valeria tidak bergeming dan terus menatap uang yang telah ia kumpulkan hasil kerja kerasnya 2 hari. "Anda berjanji tidak akan melaporkan saya?"

"Sungguh dia benar-benar pelit sekali." Gerutu valeria di luar mansion.

"Kalau dia punya hati nurani, mungkin dia bakal meberiku uang kompensasi jualan bunga."

Joshua melajukan mobilnya dia tidak jadi menginap di mansion, ada rapat dadakan di kantornya.

cuaca mendung di sore hari sepertinya akan turun hujan, di tempat halte bus Joshua melihat Valeria sedang duduk di sana.

"Mau bareng denganku?" Joshua membuka kaca mobilnya.

"Tidak, saya akan naik bus saja." Sahut Valeria.

"Tuan, turunkan saya di depan toko itu!" Valeria merasa lapar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!