"Tolong sambungkan ke rumah sakit sae." Joshua memencet telepon kantor.
Telepon tersambung ke rumah sakit.
"Aku ingin mengetahui, apakah pasien kecelakaan mobil sudah siuman?" tanya Joshua,.
"Apa kau yang bertanggung jawab atas registrasinya? Pasien itu bahkan tidak mengambil tasnya dan pergi begitu saja." Jawab seorang petugas rumah sakit.
30 menit kemudian, tas milik Valeria ada di kantornya, Joshua penasaran dengan isi di dalam tas itu, dia membukanya.
Ada pakaian yang kusut sepertinya belum di cuci, Joshua mengeluarkan lagi isi di dalamnya hanya ada buku notebook, pulpen, dan kartu identitas Valeria.
Joshua menatap kartu identitasnya Valeria dengan lama. "Tempat lahirnya di Jepang."
"Ada apa?" tanya Joshua ketika Anthony menghampirinya.
"Tuan, ada kendala dengan pertemuan dengan para investor." Sahut Anthony, "penerjemah bahasa jepang telah mengundurkan diri."
"Coba kau cari diantara para staf kantor yang bisa bahasa jepang." Ucap Joshua dengan tenang.
"Baik."
***
Di sisi sungai Valeria sedang makan nasi padang pemberian Roni.
"Apa kau ingin aku mengambilkan tasmu di rumah sakit?" tanya Roni sambil melihat Valeria makan dengan lahap.
"Biarkan saja, aku yakin itu tidak akan hilang." Sahut Valeria. "Tidak ada sesuatu yang berharga di sana."
"Presdir entertainment," Valeria sekarang berada di luar gedung kantor entertainment. "Jika aku minta kompensasi 'kecelakaan mobil' 1 milliar."
"Vale, sepertinya itu tidak akan diberikan." Roni dengan cemas, "kau bakal di anggap pemeras."
"Lihatlah kau bahkan tidak memiliki lecet di manapun, kau sehat." Jelas Roni.
Valeria melihat dirinya sendiri, "hm bener juga."
"Tapi aku merasa pusing, Roni." Valeria memegang kepalanya.
Roni tahu temannya sangat butuh uang dan memiliki sifat keras kepala. "Bagaimana kalau kompensasi 'stress mental'?"
Valeria bertepuk tangan, "ide yang bagus, Ron. Thanks sudah mengantarku ke sini."
Valeria berjalan dengan percaya diri ke resepsionis kantor.
"Begini, aku ingin bertemu dengan Presdir entertainment."
Valeria menatap wanita itu segera menyambungkan teleponnya.
"Tuan, ada seorang wanita yang mencari anda."
"Bagaimana?" tanya Valeria saat melihat resepsionis itu menurunkan teleponnya.
Resepsionis mengangguk.
"Tuh kan sudah ku bilang dia pasti mengenalku." Ucap Valeria pada resepsionis wanita itu.
Resepsionis menatap aneh dengan dandan wanita itu rambut di potong seperti laki-laki dan sedikit tomboy.
Valeria memandang kantor milik Joshua, sangat rapih dan luas. Dia sibuk melihat-lihat hingga sadar kalau Joshua sedang menatapnya sedari tadi.
Valeria melihat Joshua duduk di sofa, dia ikut duduk di sofa lain.
Valeria menaruh siku tangan kanan di kepala sofa, Joshua terus menatapnya. Valeria membenarkan posisi duduknya dengan sopan.
Joshua tidak tahan dengan kelakuan Valeria, dia tertawa kecil. "Syukurlah kau tidak cedera, aku khawatir."
"Itu 'kecelakaan mobil' bagaimana dengan kompensasi?" tanya Valeria.
"Dokter mengatakan kau pingsan karena mengalami gajala shok, bukan kecelakaan mobil." Sahut Joshua.
Valeria tak mau kalah "tapi itu membuatku takut dan pikiranku juga berdampak besar."
Valeria ingat sesuatu "aku bahkan kehilangan sesuatu yang berharga."
Joshua tersenyum kecil sambil menyodorkan tas gendong milik Valeria. "Ini barangmu."
Valeria mengambilnya dan melangkahkan kakinya tepat di samping Joshua "begini, tentang kompensasi mental stress..."
Valeria ingat Joshua hanya membayar biaya rumah sakit saja, "tidakkah kau pikir hanya memberikan kompensasi sedikit?"
Joshua menatap Valeria "Iyakan? Ini pertama kalinya aku mengalami kecelakaan jadi aku tidak berpengalaman dengan ini."
"Tentang kompensasi mental aku akan bertanya dengan pengacaraku." Lanjut Joshua.
Valeria menatap tak percaya, "pengacara?"
Valeria tak mau kalah lagi, "baiklah aku akan bicara pada pengacaraku juga, pengacara Lan."
"Kalau begitu sampai jumpa!" Valeria memberi hormat perpisahan dan dibalas anggukan Joshua.
"Pengacara Lan." Setelah keluar dari ruangan Valeria mengulang ucapannya, dia merasa kesal tidak diberikan kompensasi.
Hidupnya saja susah, mau berurusan dengan pengacara dengannya. Yang benar saja.
Untung Valeria ingat dengan tokoh pengacara di film, dia dengan asal menyebutkan nama pengacara.
Valeria mengira kalau bertemu dengan Presdir Entertainment permasalahan keuangan dia bisa teratasi. Tapi dia malah mendapatkan shok dengan perlakuan Joshua. Pantesan dia pernah dengar semakin kau kaya, maka kau akan semakin pelit.
Masih di lorong kantor Joshua, Valeria berjalan menuju lift kantor.
***
Joshua tersenyum setelah kepergian Valeria. Dia melihat kartu identitas Valeria yang tergelatak di meja, Joshua mengambilnya dan menatap lama lagi. Dia teringat sesuatu hal.
Benar, dia membutuhkan seorang penerjemah bahasa jepang dan kebetulan Valeria lahir di Jepang. Dia pikir bisa saja Valeria juga mahir bahasa itu.
Joshua bergegas keluar dari kantor dan mengejar Valeria. Ini pertama kalinya dia berlari di kantornya sendiri.
Tepat saat melihat ke arah lift yang terbuka di sana ada Valeria yang menundukkan kepalanya. Joshua dengan cepat menahan lift agar tidak tertutup.
Joshua mengatur nafasnya, "Nona Valeria bukankah ada yang harus kita bicarakan."
"Ya tentu saja." Jawab Valeria yang kebingungan. "Ada apa?"
"Kau bisa berbahasa Jepang?" tanya Joshua.
"Jepang?"
"Bagaimana dengan tempat ini?" Valeria menerjemahkan pertanyaan Joshua pada investor. Valeria berpakain kostum jepang.
"Ini tempat yang sejuk dan menyenangkan, aku suka, aku senang." Ucap salah satu investor itu.
"Kau suka?" tanya Valeria sambil tersenyum ramah.
"Iya."
Investor jepang mengepalkan tangan di atas dadanya "terimakasih telah mengundang kami makan malam di mansion."
"Dia mengatakan mansion anda sejuk." Jelas Valeria pada Joshua "dia juga mengatakan terimakasih telah mengundang kami ke mansion Anda."
"Terimakasih atas pujianmu!" Joshua memberi hormat lalu menatap mansion. "Tempat ini hampir tidak di tempati, jika anda menyukainya saya akan meminjamkannya untuk anda."
Valeria mengartikan ucapan Joshua dan disambut senang investor.
"Dia bilang terimakasih." Ucap Valeria pada Joshua.
Joshua mengajak investor masuk ke dalam.
Valeria terdiam di tempat dan tersenyum melihat sekeliling mansion yang luas. Tidak ada yang tinggal di sini. Sayang sekali.
Beberapa pelayan menyajikan makanan di meja makan. Valeria tergiur menatap makanan lezat. Dia sampai melongo takjub dengan menu makanan hanya bisa dimakan oleh orang kaya.
Investor menatap Joshua "Semua makanan sangat enak."
Joshua diam dan menunggu Valeria mengartikan.
"Dia mengatakan semua hidangan luar biasa." Ucap Valeria sambil fokus melihat-melihat makanan.
"Ini disiapkan oleh koki terbaik, aku tidak yakin anda akan suka dengan makanan buatannya." Ucap Joshua.
Kedua investor menatap Valeria.
"Makanan ini dibuat oleh koki terhebat. Kami akan senang jika anda menyukainya."
"Pantas rasanya sangat lezat, ternyata kokinya terbaik. Aku suka." Jawab salah satu investor.
Investor satunya memegang sayap ayam. "Nona, dari mana anda membeli ayam yang bagus."
Valeria mengartikannya dengan lesu, dia sangat ingin makan.
Saat Valeria akan memakan roti, investor itu kembali bertanya.
Valeria menaruh kembali rotinya dan menulis, "tadi anda bilang apa?"
Salah satu investor menepuk bahu Valeria hingga pulpennya terjatuh. "Nona anda tidak perlu bekerja keras, makanlah."
Para investor tertawa.
Valeria menatap Joshua, "Tuan, mereka bilang saya boleh makan sambil kerja."
Joshua mengangguk.
Valeria memotong steak dengan semangat, Joshua yang melihat itu langsung tersenyum.
"Terimakasih atas makan malamnya." ucap investor.
"Saya senang dengan penerjemah seperti anda." salah satu investor.
"Terimakasih kembali." Valeria dengan ramah, "jika kalian ingin melihat wisata yang indah, saya tahu tempatnya."
Valeria mempromosikan dirinya.
"Kau mengatakan apa yang terakhir?" tanya Joshua setelah kepergian investor.
"Hanya salam perpisahaan." sahut Valeria. "Mana hajiku?"
Joshua mengambil amplop di saku jasnya.
Mata Valeria berbinar-binar melihat amplop tebal.
"Tolong ganti segera baju itu." Joshua menatap pakaian kostum yang dipakai Valeria.
"Ya." Valeria memandang sekeliling mansion "Tuan, apa bener di tempat ini kosong?"
"Ya." Joshua menatap curiga. "pulang barengan denganku?"
"Tidak, rumah saya dekat sekitar sini." Sahut Valeria.
Valeria masuk ke kamar mansion itu dan mengganti pakaiannya, di meja kecil ada poto Joshua. Sepertinya ini kamar Joshua.
Kasur yang empuk membuat Valeria enggan beranjak dari sana.
Valeria mendapatkan pesan dari Roni, di rumah Valeria ada para rentenir yang setia menunggu di sana. Gawat jika Valeria pulang sekarang bisa-bisa dia ditangkap mereka.
Valeria berdiri di depan gerbang mansion dan menatap mobil Joshua melaju keluar mansion. Valeria bersembunyi sambil melihat kedua petugas perawat mansion sedang keluar.
Setelah melihat keadaan mulai aman, Valeria berdiri di depan gerbang yang tergembok. Dia melihat mansion yang gelap, penerang lampu dimatikan semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments