Chapter 20

"Papa mau avocado cake?" tanya Allura seraya mendekati ayahnya yang tengah asyik duduk sendiri di teras depan seraya menikmati secangkir teh hangat. Perempuan itu menyodorkan beberapa potong kue yang ditata rapi di atas piring ke hadapan ayahnya. Entah, Allura ingin sekali lagi mendengar sesuatu yang menjurus kesamaan antara Shaquille dengan Arga. Sejak kepulangannya setelah pergi berdua dengan Shaquille, pikiran Allura semakin terjejal oleh hal-hal yang ia sendiri sadari tak seharusnya ada. Namun, membohongi diri dengan berpura-pura tak peduli pun sudah tak ada guna. Berat bagi Allura.

Arga memundurkan wajahnya ketika aroma alpukat itu menyeruak ke indra penciuman dan cukup mengganggu. "Allura, kamu tahu Papa nggak suka dengan aroma alpukat," tukas Arga dengan nada terdengar kesal. Bisa-bisanya Allura dengan sengaja menyodorkan sesuatu yang tak ia sukai. Ia menatap putrinya dengan tatapan tak percaya. Sedang manusia yang ia tatap hanya membalas tatapannya dengan tatapan kepalang santai seraya mendaratkan bokong di kursi yang berseberangan meja dengan Arga.

"Ya kali saja Papa sudah mulai suka," balas Allura dengan enteng. Kemudian, ia menjejal mulutnya dengan sepotong kue buatan Yoanna. Tak lama setelah itu, Allura menunjukkan senyum lebarnya. Ekspresi Arga terlihat sangat lucu sekarang. Wajah kesal itu sukses ingin membuat Allura tergelak. Namun, Allura harus menahannya untuk menjaga agar Arga tidak murka.

"Sekali nggak suka, ya, tetap saja nggak suka, Allura. Kamu ini gimana sih."

Hening. Allura tak menanggapi lagi ucapan Arga. Sampai tiba pada detakan detik yang memaksa Allura untuk angkat suara. "Pa, berapa banyak orang di dunia ini yang memiliki kesamaan?" tanya Allura tanpa mengalihkan pandangan ke arah Arga. Ia masih memilih untuk menatap lurus ke depan. Menembus sepetak rerumputan hijau di taman depan.

"Papa bukan peneliti. Mana Papa tahu hal-hal kayak gitu," jawab Arga. Ia merasa ada yang aneh dengan Allura sore ini. Dengan lekat Arga menatap wajah cantik putrinya yang mirip sekali dengan Yoanna. "Ada apa, Allura?"

Allura masih belum juga mengalihkan pandangan ke arah ayahnya. Bahkan, pertanyaan Arga saja tak ia pedulikan. "Kalau ada kesamaan di antara dua orang, apakah itu artinya mereka memang ada hubungan?"

Seperti Allura, Arga akhirnya memilih untuk membuang pandang lurus ke depan. "Tidak begitu juga, Nak. Banyak orang di dunia ini yang memiliki kesamaan. Tapi, tidak menutup kemungkinan juga kalau mereka memang ada hubungan dekat," terang Arga. "Ada juga yang hanya kebetulan," sambung pria yang rambutnya sudah mulai berubah warna itu.

"Kalau kesamaan yang mereka miliki itu nggak cuma satu. Apa masih bisa dikatakan sebagai sebuah kebetulan, Pa?" Allura menatap ayahnya intens.

"Hm, bagaimana, ya? Ya mungkin memang mereka ada hubungan dekat kalau memiliki banyak persamaan," jawab Arga dan membalas tatapan putrinya. "Sebenarnya ada apa, Allura? Tumben sekali kamu nanya kayak gini."

"Allura pernah ketemu dengan orang yang mirip Papa. Memiliki kesamaan dengan Papa. Allura kalau lihat dia kayak lagi lihat Papa banget," terang Allura akhirnya.

Arga terdiam. Pertama Kailan. Lalu, Yoanna. Sekarang, Allura. Kenapa mereka bisa membahas satu topik yang sama? Siapa sebenarnya orang yang mereka maksud?

"Papa punya anak selain Allura dan Kailan?"

Pertanyaan itu lolos juga akhirnya dari bibir Allura. Ia tidak bisa menahan lebih lama pertanyaan itu sendiri.

"Pertanyaan macam apa itu, Nak? Anak Papa cuma kamu sama Kailan. Nggak ada yang lain, Allura," jawab Arga dengan nada meyakinkan.

"Pa ..."

"Apa kamu melihat Papa seperti sedang bohong sama kamu, Nak?"

Allura menatap sepasang bola mata yang mirip sekali dengan Shaquille. Tak ia temukan secercah kebohongan dari tatapan Arga. Pria itu sangat meyakinkan. Lalu, masih pantaskah sekarang Allura curiga? Terlalu berdosa Allura jika mencurigai terus menerus ayahnya.

"Maafin Allura, Pa," ucap Allura dengan nada bersalah.

Arga kemudian mengulum senyumnya. Sedang dalam hati sudah menggelora rasa penasaran tentang orang yang istri dan kedua anaknya maksud. Apakah yang mereka maksud adalah orang yang sama?

°°°°°

"Mas, kenapa pulangnya telat banget?"

Langkah Shaquille terhenti ketika suara Karina terdengar di ceruk telinga. Shaquille menoleh ke belakang dan melihat Karina datang dari arah dapur. Kaki yang sudah terlanjur menyentuh anak tangga harus Shaquille mundurkan dan ia membalik tubuh. Shaquille berjalan mendekati Karina. Meraih tangan kanan wanita itu dan menciumnya. "Maaf, Ma, Mas nggak sempat ngabarin. Habis kuliah pagi, Mas bantuin teman yang mobilnya mogok. Setelah itu, Mas balik lagi ke kampus dipanggil dosen," terang Shaquille.

"Teman? Mayyesa? Farrash? Atau ..."

"Allura. Namanya Allura," jawab Shaquille cepat. Bahkan, sebelum Karina sempat menyelesaikan pertanyaannya.

Kening Karina mengkerut dalam. "Allura? Allura siapa? Mama tumben dengar nama Allura."

"Iya, Ma, anak baru di BEM. Adik tingkat juga sih. Cuma beda jurusan," terang Shaquille.

"Adik tingkat atau itunya, Mas?"

Shaquille menatap bingung ibunya. Sedang yang ditatap hanya menunjukkan cengiran jail. "Itunya apa maksud Mama? Mas nggak ngerti deh, Ma," ujar Shaquille seraya tertawa kecil. Karin jika sudah dala mode jail memang kelihatan seperti lupa umur. Wanita itu jailnya tidak main-main. Selalu totalitas. Namun, Shaquille menikmati salah satu sikap Karina yang mungkin bagi sebagian orang adalah sikap aneh. Tidak bagi Shaquille. Ia lebih suka melihat Karina menjailinya daripada menangisinya.

"Maksudnya, calon mantu Mama lho, Mas."

Alis tebal dan rapi milik Shaquille terangkat sempurna. Lalu, detik berikutnya Shaquille tertawa keras. Bisa-bisanya Karina bercanda perihal itu. Shaquille saja belum kepikiran akan membawakan perempuan seperti apa untuk Karina sebagai menantu. Namun, Karina dengan mode jailnya justru menyentil perihal itu. "Mama aneh deh. Lain-lain saja pembahasannya. Anak Mama ini masih muda, Ma. Masak iya sudah bawain Mama calon mantu saja."

"Iya kan kali saja, Mas. Mana juga tumben banget kamu sebut nama yang lain."

"Ya kan Allura anak baru, Ma. Lagian, Mas cuma ngebantuin doang kok. Nggak lebih."

"Iya sekarang ngebantuin. Nanti lama-lama jatub hati."

"Aduh! Mama makin ngawur saja deh ngomongnya," ucap Shaquille yang mulai frustrasi dengan kejailan ibunya. "Sudah, ya, Ma. Mas ke atas dulu. Mau bersih-bersih."

"Ya sudah. Habis itu turun, ya, Mas. Ada camilan Mama bikinin buat kamu sama Adek." Karina sangat memperhatikan asupan kedua putranya. Meskipun ada asisten rumah tangga. Karina tidak pernah merasa malas untuk menyiapkan camilan atau makanan untuk kedua putranya.

"Siap, Ma," jawab Shaquille dan berlalu ke atas dengan wajah semringah.

Karina hanya bisa menatap punggung Shaquille yang perlahan menjauh. "Lihat kamu kayak gini rasanya bahagia banget Mama, Mas. Sehat-sehat, ya, Sayang," lirih Karina tanpa sadar air matanya lolos dengan sendirinya. Namun, ia dengan cepat menyekanya sebelum ada yang melihat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!