“Eh, lo tahu, nggak, kalau ada anggota baru?” Ayman datang ke ruang BEM dengan begitu antusias. Pertanyaannya itu kemudian berhasil menarik perhatian beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu. Tak terkecuali Farrash yang sejak tadi fokus dengan layar laptopnya. “Mana cantik banget lagi orangnya,” sambung Ayman dengan nada suara yang begitu girang.
“Giliran cewek cantik saja lo girang banget, Man,” celetuk Farrash seraya menggelengkan kepala. Nada suara Farrash juga terdengar tidak begitu antusias dan tidak tertarik dengan topik yang dibawa oleh Ayman. Ia lantas kembali memfokuskan diri dengan pekerjaannya yang harus segera diserahkan pada Shaquille.
“Awas saja nanti kalau lo kepincut. Gue kutuk deh lo jadi batu kayak Malin Kundang,” balas Ayman. Setelah itu, ia membahas kembali tentang topik yang baginya masih hangat itu dengan kawan lainnya.
Masih dengan riuh di dalam ruang tentang sosok perempuan cantik yang akan bergabung menjadi bagian dari organisasi terbesar di kampus itu. Tubuh Shaquille muncul dari balik pintu ruang. Ia datang dengan wajah sedikit muram. Namun, laki-laki itu masih bisa menyembunyikannya dengan senyum tipis yang manis. “Pagi-pagi sudah ribut saja. Pada lagi bahas apa sih?” tanya Shaquille yang bingung dengan teman-temannya. Ya, tak biasanya Shaquille menemukan ruang BEM seribut ini pagi-pagi. Biasanya ia menemukan teman-temannya yang lebih sibuk dengan aktivitas masing-masing. Meskipun hanya sekadar bermain ponsel.
“Ada anak baru, Quille,” jawab Ayman dengan nada girangnya yang belum juga tanggal.
“Anak baru?” Kening Shaquille mengkerut. Ia belum paham maksud ucapan Ayman. “Anak baru di mana?”
“Yang gue pernah kasih tahu lo waktu itu,” terang Ayman mengingatkan.
“Oh, sudah lama,” balas Shaquille dengan nada cueknya. Shaquille lalu mengambil posisi duduk di kursi di samping Farrash. Ia menyenggol sedikit lengan sahabatnya itu. “Serius banget. Cepat tua lo nanti,” goda Shaquille.
“Tua pala lo?” sahut Farrash dengan nada kesalnya. “Kalau bukan gara-gara lo yang maksa gue bikin ini cepat-cepat, gue juga nggak bakalan kayak gini, Njir!”
Shaquille hanya tertawa kecil mendengar ucapan Farrash. Meskipun laki-laki itu sering membubuhkan kata umpatan saat berucap, tak lantas membuat Shaquille merasa tersinggung. Ia sudah paham bagaimana sosok Farrash. Tentu saja sahabatnya itu benar-benar mengumpatnya. Namun, karena hubungan mereka yang begitu dekatlah yang membuat Farrash bisa bicara sesuka hati dan seenak jidatnya.
“Katanya ada anak baru. Tumben banget lo nggak ikutan nimbrung,” ujar Shaquille seraya mengeluarkan laptop dari dalam ranselnya.
“Lagi malas gue, Quille. Lo juga tahu ‘kan kalau selera cantik Ayman itu rendah banget,” balas Farrash dan tertawa setelah menyelesaikan ucapannya. “Memangnya lo nggak tahu kalau ada anak baru?”
Shaquille menggelengkan kepala. Meskipun ia tidak yakin jika gelengannya akan terlihat oleh Farrash.
“Kok bisa? Anak baru masuk BEM katanya,” terang Farrash dan langsung menoleh pada Shaquille. Tak lama Shaquille pun juga ikut menoleh. Keduanya saling beradu tatapan bingung.
“Gue nggak pernah ngerasa nerima anak baru kok. Gue juga nggak mungkin nggak cerita sama lo,” jawab Shaquille yang tentu saja bingung. Ia merasa tidak pernah menerima anak baru atau hanya sekadar mendapatkan informasi tentang hal itu. “Nggak mungkin Mayyesa ‘kan yang langsung nerima?” tanya Shaquille pada Farrash yang padahal bisa dilihat sama-sama menunjukkan ekpresi bingung seperti dirinya.
Kebetulan sekali setelah Shaquille selesai berucap. Sosok perempuan yang digadang-gadang sebagai penerima anak baru itu datang. Tanpa berpikir panjang Shaquille langsung mendekati Mayyesa dan menarik pelan lengan perempuan itu. Apa yang dilakukan Shaquille dengan begitu tiba-tiba itu membuat Mayyesa bingung.
“Ada apa sih, Quille, lo narik-narik gue kayak gini?” tanya Mayyesa yang kini posisinya sudah duduk di kursi yang ditempati Shaquille sebelumnya. Ia menatap Shaquille dan Farrash secara bergantian yang tengah menatapnya dengan tatapan penuh intimidasi. Tatapan yang cukup membuat nyali Mayyesa seketika ciut. Tidak biasanya dua laki-laki itu menatapnya seperti ini. Sungguh benar-benar aneh bagi Mayyesa. “Lo juga kenapa sih, Rash?”
“Jawab jujur, lo yang sudah nerima anak baru masuk BEM?” tanya Shaquille.
Mayyesa tak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak. “Bukan gue sih. Anak rekomendasian dari Pak Suryo,” balas Mayyesa dengan santai. Kemudian, mengeluarkan beberapa barangnya dari dalam tas.
“Jadi lo sudah tahu?”
“Baru kemarin tahu. Gue lupa kasih tahu lo,” jawab Mayyesa lagi.
Shaquille dan Farrash menghela napas panjang. Jika sudah seperti ini, tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain mengiyakan dan menerima. Ya, semoga saja anak baru yang dimaksud bisa diajak bekerjasama dengan baik. Baik itu secara individu maupun kerja tim.
Beberapa lama berkutat dengan pekerjaan masing-masing. Shaquille akhirnya angkat suara. “Sudah jam setengah sepuluh. Rapatnya sudah bisa kita mulai, nggak?”
Seisi ruangan langsung mengalihkan pandangan pada pimpinan mereka. Lalu, menganggukkan kepala mengiyakan.
Ketika Mayyesa akan membuka rapat. Tiba-tiba pintu ruangan terdengar diketuk dari luar dan muncul seseorang dari balik pintu. Pusat perhatian seisi ruangan itu langsung teralihkan seketika. Tak terkecuali Shaquille.
Shaquille. Laki-laki itu tertegun dengan mulut terbuka. Ia tidak percaya dengan siapa yang ia lihat muncul dari balik pintu ruangan. Jadi, anak baru yang teman-temannya maksud adalah orang yang sudah ia kenal? Ya, meskipun belum lama kenalnya. Namun, Shaquille tidak menyangka saja.
Berbeda dengan Shaquille, sosok yang baru datang itu justru hanya menunjukkan cengiran khasnya yang terlihat malu-malu. “Apa saya sudah terlambat?”
“Hm, nggak. Silakan masuk dan bergabung saja,” ujar Mayyesa mempersilakan. Setelah itu, Mayyesa memulai membuka rapat. Setelah itu, ia menyerahlan langsung pada Shaquille.
Seperti biasa, Shaquille bicara di hadapan teman-temannya dengan begitu penuh wibawa. Cocok sekali laki-laki itu disebut sebagai pemimpin. “Saya sudah membaca beberapa laporan dari teman-teman. Saya sangat bangga dengan hasilnya. Terima kasih banyak sudah mau bekerja sama selama ini,” ujar Shaquille dengan nada penuh kebanggaan atas kerja keras teman-temannya. “Saya sendiri bisa langsung meng-approve setiap program yang teman-teman usulkan untuk acara yang nanti akan kita laksanakan. Tapi, saya juga harus bicara dengan Pak Suryo. Jika memang beliau mengiyakan, secepatnya kita bahas kembali untuk pelaksanaan acaranya,” sambung Shaquille.
Shaquille yang tengah bicara di depan tanpa sadar tengah dipuji diam-diam oleh seseorang yang baru saja bergabung di dalam forumnya. Ia terkesima dengan cara bicara Shaquille yang benar-benar berbeda dari pembawaan laki-laki itu. Apalagi Shaquille seperti bisa mengondisikan situasi sehingga tidak ada forum di atas forum.
“Cukup itu saja dari saya. Kalau ada yang ingin teman-teman sampaikan, silakan!”
Tidak ada yang angkat tangan. Hal itu membuat Shaquille berpikir bahwa sudah tidak ada lagi masalah yang harus diselesaikan. Setelah ini, tinggal giliran Shaquille yang akan bekerja. “Ya sudah kalau begitu. Saya kembalikan pada Mayyesa.”
Setelah Shaquille mempersilakan. Mayyesa langsung angkat suara dan menutup rapat. Setelah itu, forum dibubarkan.
Namun, ada satu pemandangan yang membuat seisi ruangan bingung. Adalah Shaquille yang langsung mengulum senyum pada anak baru dan mendekat. “Jadi kamu anak baru yang jadi bahan gosip anak-anak itu?” ujar Shaquille dan tertawa kecil.
Si anak baru yang dipuji kecantikannya. Adalah Allura.
Allura tertawa kecil. “Memang iya?” tanya Allura tidak percaya.
Shaquille menganggukkan kepala. “Anyway, selamat bergabung dengan kami.” Shaquille mengulurkan tangan dan langsung disambut oleh Allura.
“Terima kasih. Mohon bimbingan Pak Ketua untuk ke depannya,” balas Allura dan tersenyum lebar.
Shaquille tertawa mendengar Allura menyebutnya dengan sebutan “Pak Ketua”. Tanpa Shaquille sadari, kini ia dan Allura-lah yang menjadi pusat perhatian. Sampai suara Farrash menyita perhatian mereka.
“Oh, jadi sudah saling kenal nih.”
Shaquille menoleh ke arah Farrash.
“Pantas saja nggak cerita-cerita. Anak barunya cantik sih. Takut ditikung, ya,” goda Farrash lagi.
“Apaan sih lo?” kesal Shaquille dan menatap Farrash dengan tatapan mematikan. Namun, Farrash tidak takut sama sekali. “Pergi deh lo!”
Shaquille menggelengkan kepala melihat tingkah Farrash. “Maafin temanku, ya. Dia memang sukanya gitu.”
“Iya nggak apa-apa. Santai saja.”
“Setelah ini mau ke mana?” tanya Shaquille.
“Hm, aku ada kelas sepuluh menit lagi,” jawab Allura.
“Oh, ya sudah. Kamu bisa ke kelas sekarang.”
“Ya sudah aku duluan, ya," ucap Allura dengan nada lembut. Dalam hati perempuan itu, ia masih memuji bagaimana sosok lain seorang Shaquille. Astaga!
Shaquille menganggukkan kepala dan menatap kepergian Allura dengan senyuman. Pantas saja Ayman sebegitu antusiasnya. Ya, Allura memang cantik. Cantik sekali, pikir Shaquille.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments