"Kamu yakin?" Tanya kakak kembarnya.
"Aku yakin Kak, pernikahan kami tidak bisa diteruskan lagi." Ucap adiknya dengan nada sangat yakin karena dirinya sangat lelah dengan sikap istri dan ke dua mertuanya.
"Baiklah, Kakak akan memanggil pengacara untuk mengurus perceraian kalian berdua dan kakak pastikan hak asuh anak kalian akan jatuh ke tanganmu." Ucap kakak kembarnya dengan nada sangat yakin.
"Mereka sangat kuat Kak dan Aku tidak yakin bisa memenangkan hak asuh anak." Ucap adik kembarnya dengan wajah lesu dan tidak yakin dengan apa yang dikatakan Kakak kembarnya.
"Kita kan satu keluarga jadi sebagai seorang Kakak, Kakak akan membantumu terlebih kita mempunyai bukti yang kuat kalau Dia bukan ibu yang baik." Ucap Daddy Aberto dengan nada sangat yakin.
"Terima kasih Kak. Mungkin ini karmaku yang tidak memperdulikan ke dua orang tua kita." Ucap adik kembarnya menyesali perbuatannya.
"Masih ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan." Ucap kakak kembarnya.
"Terima kasih Kak dan maafkan adikmu ini yang banyak salah sama kakak dan kakak ipar terlebih ke dua orang tua kita." Ucap adik kembarnya sambil menundukkan kepalanya.
"Sstttttt ... Sudah yang terpenting kamu sudah menyesali perbuatanmu daripada tidak sama sekali." Ucap Daddy Aberto.
"Oh ya tawaran yang dulu di mana Daddy memberikan perusahaan untukmu tapi kamu menolaknya. Apakah sekarang kamu mau menerimanya?" Tanya Daddy Aberto mengalihkan pembicaraan.
"Apakah masih berlaku?" Tanya Abertosa yang tidak ingin merebut semua warisan milik orang tuanya yang sudah diberikan ke Mommy Davina.
"Tentu saja apalagi perusahaan itu atas nama kamu karena Davina mengatakan kalau itu sudah menjadi hakmu termasuk berbagai aset yang terdiri mansion, tanah, apartemen, mobil dan aset lainnya." Jawab Daddy Aberto.
"Kakak ipar sangat baik dan tidak tamak. Kakak harus jaga baik - baik istri Kakak karena susah mendapatkan wanita sebaik Kakak ipar." Ucap Abertosa yang tidak menyangka kalau Mommy Davina tidak seperti istrinya.
Di mana istrinya sering ribut mengenai harta warisan dengan kakak kandungnya membuat Abertosa sangat bosan mendengar pertengkaran mereka dan juga mendengar keluhan dan sumpah serapah istrinya untuk Kakak kandungnya.
"Tentu saja Kakak akan menjaga baik - baik istri Kakak dan Kakak sangat yakin suatu saat nanti Kamu dipertemukan seorang wanita yang sangat baik dan tulus mencintaimu apa adanya." Ucap Daddy Aberto dengan nada tulus.
"Aku tidak yakin Kak karena sangat sulit mendapatkan wanita sebaik Kakak ipar terlebih dengan duda beranak dua." Ucap Abertosa yang tidak ingin membuka pintu hatinya untuk wanita lain.
"Oh ya kalau ke tiga putramu bagaimana? Maksudku Aku melihat anakmu yang bernama Daven sangat genius." Ucap Abertosa mengalihkan pembicaraan lain.
Abertosa menunjuk ke arah depan di mana jari jemari mungil Daven sangat lincah di keyboard laptop dan terkadang mengecek dokumen seperti orang dewasa. Daddy Aberto menatap Daven yang sangat serius di depan layar laptop begitu pula dengan Dave yang sejak tadi terdiam.
"Ke tiga putra kami sangat genius dan masing - masing ada kelebihan." Ucap kakak kembarnya dengan nada bangga.
"Kelebihannya apa kak?" Tanya Abertosa penasaran.
"Dave bisa meretas CCTV di mana Dave bisa mencari orang yang hilang dan sulit ditemukan ataupun orang jahat." Jawab Daddy Aberto.
Daddy Aberto tidak mungkin mengatakan secara lebih detail ke Abertosa maksud dari perkataan mencari orang yang hilang dan sulit ditemukan ataupun orang jahat.
Orang yang hilang dan sulit ditemukan adalah dirinya karena waktu itu Dave berhasil menemukan dirinya dan akhirnya Daddy Aberto menikah dengan Mommy Davina. Sedangkan maksud orang jahat adalah jika ada orang yang menjadi target pencariaan maka Dave dengan mudah menemukannya.
"Kalau Daven, sangat mengerti tentang bisnis karena itulah Daven dengan mudah mengerjakan pekerjaan kantor." Sambung Daddy Aberto.
"Sedangkan kalau David, sangat pintar bela diri walau Dave dan Daven bisa bela diri tapi David lebih pintar. Kalau Kakak tidak percaya dan ada waktu senggang Kakak bisa mencobanya." Sambung Daddy Aberto.
"Hebat, semua kepintaran Kakak dalam segala bidang dan hampir menguasai sebagian seni bela diri diturunkan ke tiga anak kembar Kakak." Ucap Abertosa.
"Bukan Kakak saja, istriku juga sama. Bisa menguasai program IT, bisnis, bela diri dan pintar segala hal karena istriku sangat suka belajar dan belajar dengan cara banyak membaca buku sampai saat ini." Ucap Daddy Aberto dengan perasaan bangga.
"Apa?" Tanya Abertosa dengan wajah terkejut pasalnya mengira kalau Mommy Davina sama seperti istrinya dan wanita diluaran sana yang hobbynya menghamburkan uang dan tidak mau untuk belajar dan belajar.
"Asal kamu tahu istriku sering membantuku jika pekerjaan menumpuk tapi karena ada sesuatu hal akhirnya ke dua putra kami yang membantu pekerjaanku." Jawab Daddy Aberto sambil menatap ke dua putra kembarnya secara bergantian.
Abertosa hanya terdiam sambil menatap ke dua ponakannya kemudian mereka melanjutkan pekerjaannya dan tidak berapa lama ponsel milik Daddy Aberto berdering. Daddy Aberto mengambil ponselnya di saku jasnya untuk melihat siapa yang menghubungi dirinya.
"Mommy yang menelepon Daddy." Celetuk Dave yang sejak tadi terdiam.
"Kok kamu tahu?" tanya Daddy Aberto dengan wajah bingung.
"Ya tahu donk." Jawab Dave dengan nada santai.
"Kakak bisa tahu karena Kak Dave melihat cctv yang ada di mansion." Jawab Daven sambil mengetik di atas keyboard laptop tanpa melihat Kakak kembarnya.
"Hehehehe kok Daddy lupa ya." Ucap Daddy Aberto sambil terkekeh geli.
Dave dan David serentak menepuk keningnya masing-masing kemudian menggelengkan kepalanya ketika mendengar ucapan Daddy Aberto.
"Maklum Daddy sudah tua." Jawab ke dua anak kembarnya dengan serempak.
"Dave dan Daven nanti uang saku Daddy potong." Ucap Daddy Aberto dengan nada kesal karena dikatakan tua.
"Kami tidak takut, Dad. Karena tabungan kami masih banyak dan lagi beberapa hari yang lalu kami membeli beberapa perusahaan. Selain untuk Paman David, Paman Hendrik dan juga perusahaan atas nama Mommy dari hasil uang tabungan kami." Ucap Dave dengan nada santai
"Ancaman Daddy tidak berlaku buat kami." Sambung Daven.
Daddy Aberto berjalan ke arah Dave kemudian menjewer putra sulungnya sambil menahan kesal.
"Auch... Daddy sakit nanti Dave bilang sama Mommy." Ucap Dave sambil berteriak kesakitan.
"Kalian berdua ya senang banget bikin Daddy kesal." Ucap Daddy Aberto.
"Kok Dave yang di jewer? Kenapa Daven tidak di jewer?" Tanya Dave dengan nada protes.
"Karena kamu Kakak dan sebagai Kakak mengajari adiknya untuk tidak meledek orang tua." Jawab Daddy Aberto.
Daven yang mendengarnya menjulurkan lidahnya ke Kakak kembarnya membuat Dave menatap adiknya dengan kesal.
"Daddy jangan lama - lama wajah Mommy memerah menahan amarah." Ucap Dave sambil memegangi telinganya yang masih dijewer oleh Daddy Aberto.
Daddy Aberto melepaskan tangan kanannya yang tadi menjewer putra sulungnya kemudian menggeser tombol berwarna hijau.
("Hallo Mommy." Panggil Daddy Aberto dengan suara di buat semerdu mungkin membuat ke dua putranya menggelengkan kepalanya).
'Kakak kembarku sangat beruntung mendapatkan istri dan tiga anak kembar yang sangat genius.' ucap Abertosa dalam hati.
("Daddy maaf aku tidak bisa ke kantor untuk antar makan siang karena ke dua ponakan kita sedang menangis." Ucap Mommy Davina menjelaskan dengan suara berbeda dan seperti menahan amarahnya).
("Ok tidak apa-apa sebentar lagi Kami akan ke sana." Ucap Daddy Aberto).
'Pasti ada masalah tapi istriku tidak ingin mengatakannya di telepon.' Sambung Daddy dalam hati.
("Baik Dad, kami tunggu." Ucap Mommy Davina).
("Ok." Jawab Daddy Aberto dengan singkat).
Ponsel langsung dimatikan secara sepihak oleh Mommy Davina sedangkan Daddy Aberto sama sekali tidak marah karena dirinya sangat yakin pasti ada masalah yang membuat Mommy Davina melakukan seperti itu.
Daddy Aberto menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya kemudian Daddy Aberto menandatangani semua dokumen yang dikerjakan oleh putra ke duanya Daven. Daddy Aberto hanya mengecek sebentar kemudian menanda tangani semua dokumen itu. Apa yang di lakukan kakaknya dan dua ponakannya tidak luput perhatian dari adik kembarnya.
"Seandainya istri dan ke dua anakku seperti keluargamu pasti Akulah pria yang sangat bahagia. Kakak bersyukurlah mempunyai istri dan ke tiga anak yang sangat tampan dan genius." Ucap adiknya dengan nada tulus.
"Kakak selalu bersyukur sekali mempunyai istri dan ke tiga anak kembar yang sangat menghormati kami sebagai orang tua." Ucap kakak kembarnya.
"Mungkin ini karmaku yang tidak pernah memberikan kabar ke orang tua kita." Ucap adik kembarnya.
"Sudahlah yang terpenting sekarang kamu sudah sadar. Kita pulang sekarang saja dan kebetulan sekarang waktunya makan siang." Ucap kakak kembarnya.
"Baik Kak dan sekali lagi terima kasih karena kakak perhatian pada adikmu ini." Jawab adik kembarnya dengan nada yang sangat tulus.
"Kamu itu adik kandungku dan sebagai saudara harus saling tolong menolong, ayo kita pulang." Ucap kakak kembarnya.
"Baik kak." Jawab adik kembarnya.
"Anak - anak ayo kita pulang." Ajak Daddy Aberto.
"Baik Dad." Jawab Dave dan Daven dengan serempak.
Daddy Aberto duduk di kursi pengemudi sedangkan adiknya duduk di samping pengemudi. Untuk Dave dan Daven duduk di kursi belakang pengemudi. Daddy Aberto mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menuju ke arah mansion.
Singkat cerita kini mereka sudah sampai di mansion dan di sambut oleh Mommy Davina dan putra bungsunya David.
"Mommy dan Daddy kemana?" tanya Daddy Aberto kemudian mengecup kening istrinya dengan singkat.
"Ada di kamar cucunya." Jawab Mommy Davina sambil mengambil tas milik suaminya.
'Apakah ada masalah?' Tanya Daddy Aberto dengan suara berbisik karena melihat perubahan wajah istrinya yang terlihat menyimpan amarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
ahmad tolhah
lanjut
2023-09-22
0