Survival Hati
Zea Aqilla, adalah seorang gadis pecinta Alam yang begitu mencintai dunia kepanduan, atau biasa disebut dengan pramuka. Alasannya simpel, karena dia sangat menyukai alam. Zea adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakak laki-lakinya memiliki sifat yang berbeda. Zea selalu cocok dengan kakak sulungnya bernama Azzam dan selalu cekcok dengan kakak keduanya, bernama Ayub. Ayahnya bernama pak Bilal, seorang guru agama islam, yang begitu demokratis, humoris dan romantis, terutama kepada sang istri. Sedangkan ibunya bernama ibu Gina, seorang ibu rumah tangga, yang begitu menyayangi ketiga anaknya juga suaminya.
Zea sangat mencintai dunia pramuka, sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Zea mengikuti ekskul Pramuka Siaga, dengan sangat aktif dan selalu semangat. Sejak kelas empat SD, Zea sudah menjadi anggota pramuka siaga, dan saat masuk di kelas enam, Zea diangkat menjadi ketua regu di setiap even pramuka.
Mari kita ikuti kisah Zea, hingga dia bertemu dengan seseorang yang berhasil mengisi hatinya.
💕💕💕
"Baik anak-anak, mulai hari ini, kalian akan berlatih pramuka dipandu oleh seorang kakak pembina yang baru, ibu akan kenalkan kalian kepadanya ya." kata bu Ira, guru Bahasa Indonesia, sekaligus guru yang diamanahi untuk mendampingi anak didiknya mengikuti kegiatan Ekstra Kurikuler Pramuka.
"Silakan kak Syamil." kata bu Ira kepada pemuda berperawakan tinggi, badan tegap, tidak terlalu gemuk, dan tidak terlalu kurus. Badannya suspek, dan berisi. Wajah yang putih bersih, dengan hidung mancung dan mata bulat dan bulu mata yang lentik, menambah aura ketampanannya bertambah.
"Terimakasih bu Ira." jawab Pria bernama Syamil. Kemudian Syamil berdiri di hadapan barisan anak-anak SMP dengan seragam coklat tua dan coklat muda serta topi baret yang dikenakan mereka. Begitupun dengan Syamil yang juga mengenakan seragam yang sama seperti teman-teman baru yang ada di hadapannya.
"Selamat sore adek-adek." sapa Syamil ramah, dengan wajah yang menyunggingkan senyuman teduhnya, membuat setiap gadis klepek-klepek dibuatnya.
Semua peserta yang berbaris, seketika melepaskan genggaman tangan di belakang, dan di luruskan disamping, dengan sikap siap, menjawab secara serempak.
"Selamat sore kak." jawab Mereka.
"Baik, syukur Alhamdulillah, di hari ini saya di pertemukan dengan adek-adek semua di sekolahan ini dengan keadaan sehat." kata Syamil mengawali.
"Ya, perkenalkan, seperti yang sudah di sampaikan bu Ira tadi, saya adalah pembina baru di sekolahan ini, di sini saya akan membantu bu Ira dan pak Hadi untuk mendampingi adik-adik semua belajar kepanduan. Nama saya Syamil Shalahuddin, atau biasa di panggil Syamil. Saya masih sekolah, sekolah saya di SMK Nusantara. Tempat tinggal saya tak jauh dari sini, tepatnya di komplek pasar Joho. Dulu, saya juga alumni SMP ini, itu sebabnya, saya diutus oleh bu Ira dan pak Hadi untuk bergabung kembali di sini. Seperti itu, perkenalan dari saya, ada yang ingin ditanyakan?" tanya Syamil ramah.
Selama perkenalan, kusak kusuk suara para peserta, terutama barisan putri, hingga akhirnya ada seorang gadis yang bertanya dengan mengangkat tangan kanannya.
"Saya kak."
"Ya, silakan." jawab Syamil.
"Saya Jeni kak, boleh minta nomernya ga kak?" tanya Jeni dengan wajah malu-malunya.
"Nomer? Nomer apa ya? Nomer sepatu? Atau baju?" tanya Syamil berkelakar, seketika wajah Jeni memerah menahan malu.
"Huuuu." seruan teman-teman yang ditujukan kepada Jeni yang memang suka bersikap genit.
"Heheh, maaf maaf. Bercanda ya Jeni. Maaf. Baik, untuk nomer HP ya, tetapi yang tau bu Ira dan pak Hadi, nanti kalian bisa minta kepada beliau berdua." jawab Syamil berusaha menenangkan suasana.
"Okey kak, makasih." jawab Jeni dengan centilnya.
"Ada lagi?" tanya Syamil.
"Saya kak."
"Ya silakan." jawab Syamil ramah.
"Maaf kak, saya mau tanya, kak Syamil nanti akan mengajar pramuka, atau hanya melatih kami selama akan mengikuti kegiatan Jambore? Lalu, kalau boleh tau, kak Syamil ini selain sekolah, apakah ada kegiatan kepanduan di luar sekolah?" tanya Zea.
"Luar biasa, pertanyaan yang luar biasa ya? Ehm, siapa namamu dek?" tanya Syamil.
"Zea, kak." jawab Zea.
"Okey, mungkin dek Zea masih ragu dengan saya ya? Saya ini pelatih abal-abal atau bukan... hehe. Baik, jadi gini, saya disini diminta pak Hadi dan bu Ira untuk mengajar pramuka setiap pekannya, terutama pada waktu menjelang mengikuti kegiatan jambore ini. Jadi, InshaaAllah saya akan lama di sini. Begitu, kemudian, untuk kegiatan kepanduan, kebetulan periode ini, saya diamanahi menjadi ketua kwartir cabang kecamatan Manjaya ini. Selain berkegiatan di kwartir cabang, saya juga mengikuti kegiatan saka Bhayangkara, yang saya ikuti di kantor polres. Dan tentunya, saya juga menjadi bagian dari Dewan Ambalan di sekolahan saya." jawab Syamil panjang kali lebar.
Tampak semua peserta pramuka manggut-manggut mendengar penjelasan Syamil, bahkan ada yang terkagum-kagum dengan aktivitasnya yang sangat banyak, termasuk Zea.
"Seperti itu, ada pertanyaan lagi?" tanya Syamil sambil melihat satu persatu wajah-wajah calon peserta jambore, yang menjadi pilihan sekolah dari ratusan siswa di SMP itu.
"Siap, cukup kak." jawab Zea.
Syamil melihat gadis cantik dan imut itu tampak tertib dengan sikapnya sebagai seorang pandu.
"Baik, jika tidak ada pertanyaan, saya akan melanjutkan pelatihan pada hari ini. Perhatian, pimpinan saya ambil alih, siap grak!" ucapnya tegas dengan sikap sempurna PBB. Semua peserta PBB secara otomatis mengikuti setiap perintah dari pembina barunya. Hingga jam perpulangan tiba.
"Ze, kamu pulang naik apa?" tanya Naya, sahabatnya.
"Biasalah, dijemput." jawab Zea.
"Oh, ya udah. Kalau gitu, aku duluan ya Ze." kata Naya.
"Ya, Nay, hati-hati ya." jawab Zea.
Naya pun melangkah gontai menuju parkiran sepedanya, sedangkan Zea berjalan menuju gerbang utama sekolahan, karena di sanalah dia akan menunggu kakaknya menjemput.
"Duh, selalu deh, pasti dia telat lagi jemput ya. Nyebelin banget sih." gerutu Zea saat melihat jam tangannya sudah hampir menunjukkan waktu maghrib. Namun sosok kakaknya belum juga muncul untuk menjemputnya.
"Assalamualaikum." sapa seorang laki-laki ramah kepadanya.
"Wa'alaikumussalam. Eh, kak Syamil." jawab Zea.
"Sendirian aja? Kok belum pulang, nunggu apa?" tanya Syamil.
"Hehe, iya kak. Nunggu jemputan kak." jawab Zea sambil nyengir kuda.
"Oh, dijemput ya? Emang rumahnya mana?" tanya Syamil.
"Di desa Manggis kak." jawab Zea.
"Manggis? Wah, lumayan juga ya?" tanya Syamil.
"Iya kak."
"Ehm, Zea biasanya juga begini? Dijemput gitu?" tanya Syamil.
"Cuma kalau pramuka aja kak. Karena kakak saya ga ngijinin saya pulang sendirian kalau sore." jawab Zea.
"Oh, gitu ya? Baik juga ya kakakmu?" puji Syamil.
"Ya, alhamdulillah." jawab Zea sambil melihat ke Utara, tampak kakaknya sudah menuju ke arahnya dengan motor vespa putihnya.
"Ehm, maaf kak, saya duluan ya kak." kata Zea berpamitan.
"Oh, ya. Sudah dijemput ya? Okey, hati-hati ya." jawab Syamil sambil melambaikan tangan dan mengangguk ramah memberikan isyarat penghormatan kepada kakaknya Zea.
Zea sudah duduk di jok belakang motor vespa milik kakaknya, sambil menoleh ke arah Syamil yang ternyata menatapnya, saat melihat itu, Zea segera memalingkan wajahnya dengan sebelumnya mengangguk sungkan kepada Syamil terlebih dahulu, dan kemudian melihat ke depan.
"Siapa laki-laki itu?" pertanyaan pertama yang pasti muncul dari kakaknya, setiap kalian sang kakak melihat Zea bersama laki-laki asing.
"Kakak pembina baru, di sekolahan ku." jawab Zea.
"Hati-hati sama orang baru, ga udah sok ramah kalau belum kenal." tegur Ayyub, kakak Zea yang masih sekolah di bangku putih abu-abu.
"Iya." jawaban Zea yang selalu sama ketika mendapat teguran dari sang kakak.
💕💕💕
Hai dear, Kembali ketemu dengan Dede di karya baru Dede berjudul Survival Hati. Dari bacaan bab pertama ini, semoga reader suka ya dengan karya baru Dede ini. Semoga bermanfaat😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Kinanti
sangat mengesankan
2023-11-16
1
Herry Murniasih
kisah saat masih di bangku sekolah memang seru, awal pertemuan mereka pasti berkesan😁😁
2023-10-14
1