"Bil, Bilqis. Info ter hot Bil." kata Dara yang tiba-tiba muncul dari pintu dan langsung menutupnya.
"Heh. kalau masuk itu ucap salam dulu dong Ra!" kata Kamila mengingatkan.
"Haduh, lupa Mil, Assalamualaikum." kata Dara.
"Wa'alaikumussalam." jawab Bilqis dan Kamila bersama.
"Saking ga sabarnya pingin cerita." kata Dara.
"Apaan sih Ra, bikin kepo aja." tanya Bilqis.
"Itu Bil. Si anak baru, lagi berduaan sama ayangmu di halaman belakang." lapor Dara.
"Apa? Ayang Althaf berduaan malem-malem sama si anak baru? Dasar wedok geleman!" umpat Bilqis sambil menggenggam telapak tangannya dengan erat.
"Apa yang mau kamu lakukan Bil?" tanya Kamila.
"Kunci pintu itu, biar dia ga bisa masuk kamar!" titah Bilqis.
"Serius Bil? Nanti kalau dia ngadu gimana Bil?" tanya Kamila khawatir.
"Udah deh, nurut aja!" kata Bilqis masih marah.
"Okey, okey." jawab Dara yang kemudian menjalankan perintah Bilqis.
"Hahaha, biar tau rasa tu anak baru! Salah siapa kegenitan, deket-deket ayang Althaf!" kata Bilqis yang merasa puas saat pintu kamar sudah terkunci.
"Kamu yakin Bil, kita ga bakal kena masalah?" tanya Kamila masih takut salah.
"Wis to. nanti kalau kena masalah, biar aku yang maju." kata Bilqis dengan arogan.
"Ya wis, kita ngikut kamu ya Bil." kata Kamila.
"Iya iya." jawab Bilqis meyakinkan.
💕💕💕
Malam itu, gerimis mulai turun, suara gemuruh langit sedari tadi menghiasi malam nan sepi. Zea yang masih belum mendapat pintu kamar, terduduk sambil bersandar di dinding kamarnya, dengan mata terpejam.
"Aaaaaa, mau apa lo?" teriak Zea sambil segera berdiri dari posisi duduknya dan langsung memasang gaya kuda-kuda, dengan kedua tangan menggenggam.
"Ssstttt." kata Pria itu sambil menutup mulutnya dengan jari telunjuknya.
"Ikut saya!" kata pria itu sambil berjalan meninggalkan teras kamar Zea.
Zea masih berdiri mematung di teras kamarnya dengan tatapan tak percaya.
"Ayo!" ajak Pria itu lagi sambil menoleh ke belakang.
"E...i-iya." jawab Zea yang mengetahui siapa pria itu, yang jelas, dia taunya pria itu adalah orang yang bersama ustadzah Ana tadi. Zea langsung mengikuti pria itu di belakangnya.
"Lo siapa sih? Terus, kita mau ke mana?" tanya Zea sambil terus mengikuti langkah Pria itu, tetapi tidak di jawabnya.
"Ish, nyebelin banget sih? Ini orang, apa hantu sih? Wah, jangan-jangan ini hantu, yang nyulik orang. Tapi... kalau dia hantu, kok ganteng sih?" batin Zea.
Setelah mereka tiba di rumah utama, tepatnya di rumah ustadz Furqon dan Ustadzah Ana, Pria itu membuka pintu.
"Anda, tunggu di sini dulu!" perintah pria itu sambil berjalan masuk meninggalkan Zea seorang diri di teras rumah ustadzahnya.
"Iya...." jawab Zea malas.
Tak berapa lama kemudian, Ustadzah Ana keluar dari dalam rumahnya, tentunya masih bersama pria asing tadi.
"Zea?" sapa Ana.
"Eh Ustadzah, maaf us. Mengganggu istirahatnya." kata Zea sungkan.
"Ayo masuk dulu." kata ustadzah Ana.
Sesampainya di dalam rumah, Ana mempersilakan Zea duduk di sofa, begitu juga dirinya dan pria itu.
"Tadi, Birru sudah menceritakan semuanya." kata Ana.
"Oh, namanya Birru?" gumam Zea.
"Oh, iya. Saya lupa belum memperkenalkan adiknya mas Furqon ini ke Zea." kata Ana.
"Zea, kenalin. Ini Birru, adiknya mas Furqon yang kuliah di luar Negeri. Dan, Birru, kenalin, ini Zea Aqilla, adik dari sahabat mbak Ana. Sekaligus menjadi santriwati di pesantren ini." kata Ana memperkenalkan keduanya.
Zea melihat Birru sekilas sambil mengangguk, begitupun dengan Birru yang juga masih menunduk dan mengangguk.
"Kata Birru, tadi pas dia lagi berkeliling, dia melihat kamu tadi tidur di depan pintu kamarmu. Pas Birru mencoba untuk membuka pintunya, ternyata masih terkunci, dan Birru menyimpulkan, bahwa kamu masih belum mendapat pintu, dan kamu ketiduran lagi di depan pintu. Makannya, Birru mengajakmu ke sini untuk beristirahat di sini, apalagi di luar sudah mulai hujan, nanti kedinginan." jelas Ana.
"Oh... hehe, gitu ya, makasih ustadz Birru." kata Zea sungkan.
"Panggil kak aja, dia masih muda, belum lulus sekolahnya, belum mau juga di panggil ustadz." kata Ana mewakili jawaban Birru.
"Oh, gitu ya?" gumam Zea.
"Ya sudah, Birru. Zea tidur di kamarmu aja ya." kata Ana yang sudah terputus oleh pertanyaan Birru.
"Apa? Aku suruh sekamar sama dia?" tanya Birru dengan mode terkejut.
"Hisy, ngawur! Ya engga lah Birru. Kalian ini kan bukan mahrom. Mesum aja tu pikirannya." omel Ana.
"Ya abisnya mbak Ana ga jelasin dulu!" sewot Birru.
"Ya makannya, dengerin dulu penjelasan mbak." kata Ana.
"Jadi, maksud mbak Ana, Biar Zea tidur di kamarmu, dan kamu tidur di kamarnya Althaf, atau tidur di sofa sini. Karena mbak Ana malam ini harus menemani umi di kamar." kata Ana.
"Biar aku aja lah mbak yang nemenin umi." nego Birru.
"Tidak Birru, ini perintah dari mas Furqon." tolak Ana.
"Hhhh, ya udah, iya." jawab Birru.
"Ya dianterin dong Zea nya ke kamarmu. Kan kuncinya ada di kamu." kata Ana.
"Iya iya. Bentar." kata Birru sambil berjalan mengantarkan Zea ke kamarnya.
"Ini kamar saya, ini kuncinya. Jangan diberantakin ya kamarku. Jangan sentuh apapun yang ada di kamarku!" kata Birru.
"Iya iya. Tenang aja...."
"Eh, tapi boleh megang selimut, bantal sama kasurnya kan?" tanya Zea mode oon.
"Ya kalau ga boleh, kamu mau tidur di mana?" tanya Birru.
"Lah, tadi kan elo sendiri yang bilang, jangan sentuh apapun yang ada di kamar lo. Termasuk bantal selimut kasur kan?" tanya Zea.
"Ya udah, terserah kamu aja lah." jawab Birru sambil melangkah ke kamar Althaf.
"Hehe, makasih kakak ganteng." kata Zea sambil nyengir kuda.
Birru melihatnya sekilas, lalu langsung mengusap wajahnya dengan kasar, dan berlalu pergi.
Meski tidak mendapat jawaban, Zea hanya tersenyum bahagia, karena tidak mendapat pintu kamar, dia malah mendapat pintu kamar cowok ganteng, seganteng Birru. Zeapun segera masuk kamar itu. Meski kamar cowok, tetapi barang yang ada di sana tertata dengan rapi. Zea berjalan, melihat-lihat pigura dan beberapa foto di sana. Langkah Zea terhenti saat tiba di dekat rak buku. Di sana Zea melihat sebuah pigura kecil, berisi foto tiga orang laki- laki. Zea menatap pigura itu dengan teliti, dia mengingat sosok pria di sebelah Birru,
"Kak Syamil? Mereka berteman?" gumam Zea sambil memegang pigura itu, namun seketika terdengar suara guntur yang begitu keras, membuat Zea seketika meloncat karena kaget, dan spontan pigura itu terlepas dari tangannya.
Pyarrr
"Waduh, pecah lagi. Aduh, gimana ini? Bakal kena omel gue sama cowok es batu itu. Soalnya gue udah ngelanggar aturan dia untuk ga pegang-pegang benda apapun di sini." rutuk Zea atas kesalahannya sendiri.
Tok tok tok
"Aduh, tu kan, pasti bakal kena omel nih, haduh, gimana ini?" gumam Zea bingung sambil berusaha membersihkan serpihan kaca pigura.
"Aw..." jerit Zea spontan mengibaskan jemarinya yang terkena serpihan kaca. Dan seketika sosok pria tampan sudah ada di sampingnya sambil menarik jari Zea dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Sepersekian detik, tatapan mereka bertemu.
💕💕💕
Duh, Babang Birru nih bikin deg degan aja deh...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments