"Alhamdulillah, sudah kenyang tante. Terimakasih banyak atas makanan enaknya, asli mantul ini tante. Jadi keinget sama masakan bunda di rumah, hehehe." kata Zea dengan tanpa jaim sambil mengelap bibirnya dengan tisu.
"Ah, kamu ini bisa saja lho Nak Zea. Kalau sayur daun singkong yang kamu ambil ini tadi, kesukaan Syamil. Tante sengaja bawa banyak, siapa tau teman Syahla ada yang mau, dan alhamdulillah, Nak Zea mau." kata mama Hastin sambil melirik putranya yang tertunduk dengan wajah malu.
"Oya? Wah, perlu di catet ini. Kapan-kapan, Serli diajarin masaknya ya tante." kata Serli bersemangat.
"Oh, ya tentu Serli. Dengan senang hati."
"Modus tu tante. Nyari perhatian tante supaya bisa deket sama tante, terus dijadiin mantu deh sama tante. Tapi hati-hati tante, harus siap masak banyak, karena Serli ini tukang makan tante. Banyak makannya tapi kecil badannya, haduh, ga ngerti deh, itu makanan larinya ke mana." komentar Zea sambil menepuk keningnya.
"Hahaha, ternyata nak Zea ini lucu juga ya." kata mama Hastin.
"Saya bukan badut tante, cuma anak santri biasa yang sudah ketularan Serli." kata Zea.
"Eh, kok bawa-bawa gue sih kak?" protes Serli.
"Ya emang elu tu bikin orang normal jadi rada gila Serli." kata Zea lagi.
"Ih, awas lu ya kak, gue laporin lu sama bunda lu!" ancam Serli.
"Hu, beraninya ngadu!" sungut Zea.
"Lhoh. Serli sudah kenal orangtua nak Zea? Katanya, nak Zea baru sepekan di sini?" tanya mama Hastin.
"Iya tante. Dia kan penduduk Manjaya juga tante, jadi kita saling kenal." kata Serli.
"Manjaya nya mana nak?" kini giliran pak Heru yang bertanya.
"Kampung Manggis om. Tapi tepatnya di perumahan Manggis." jawab Zea.
"Perumahan Manggis? Sama tempatnya pak Bilal, mananya?" tanya pak Heru.
"Pak Bilal, guru bukan om?" tanya Zea memastikan
"Iya, guru agama. Di SMK Nusantra." jawab Pak Heru.
"Oh, itu sih ayah saya om." jawab Zea.
"Yaa Allah, ternyata dunia ini sempit ya? Jadi anda ini anak perempuannya pak Bilal? Kakakmu dua laki-laki semua kan?" tanya pak Heru.
"Iya om. Om kenapa kenal ayah saya?" tanya Zea.
"MaasyaaAllah. Bilal itu, dulu teman saya waktu sekolah SMP. Dia yang ngajari saya ngaji dulu, hingga akhirnya saya bisa lulus baca Qur'an." terang pak Heru.
"Oh. Alhamdulillah. Kapan-kapan, nitip salam ya buat ayahmu." kata pak Heru.
"Iya om, InshaaAllah. Saya juga belum tau, kapan bisa ketemu ayah, soalnya sejak awal masuk SMA, saya tidak bersama ayah. Saya tinggal di kota ini bersama abang saya." jawab Zea.
"Oh begitu? Ya sudah gapapa. Kapan-kapan gapapa." kata pak Heru.
Saat sedang asyik bercengkrama, tiba-tiba terdengar suara adzan maghrib berkumandang. Zea yang merasa belum mandi dan bersih-bersih, dia pun ijin pamit mandi dan berlanjut ke kegiatan lainnya.
💕💕💕
Beberapa hari kemudian, Syahla dan Serli sudah bersiap dengan barang bawaan mereka.
"Kalian mau ke mana?" tanya Zea.
"Lhoh, kak Zea lupa ya? Kita kan sudah pernah cerita, kalau kita mau ada acara Ziarah sekaligus study tour ke Jawa Timur kakak." jawab Serli.
"Oiya, ini tanggal dua ya? Kenapa gue bisa selupa ini ya?" rutuk Zea pada dirinya sendiri.
"Mbak Zea gapapa kan kita tinggal sendirian?" tanya Syahla cemas.
"Iya, kalian tenang aja, gue bakal baik-baik aja." jawab Zea.
Merekapun pamit dan berangkat meninggalkan Zea seorang diri bersama Bilqis Cs. Zea sudah tau kuncinya, selama dia sendiri, dia tidak akan berlama-lama tinggal di kamarnya. Itulah cara Serli dan Syahla jika ada salah satu yang pulang ke rumah.
Sore harinya, sepulang dari sekolah, Zea berlatih bersama para calon peserta Survival Bakti, Zea dipanggil ustadzah Ana, untuk membicarakan suatu hal hingga tiba waktu maghrib. Dan malamnya, ba'da sholat isya' dia baru ingat, bahwa cucian bajunya lupa belum di cuci. Sehingga Zea mencuci bajunya di malam hari.
"Zea, kamu nyuci kenapa malam-malam?" tanya Althaf saat Zea menjemur pakaiannya di halaman belakang.
"Yaa Allah Althaf, bisa ga sih, ga ngagetin? Ucap salam dulu kek." protes Zea.
"Hehehe, iya iya. Maaf." kata Althaf.
"Tadi pulang dari sekolah, gue dipanggil ustadzah Ana. Terus sampe maghrib, sampe kamar gue lupa, cucian gue numpuk. Dan besok kita masih harus latihan seharian full di sekolah." kata Zea.
"Oh, gitu ya? Rajin nya." puji Althaf.
"Bukannya rajin, tapi kevevet." kata Zea.
"Hahaha, gitu ya?"
Althaf mengobrol dengan Zea di halaman belakang sambil bercanda, karena memang mereka berdua sudah akrab. Ternyata obrolan mereka diketahui salah satu dari Bilqis Cs yang tadi berniat ke toilet.
Setelah selesai menjemur pakaian, Zea segera menuju ke kamarnya, setelah berpamitan dengan Althaf tentunya.
Saat akan membuka pintu, ternyata pintu terkunci dari dalam.
"Eh, kok ga bisa sih? Ga biasanya di kunci begini." kata Zea.
tok tok tok
"Assalamualaikum." salam Zea.
Namun tak ada sahutan dari dalam, justru pintu sebelah yang menyahut.
"Zea? Kenapa? Ke kunci dari dalam ya?" tanya Mita tetangga sebelah.
"Iya mbak." jawab Zea.
"Mungkin mereka sudah pada tidur. Biasanya memang gitu kan?" tanya Mita.
"Iya mbak."
"Ya udah, Zea tidur di kamar kami saja." tawar Mita.
"Ga usah mbak. Makasih. Nanti gampang lah, ini kebetulan gue masih ada urusan." jawab Zea berusaha santai, meski hatinya sebenarnya juga marah karena ulah Bilqis. Pasti mereka sengaja mengunci pintu, supaya Zea tidak bisa masuk.
"Ya udah, nanti kalau mau tidur, bisa ke kamarku ya Ze." tawar Mita.
"Iya mbak. Makasih."
Zea pun segera pegi dari depan kamarnya, menuju masjid asrama untuk membaca Al-Qur'an sambil mencoba menghilangkan rasa dingin yang mendera. Karena dia habis mencuci baju, sehingga pakaiannya basah sebagian.
Sampai akhirnya dia tertidur sambil duduk, tak disangkanya ada sepasang mata melihat dirinya ketiduran di masjid.
"Zea?" panggil seseorang yang menggoyang tubuh Zea agar dia segera bangun dari tidurnya.
"Astagfirullah. Eh, ustadzah, maaf ustadzah, Zea ketiduran." jawab Zea sambil melihat jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
"Kamu kenapa tidur di sini?" tanya ustadzah Nia bersama seseorang yang belum dikenal Zea.
"Eh, iya ust. Tadinya saya mau menghabiskan waktu di masjid untuk mengkhatamkan Qur'an, tapi ternyata malah ketiduran." jawab Zea sambil nyengir kuda.
"Astagfirullah, Zea. Kalau kiranya sudah lelah, istirahat dulu aja. Jangan dipaksakan. Ya sudah, sekarang lebih baik kamu masuk kamar ya." Perintah ustadzah Ana.
"Baik Ust." jawab Zea.
Zea pun berjalan ke kamarnya, namun masih saja tidak dapat pintu, kunci dari dalam belum terbuka. Zea pun memilih duduk di teras kamar hingga lagi-lagi ketiduran, karena dia merasa sangat mengantuk.
"Zea?" panggil seseorang yang ternyata seorang pria yang tak dikenalnya. Zea menatap pria tampan itu, dia adalah pria yang tadi bersama ustadzah Ana, tetapi Zea belum mengenalnya. Zea merasa heran karena pria itu mengetahui namanya, tetapi dia belum tau siapa pria itu.
💕💕💕
kira-kira siapa dia? Kenapa dia kenal Zea? Yuk ikuti cerita Survival hati di cerita berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Herry Murniasih
kasihan Zea untung sudah biasa, Bilqis memang jahat ya. Siapa pria yang menyapa Zea
2023-11-06
0