Zea menggelar sajadahnya, dan mengenakan mukenannya. Zea segera mendirikan sholat maghrib, hingga selesai, lalu mengucap salam. Setelah itu, dia lanjutkan dengan berdzikir sederhana dan berdoa. Saat melipat mukena, Zea melihat ke arah tiga gadis yang berada di ruangan yang sama dengannya.
"Pindahan darimana kamu?" tanya gadis berambut pirang.
"Gue? Gue ga pindahan dari mana-mana. Gue dari awal sekolah di Madrasah Al-Amin, tapi memang belum tinggal di asrama." jawab Zea.
"Kamu sekolah di Madrasah Al-amin?" tanya gadis itu dengan raut wajah terkejut.
"Iya." jawab Zea santai.
"Trus, kenapa kamu baru masuk asrama sekarang?" tanyanya lagi dengan raut wajah tidak suka.
"Ya...karena pingin aja." jawab Zea.
"Masa'?"
"Ya, gitulah."
"Bukan karena seseorang kan?" tanya gadis itu lagi sambil memicingkan mata.
"Maksud lo?" tanya Zea heran.
"Bukan karena Althaf kan?" tanya Zea.
"Althaf? Emang apa hubungannya sama tu anak?" tanya Zea heran.
"Lo pasti kenal dong sama dia. Lo memutuskan tinggal di asrama, pasti karena elo pingin punya banyak waktu sama dia kan?" tuduh gadis itu.
"Lebay lo! Ya engga lah. Gue aja ga tau kalau tu anak tinggal di sini." jawab Zea.
"Jangan munafik kamu!" tunjuk gadis itu tepat di depan hidung Zea.
"Ish, apaan sih?" tampik Zea.
Ceklek
Pintu kamar terbuka, tampak orang yang dikenal Zea sudah masuk kamar dengan wajah bersih.
"Assalamualaikum." salam Syahla.
"Wa'alaikumussalam." jawab Zea, tetapi tidak dengan ketiga gadis berwajah masam itu. Syahla melihat satu persatu wajah teman-teman sekamar nya, dan bisa membaca situasinya.
"Eh, ehm. Maaf mbak Bilqis, tadi Syahla belum ngenalin mbak sama mbak Zea." kata Syahla ramah.
"Hem." gumam gadis berambut pirang, yang ternyata bernama Bilqis.
"Mbak Zea, kenalin. Ini mbak Bilqis, ini mbak Kamila, dan ini mbak Dara." kata Zea memperkenalkan teman sekamarnya satu persatu.
"Iya La, makasih. Tadi kita juga udah kenalan kok." kata Zea berbohong, seketika Ketiga gadis itu melongo mendapat jawaban dari Zea.
"Oh ya? Baguslah. Maaf ya mbak Zea, pasti lama ya nunggu Syahla. Soalnya tadi Syahla masih harus setor hafalan dulu mbak sama Ustadzah Ana." kata Syahla.
"Oh, emang ada agenda setor hafalan juga ya?" tanya Zea.
"Ada mbak. Tapi hanya bagi yang berminat sih. Masuknya di ekskul hafalan. Karena memang, di asrama ini tidak mewajibkan santri nya untuk menghafal Qur'an dan hadis." jawab Syahla.
"Oh. kok gitu?" tanya Zea heran.
"Ehm, kurang tau juga sih mbak. Oh ya mbak, nanti sholat isya'nya di masjid aja mbak. Bareng Syahla." ajak Syahla.
"Oh, siap." jawab Zea.
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara adzan isya', Zea dan Syahla segera bersiap pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah sholat isya'.
"Ih, sok cantik banget sih tu cewek. Nyebelin!" keluh Bilqis pada Zea.
"Iya, sok ke kota-kotaan. Ngomongnya pake lo gue lagi." imbuh Dara.
"Ya udah lah ya. Yang penting dia ga bikin masalah aja sama kita." kata Kamila.
"Ke masjid yuk." ajak Kamila.
"Males nih." kata Bilqis.
"Pingin ketemu Althaf ga?" tanya Kamila.
"Hhh, iya deh, iya." jawab Bilqis.
Merekapun menyusul Zea dan Syahla menuju masjid untuk menunaikan sholat isya' berjamaah.
💕💕💕
Sholat isya' telah di tunaikan dengan khusyuk oleh Zea. Syahla dan Zeapun keluar dari masjid, ingin segera kembali ke asrama. Tetapi saat akan melangkah meninggalkan masjid, Mereka bertemu dengan Althaf yang berjalan beriringan dengan Ilyas, kakak tingkat Syahla, yang kebetulan ada rasa pada Syahla.
"Assalamualaikum Syahla." sapa Ilyas.
"Wa'alaikumussalam kak Ilyas." jawab Zea sambil menunduk. Zea melihat kedua pria yang berjalan bersama itu.
"Zea?" panggil Althaf.
"Elo? Lo ngapain ada di sini?" tanya Zea heran.
"Ya ampun Ze, harusnya aku yang tanya kamu, sejak kapan kamu ada di lingkungan pesantren ini?" tanya Althaf.
"Baru aja." jawab Zea.
"Berarti, pulang pramuka tadi, kamu langsung ke sini?" tanya Althaf.
"Iya." jawab Zea.
"Lo...??" tanya Zea sambil menunjuk Althaf, ingin melanjutkan kata-katanya tetapi sudah ke duluan Althaf menebak.
"Ini tempat tinggalku Zea. Udah lama aku di sini, bahkan sejak aku masih SMP, aku udah di sini Zea." jelas Althaf.
"Oh..." jawab Zea ber oh ria.
"Jadi mulai sekarang, kamu tinggal di sini Ze?" tanya Althaf dengan senyum melebar.
"Ya, gitulah. Kenapa lo, senyum-senyum?" tanya Zea Heran.
"Ya gapapa. Seneng aja gitu. Dengan begini kan, aku jadi bisa sering ketemu kamu setiap saat. dan kita bisa berangkat sekolah bareng kan?" tanya Althaf.
"Ish, apaan sih lo? Jangan harap gue mau jalan bareng sama elo!" kata Zea jengah, menarik Lengan Syahla.
"Ayo La, ke kamar aja. Katanya mau ngerjain tugas." kata Zea.
"Eh, iya mbak." jawab Syahla yang tertarik badannya karena tarikan Zea.
"Maaf ya kak, kami duluan. Assalamualaikum." salam Syahla dengan ramah.
"Wa'alaikumussalam." jawab Althaf dan Ilyas.
Sedangkan di tempat lain, tampak tiga gadis yang usai sholat isya' berdiri tak jauh dari Zea dan Syahla. Mereka melihat obrolan keempat orang itu, lebih tepatnya, obrolan antara Zea dan Althaf. Hal itu membuat Bilqis merasa marah dan tidak suka dengan Zea, karena keakraban Zea dengan Althaf yang pastinya sudah terjadi sejak mereka kenal di sekolahan.
"Awas kowe Zea! Jangan harap kamu bisa dekat sama Althaf!" umpat Bilqis.
Sedangkan di perjalanan menuju kamar, Zea mengobrol dengan Syahla.
"Mbak Zea kenal ya sama mas Althaf?" tanya Zea.
"Iya. Kita satu sekolahan." jawab Zea.
"Kaya udah akrab juga ya mbak?" tanya Syahla.
"Ah, engga. Gue sama dia itu ga sekelas, dsn kita cuma temen organisasi aja kok La. Jadi ya, ga terlalu deket." jawab Zea.
"Oh, gitu ya? Tapi, dilihat dari ekspresinya, mas Althaf kaya suka banget deh ada mbak Zea di sini." kata Syahla.
"Biasa aja kali." jawab Zea santai.
"Serius. Karena di asrama, mas Althaf itu terkenal dingin lho mbak. Jadi idolanya santriwati di pesantren ini." kata Syahla yang seketika membuat dirinya syok.
"What? Idola?" tanya Zea tak percaya.
"Iya mbak. Bahkan, mbak Bilqis tergila-gila juga lho mbak sama mas Althaf. Siapapun santriwati di sini kalau kelihatan sok caper sama mas Althaf, jangan heran kalau mbak Bilqis bakal melabraknya." kata Syahla.
"Lo serius?" tanya Zea.
"Iya mbak."
"Lhah, kalau gue ngobrol sama Althaf, bisa kena kartu kuning dong gue dari Bilqis." kata Zea.
"Hem...bisa jadi sih mbak."
Zea dan Syahla terus berbincang hingga tiba di kamar mereka. Namun, saat akan masuk kamar, tiba-tiba Bilqis dan dua sahabatnya menghadang Zea dan Syahla untuk diinterogasi.
"Berhenti!" perintah Bilqis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Herry Murniasih
waduhh... sampai segitunya Bilqis suka sama Althaf tapi orangnya ga tahu, pake ngancam Zea lagi
2023-10-29
0