Sepulang sekolah, Zea berlatih di sekolahan bersama teman-teman dewan ambalan sekaligus Zea dan Althaf bekerjasama untuk menilai teman-temannya dengan kriteria tertentu, lalu hasil catatan itu akan diserahkan kepada pembina pramuka. Seperti tugas yang di berikan oleh waka kesiswaan, bahwa mereka berdua harus menyeleksi anggota Dewan ambalan untuk di berangkatkan ke acara Survival Bakti tingkat kabupaten.
"Gimana Ze? Pake teknis itu gapapa kan? Sesuai dengan juknis kan?" tanya Althaf.
"Iya, InshaaAllah sesuai." jawab Zea.
Mereka berdua pun fokus mengkoordinir teman-temannya untuk berlatih. Hingga waktu sudah semakin sore, Zea dan teman-temannya bersiap pulang.
"Ze, bareng yuk." ajak Althaf.
"Lo duluan aja lah. Gue masih mau ada perlu bentar." kata Zea.
"Oh, ya udah. Aku duluan ya."
"Hem." jawab Zea.
Zea hanya beralasan saja dengan Althaf, sebenarnya dia tidak ada keperluan apapun, namun dia hanya malas saja jalan bareng Althaf, karena dia tidak ingin cekcok lagi dengan Shanas, dan tidak ingin adu mulut lagi dengan Bilqis di kamar asrama.
Setelah di rasa cukup lama, Zea berjalan santai menuju asrama. Sesampainya di asrama, dia membuka pintu kamarnya, dna ternyata hanya ada Syahla dan seorang gadis yang belum dikenalnya.
"Nah, ini dia mbak Zea, teman baru kita." kata Syahla menyambut Zea yang baru pulang.
Zea melihat sekilas gadis di hadapannya, begitupun gadis itu, yang juga melihat Zea dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
"Mbak Zea?" tebak gadis itu sambil menunjuk Zea dan wajah berbinar.
Zea tampak masih berfikir, mencoba mengingat-ingat, siapa gadis itu, kenapa dia mengenali dirinya.
"Lupa ya? Apa pangling?" tebak gadis ceria.
"Bentar... lo...lo adiknya Naya bukan?" tanya Zea masih ragu.
"Seratus!" spontan Gadis itu menjentikkan jarinya.
"Lo, beneran Serli? Adiknya Naya?" Zea masih tak percaya.
"Iya kak, ini gue. Serli. Masih kurang jelas ya?" tanya Serli yang kemudian membuka hijabnya.
"Ya Ampun Ser, ini seriusan elo? bisa jadi cewek juga ya lo?" ledek Zea.
"Heleh, endingnya ga enak... Ya dari dulu pan gue juga cewek kak. Gimana sih lo?" sewot Serli.
"Ya abisnya elo dulu kan kaya bukan cewek. Tuh, lihat aja tu rambut, masih aja pendek segitu." kata Zea sambil menunjuk kepala Serli.
"Gerah kak kalau panjang dikit, makannya gue ga suka manjangin rambut." kata Serli.
"Eh. by the way, lo kenapa bisa di sini? Kakak lo gimana, di mana sekarang? Gue udah lama ga ketemu Naya." kata Zea.
"Ya biasalah lah kak, karena bonyok pingin gue rada beneran dikit, makannya gue dikirim ke sini. Di barengin sama Syahla. Kalau kak Naya, dia lanjut sekolah di SMK Nusantara kak, karena dia ga bikin ulah, makannya sama bonyok, suruh sekolah di sana aja" jawab Serli.
"Oh, gitu? Jadi, kalian ini udah barengan sejak awal masuk?" tanya Zea mencoba menyimpulkan.
"Iya kak. Bener banget itu."
"Eh, btw, kak Zea juga kenapa di asrama? Bikin ulah ya?" tebak Serli yang mengenal betul sahabat kakaknya. Karena Zea dan Serli memang memiliki kemiripan sifat yang terkadang Naya juga geleng-geleng kepala menghadapi adik dan sahabatnya itu.
"Enak aja lo ngomong, gini-gini gue anak baik tau. Ga kaya lo tu, mentang-mentang juara karate, terus hobi banget berantem. Kalau gue kan, bukan juara karate, mana mungkin gue berantem." kilah Zea.
"Ya siapa tau? Elo kan pinter mendebat orang, ya mungkin dari debaran elo, akhirnya eli kena hukum, terus di bawa ake pesantren ya." kata Serli lagi.
"Serah lo dah." jawab Zea sambil meletakkan tas ranselnya di nakasnya.
"Lo di kamar ini juga?" tartnya Serli.
"Iya."
"Wah, gimana kak? Udah pemanasan belum sama penghuni kamar ini? Si Bilqis Cs?" tanya Serli.
"Udah." jawab Zea dengan santai nya.
"Gimana kak duelnya? Menang siapa?" tanya Serli.
"Lo tanya aja sama Syahla." jawab Zea sambil mengambil botol minum, lalu diteguknya air mineralnya.
"Seperti yang tadi udah aku ceritain lah Ser, menang mbak Zea." jawab Syahla.
"Keren... anak karate Manjaya itu kudu kuat kak." jawab Serli.
"Makannya kak, saya tu tenang saat kakak datang. Karena biasanya, Syahla ditemani Serli. kalau dibully sama kak Bilqis Cs, biasanya ya Serli yang nolongin Syahla." jawab Syahla.
"Oh, gitu?"
"Eh, maaf mbak, tadi Syahla denger, anak karate manjaya? Emang mbak Zea juga orang Manjaya?" tanya Syahla.
"Lhoh, gimana sih lo La. Elo dari kemarin udah ngobrol banyak sama kak Zea, tapi lo belum tau kak Zea ini asli mana?" tanya Serli.
"Hehehe, lupa. keasyikan jadi temen, berasa udah lama kenal." jawab Syahla.
"Iya, gue dari Manjaya." jawab Zea.
"Aku juga lho mbak." kata Syahla, seketika Zea melongo.
"Kamu anak Manjaya? Berarti kita se daerah dong ya?" tanya Zea bahagia.
"Tapi dulu mbak, waktu Syahla masih SD. Pas SMP, Syahla udah pindah tinggal di kota ini, dan kata papa, bakal di sini terus mbak. Karena papa udah bikin rumah di kota ini." jawab Syahla.
"Oh gitu? Ya udah, kapan-kapan, kalau pingin main ke Manjaya, main aja ke rumah gue, atau ke rumah Serli." kata Zea
"Iya juga ya?" gumam Syahla.
"Oya La, lo bakal di jenguk keluarga lo kapan?" tanya Serli.
"Kata mama kemarin, InshaaAllah pekan depan. Nunggu papaku cuti dulu." jawab Syahla.
"Abang lo, ikut kan?" tanya Serli antusias.
"Biasanya sih, kalau ga sibuk, dia ikutan, kenapa?" tanya Syahla.
"Engga, gue mau ngenalin aja abang lo sama kak Zea. Cewek yang terkenal galak sama cowok, bakal luntur ga tuh hatinya kalau liat abang lo." kata Serli.
"Jangankan abangku Ser, itu mas Althaf aja mbak Zea masih beku." jawab Syahla.
"Masa'? Sekelas mas Althaf, cowok idola pesantren, ganteng, baik, ramah, pinter, Sholih. Dia ga mau?" tanya Serli heran.
"Gue kasih tau ni ya kak. Abangnya Syahla ini tu ganteng, Sholih, baik murah senyum ramah, ah. pokoknya cowok idaman deh. Dan satu lagi, dia calon imam gue ya. Awas lho, kalau lo nikung." kata Serli.
"Ya elah, santai aja kali. Kaya ga kenal gue aja. Gue bukan tipe cewek yang mudah jatuh cinta. Termasuk sama abangnya Syahla." jawab Zea.
"Beneran ya. Awas lho, kalau sampe lo ketemu dia, terus jatuh cinta sama dia. Inget, dia udah gue inden." kata Serli.
"Iya iya. Santai aja kali." jawab Zea.
"Eh. tapi, serius kak, lo beneran ga suka sama mas Althaf?" tanya Serli lagi.
"Iya, serius. Emang kenapa sih? Masalah buat lo?" tanya Zea.
"Ya, engga sih. cuman khawatir aja kalau lo tu bukan cewek normal kak." kata Serli.
"Maksud lo apa? Gue suka sama sesama jenis gitu?" tanya Zea tersinggung.
"Hehehe, engga gitu juga kali kak." kata Serli.
"Udah ah, gue gerah, mau mandi." kata Zea sambil menyambar handuknya yang tergantung di dinding kamar.
Namun, saat Zea akan keluar, ternyata Bilqis Cs sudah datang dengan alat mandi mereka. Sudah busa di tebak, bahwa mereka baru saja melakukan ritual mandi sore.
"Eh, kowe. Wis balik?" tanya Bilqis pada Serli.
"Iyo. Noh, gue udah bawain oleh-oleh khas betawi. Sana di makan. Sesuai pesanan lo pada." kata Serli kepada Bilqis Cs.
"Eh, mana Ser?" tanya Cara sudah tak sabar.
"Itu tu..." jawab Serli sambil menunjuk bingkisan di atas malas Bilqis.
"Yeay, thank's ya Ser." kata Dara.
"Iya, sama-sama."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Herry Murniasih
nah nambah satu lagi teman Zea, kicep ga si Bilqis cs
2023-11-05
0