Hari yang di tunggu punakan tiba, yaitu hari keberangkatan mengikuti kegiatan Jambore tingkat Kabupaten. Sore ini adalah hari terkahir para peserta jambore dari gudep SMP Nusantara berlatih dengan dipimpin oleh Syamil.
"Baik adik-adik. Hari ini adalah hari terakhir kalian berlatih, dan besok, adalah hari penentuan, dimana kalian akan tampil dengan kemampuan kalian. Tetap semangat, jaga kesehatannya, jaga kekompakannya, dan tetap jaga nama baik sekolah dengan tertib mengikuti setiap aturan di sana. Setiap perlombaan itu, ada menang ada kalah, jadi jangan terobsesi untuk menang, yang penting kalian berusaha semaksimal mungkin, supaya kalian bisa menuai hasil yang baik. Jadikan kemenangan sebagai bonus dari ikhtiar kalian selama dua bulan berlatih, dan jika tidak menang, jangan berkecil hati, karena sebuah keberhasilan itu, berawal dari sebuah kegagalan." kata Syamil berpesan panjang lebar.
"Siap, baik kak." jawab peserta secara serentak.
"Dan satu hal lagi, seperti yang sudah disampaikan oleh bu Ira di awal perjumpaan kita, hari ini menjadi hari terakhir saya membina di sini, karena tugas saya sudah selesai. Saya hanya menjalankan tugas sampai tiba hari H jambore. Maka dari itu, sebelum kita berpisah, ijinkan saya untuk mengucapkan kata terimakasih, atas kerjasama kalian, yang sudah berkenan menerima saya selama ini. Dan, saya juga minta maaf, jika saya ada salah yang disengaja ataupun tidak saya sengaja. Semoga, kalian menjadi generasi negeri yang hebat, cerdas dan bermanfaat untuk sesama." kata Syamil menyampaikan kata perpisahan nya.
"Baik, pimpinan nanti akan di ambil alih, saya pamit ya. Wassalamu'alaikum warohmatullah wabarokatuh." lanjut Syamil.
"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh." jawab para peserta secara serentak.
Syamil pun berbalik badan dan berpamitan kepada para peserta yang berbaris rapi di hadapannya. Syamil menyalami para peserta putra, dan mengatupkan tangannya saat berada di hadapan barisan putri.
"Saya pamit ya." kata Syamil sambil berjalan pergi.
Semua calon peserta jambore menatap kepergian Syamil dengan berat hati, terutama Zea, yang memiliki cerita indah bersama seorang pembina pramuka seperti Syamil.
Barisan diambil alih oleh pak Huda, dan membubarkan semua pasukan.
"Perhatian, pimpinan saya ambil alih, siap grak! Balik kanan bubar, jalan!" perintah pak Huda. Lalu semua peserta berbalik badan dan membubarkan diri dari barisan.
Tampak oleh mereka, Syamil belum keluar dari sekolahan, dan merekapun menghambur Syamil dan meminta foto bersama untuk kenang-kenangan.
"Kak Syamil, boleh kita minta foto bersama dulu?" tanya Hendri sang pradana.
"Oh, ya. tentu." jawab Syamil ramah.
Merekapun berfoto bersama dengan gaya anak-anak ABG. Setelah selesai foto-foto, Syamil berpamitan untuk pulang, dan beberapa calon peserta jambore juga pulang.
Seperti biasa, Zea menunggu jemputan di depan gerbang sekolah. Dia menghubungi abangnya terlebih dahulu, karena hari ini bukan Ayub yang menjemput, tetapi Azzam.
"Masih menunggu jemputan Ze?" tanya bu Ira.
"Eh, iya bu." jawab Zea.
"Apa bareng ibu aja?" tawar bu Ira.
"Ga usah bu, saya dijemput abang saya, mungkin sebentar lagi nyampe." jawab Zea.
"Oh. baiklah." jawab Bu Ira, namun saat akan menjalankan laju motornya, tiba-tiba jemputan Zea sudah datang.
Tin
Suara klakson mobil milik pesantren, tempat Azzam mengajar dibawanya untuk menjemput Zea.
"Dek." panggil Azzam dari dalam mobil.
"Eh, saya sudah dijemput bu, kalau begitu saya permisi." pamit Zea sambil berjalan hendak membuka pintu mobil.
"Lhoh, Azzam?" sapa bu Ira yang ternyata sudah mengenal Azzam.
"Ira bukan?" tanya Azzam memastikan sambil menunjuk Ira.
"Iya ini gue, Ira." jawab Ira.
"Wah, lama ga ketemu ya, apa kabar lo, Ra?" tanya Azzam.
"Alhamdulillah, baik Zam, lo sendiri, apa kabar?" tanya Ira.
"Alhamdulillah, Baik." jawab Azzam.
"Ini, Zea adik lo Zam?" tanya Bu Ira heran.
"Iya nih, lo gurunya Zea?" tanya balik Azzam.
"Iya Zam. Gue ngajar di sini." jawab Bu Ira.
"Widih, keren. Bisa jadi bu guru, berarti lo bisa kalem dong." kata Azzam menggoda Ira, yang dulu terkenal tomboy dan galak.
"Halah, sama aja Zam, gue di sekolahan juga terkenal galak kok." jawab Ira.
"Hahaha, di kurang-kurangin dong galak nya, biar ga di takutin cowok-cowok. Ehm, betewe, lo belum nikah kan?" tebak Azzam.
"Menurut lo?" bukannya menjawab, Ira justru tanya balik.
"Masih cantik gitu, kaya masih single, gue rasa sih, belum." jawab Azzam.
"Emang kalau udah nikah, jelek gitu?" tanya Ira.
"Ya, engga juga. Cuma pesonanya udah beda aja." jawab Azzam.
"Halah, kamu ni Zam." tepis Ira bersemu merah.
"Ya udah ya Ra, gue pulang dulu, thanks lho, udah jagain adek gue." kata Azzam sambil melambaikan tangan.
"Okey, gapapa. santai aja kali." jawab Ira.
"Mari bu, saya permisi." pamit Zea.
"Iya Ze, hati-hati ya."
Sesampainya di dalam mobil, Zea duduk di samping Azzam dan melihat wajah Azzam yang begitu tampak bahagia.
"Bang Azzam kenapa sih?" tanya Zea terheran-heran.
"Gapapa Ze." jawab Azzam santai.
"Mukanya kaya lagi seneng gitu."
"Lah, emang seneng. emang selama ini, Zea ngeliat bang Azzam gimana? Cemberut, sedih, susah gitu?" tanya Azzam.
"Ya engga juga bang, cuma beda aja. Kali ini tuh, sumringah gitu bang, kaya lagi ada sesuatu yang membuat hati bang Azzam berbunga-bunga. Bang Azzam, suka ya ketemu sama bu Ira?" tebak Zea. Seketika Azzam menoleh dan menatap adiknya.
"Apa? Ah, kamu nih dek, sok tau. Ya engga lah, Ira itu terkenal galak, banyak cowok ga berani deketin dia, karena dia itu galak." jawab Azzam ngeles.
"Halah, ngaku aja deh bang, kalau emang suka, bilang aja. Entar Zea bantu deh buat deketin bu Ira. Kalau setau Zea sih, bu Ira itu masih single, belum punya pacar juga. Dia itu galak, tapi tegas bang. Banyak guru cowok yang naksir sama bu Ira, tapi, bu Ira nya cuek bebek. Ga kaya tadi pas ketemu bang Azzam. Bu Ira itu pembawaannya di sekolahan tu jaim bang." terang Zea.
"Lhoh. kamu kok tau banget tentang Ira dek?" tanya Azzam.
"Ya taulah, karena bu Ira itu udah kaya sahabat Zea bang, dia itu guru terbaik yang pernah Zea kenal. Dia itu orangnya royal, dan welcome sama kita-kita. Mau curhat apa aja. its okey. Dia siap mendengarkan dan sering kasih solusi." jawab Zea.
"Widih, keren juga tu orang, bisa bijak gitu, sampe adek gue ngefans sama dia." cuman Azzam.
"Makannya, kalau bang Azzam suka sama dia, Zea comblangin deh bang." kata Zea menawarkan diri.
"Gitu ya? Ehm, boleh deh. Abang juga udah capek nih, ngejomblo terus. Udah pingin segera nikah." kata Azzam.
"Nah, makannya, mending nikahnya itu sama orang yang Zea kenal bang. biar Zea bisa menerima dia sebagai kakak ipar Zea. Hehehe." kata Zea.
"Gitu ya, boleh deh. Coba ya dek, bantuin abang."
"Siap bang."
Selama perjalanan pulang, Zea banyak bercerita tentang Ira kepada Azzam, hingga akhirnya mereka tiba di rumah, lalu Zea segera mandi dan menunaikan ibadah sholat maghrib. Sedangkan Azzam, yang memang sudah mempunyai contacnya Ira, langsung chat-chatan sama Ira dan mengucap say hello. Azzam mengambil nomer Ira dari grup alumni yang dia ikuti.
"Assalamualaikum Ira." sapa Azzam.
💕💕💕
Widih, ternyata Azzam suka sama bu gurunya Zea yang ternyata teman lamanya ya? Gimana kelanjutannya ya? yuk, ikuti terus cerita Dede...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Herry Murniasih
Ada hati yang berat saat Syamil mengucapkan salam perpisahan, semoga nanti ketemu lagi 😁😁😁. Ayo Azzam gercep dikit nanti di samber orang bu Ira 😁😁
2023-10-15
0