The Devang
...Prolog...
Angin sepoi berhembus menerpa rambut panjang coklat tua seorang wanita yang menutupi kedua anting berlian biru di telinganya. Dia duduk di atas meja putih kokoh, membaca sebuah buku dari balkon rumah megah yang tinggi. Sebuah buku bersampul merah hitam tanpa judul.
Tangan indahnya membalik halaman demi halaman di bawah sinar bulan yang menyinari dirinya dan ruangan gelap di belakang melalui jendela. Pupil mata merahnya lekat menatap setiap tulisan halaman buku itu dengan senyap. Dari kegelapan sudut balkon, seorang pria bersetelan jas lengkap dengan masker berdiri tegap mengamati wanita bertopeng setengah wajah itu membaca buku dari bawah bayang-bayang sinar bulan, memeluk sebuah mantel tebal di tangannya.
“Nona, cuacanya sudah mulai dingin. Anda harus masuk sekarang.” Ucap pria itu dari tempatnya berdiri memecah keheningan.
"Sebentar lagi.” Pupil mata merah yang cantik itu membaca setiap baris tulisan, menikmati kembali setiap kata yang tertulis di dalam buku di tangannya dengan hening sesaat. “Ck,ck.. Memangnya siapa yang mau membaca ini? Kisah nya terlalu menyedihkan sampai aku ingin muntah setiap kali membacanya.” Wanita itu membalik halaman berikutnya, bibirnya menyeringai miris melihat serangkaian coretan tinta hitam yang seakan hina di lembar kertas putih itu.
.
.
.
Di kegelapan malam bayangan gedung apartemen yang suram, seorang gadis kecil berambut coklat gelap menatap kosong mayat-mayat yang terkapar di tanah dari ayunan taman tanpa emosi di wajahnya. Genangan darah berceceran di permukaan tanah taman dengan banyaknya orang yang terkapar tak bernyawa. Hanya ada dia, seorang gadis kecil polos dengan tatapan kosong itu yang menjadi saksi bisu kematian orang-orang itu.
Mata yang gelap tanpa pancaran cahaya, detak jantung yang hampa, kehidupan yang tersesat tanpa tujuan…
Di Keheningan yang seakan abadi itu genangan darah di dekatnya mulai bergerak, riak-riak kecil memecah keheningan saat sebuah sepatu heels hitam menginjak setiap genangan darah dengan langkah yang tegas. Ketika high heels itu diangkat, tetesan darah jatuh kembali ke genangan, menciptakan suara lembut yang samar, yang hampir tidak terdengar oleh telinga.
Diambang keputusasaan gadis kecil yang tidak tahu kemana arah hidupnya, sebuah tangan terulur di depannya, tangan seorang wanita berparas cantik dan polos menghampirinya dengan senyum misterius penuh arti. Saat gadis kecil itu mendongak, mata mereka bertemu, pupil mata yang ditutupi oleh kehampaan itu bertemu dengan pupil mata merah yang menyala-nyala. Kilatan yang mencolok dari anting berlian biru wanita itu menyala, membuat seringainya terlihat dengan arti terselubung.
"Apa yang kamu lakukan disini? Bersembunyi? Jangan jadi pengecut! Sekarang keluar dan ikut aku, biarkan mereka melihat siapa kamu yang sebenarnya.”
Ucapan tegas wanita itu seakan membuat hati gadis kecil itu bergejolak hebat seketika. Rasa penasaran dan takut bangkit secara bersamaan di dalam hati kecilnya yang sempat hampa, detak jantungnya berpacu dengan cepat. Dia seakan melihat duplikatnya, mereka sama-sama memiliki hati yang bergejolak dan dingin, hanya saja ada sesuatu yang masih bertolak belakang di antara mereka.
"Ayo, kamu mau ikut atau tidak?" Tangan wanita itu masih terulur dan tetap menunggu, dia memberikan seringai dingin yang entah kenapa memberi sebuah ketenangan. "Aku akan menunjukkan padamu bagaimana caranya bersenang-senang."
Untuk sesaat mata gadis kecil itu memperhatikan mata merah yang menyala itu, sebelum pada akhirnya dia meraih tangannya tanpa ada keraguan. Di saat kulit mereka bersentuhan, sensasi dingin pada tangan wanita itu menyebar ke seluruh tubuh nya, dingin yang menenangkan di tengah malapetaka, menyetarakan apa yang sebelumnya bertolak belakang antara
Mereka.
Kaki mereka melangkah tegas di antara mayat dan darah yang menggenang, menyeringai lembut bagai petaka malam. Tangan keduanya bergandengan, menuju kegelapan tanpa ujung...
.
.
.
...BHAK...
Wanita dengan anting berlian biru itu menutup buku dengan kasar sebelum turun dari meja, berjalan menuju pria bersetelan jas lengkap di sudut balkon dan mendorong buku itu ke dadanya sambil tersenyum. Dia melewati pria berjas yang sedikit tersentak dan masih diam di tempatnya itu, berjalan mendahuluinya keluar dari pintu kaca balkon.
"Jangan melamun, kita masih punya banyak hal yang harus diurus."
"Baik."
.
.
.
Pagi hari di pusat kota Tokyo sangat ramai dan sibuk, ada banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang di jalanan dengan aktivitas nya. Berbagai macam emosi, raut wajah, kebencian, kegembiraan mengikuti disetiap langkah manusia.
Sejak awal memang sudah lama seperti ini, hanya saja ada sedikit bumbu yang dunia tambahkan...
Sebuah mobil hitam mewah berhenti di depan gedung besar yang tinggi. Wanita cantik dengan setelan jas feminim keluar dari kursi penumpang mobil mewah itu setelah seorang pria berjas lengkap membukakan pintu untuk nya.
Pria itu hanya menunduk setelah wanita itu keluar, lalu menutup pintu mobil, belum bergeming sedikitpun. Setelan jas yang lengkap yang mahal, postur tubuh yang gagah dan cukup tampan. Dia tak kalah menarik perhatian saat mereka keluar dari mobil. Semua orang di sekitar terkesima dengan kedatangan mereka ke gedung tinggi itu.
Bukan hal yang jarang terjadi di sana, tapi kali ini seakan terasa lebih berbeda dari biasanya. Sebentar orang-orang berhenti untuk memperhatikan kedua orang itu, terutama pada sang wanita. Wanita berambut ash brown panjang bergelombang dengan topi baret, cantik dan terlihat berwibawa dengan setelan jas feminim. Aura pekat yang mampu memikat siapa saja dalam domainnya. Bahkan aura itu terasa sangat kuat saat dia berjalan ke pintu gedung, membuka gagang pintu dengan tangan rampingnya yang tertutup oleh sepasang sarung tangan hitam.
Berbeda dengan suara di luar yang mudah terhipnotis oleh pesona dan auranya, orang-orang yang berada di dalam gedung terlihat lebih sibuk dari orang-orang di luar, tak ada siapapun yang memperhatikan. Memasuki lobi perusahaan, senyum mengembang di bibir cantiknya yang sempurna, matanya berbinar senang dan antusias melihat serangkaian interior modern yang begitu canggih didalam. Pikirnya, tempat ini berpotensi besar untuk tujuannya!
Tapi di menit berikutnya senyumnya berubah menjadi muram, telinganya menjadi gatal mendengar suara mengganggu yang masuk bertubi-tubi.
Semoga bos itu mati!
Dasar bajingan!
Aku sangat benci pekerjaan ini
Kapan hari kiamat, pekerjaan ini membunuh ku.
Mati! mati saja!
Ujaran kebencian dan busuk itu bertebaran di udara pagi yang indah, itu yang terdengar, tapi yang terlihat, tidak ada seorangpun yang menunjukkan ekspresi yang sama seperti di dalam hati mereka, semuanya hanyalah palsu. Sang wanita menatap orang yang tersenyum di sekelilingnya dengan muram dan tidak senang, dia menghela nafas berat ketika pria berjas tadi telah menyusul dan berdiri dengan tetap di belakangnya.
"Aaa... Zean.. Apa tidak ada tempat lain lagi?" Wanita dengan rambut ash brown itu merengek manja sambil berbalik menatap pria tadi.
"Nona, ini adalah perusahaan terakhir yang bisa saya rekomendasikan untuk anda. Pagi ini anda sudah menolak sekitar 18 perusahaan yang saya rekomendasikan, ini yang terakhir." Balas Zean dengan nada yang cukup tegas namun tenang. “Anda hanya perlu bersabar dan melihat nya sebentar sebelum menolak kembali.”
"Aaa..." Rengeknya lagi dengan raut cemberut yang manja.
Baru saja beberapa menit mereka berdiri di lobi dan mengobrol, beberapa orang berjas lengkap tiba-tiba saja datang dan terlihat tergesa-gesa menghampiri mereka berdua. Sungguh fenomenal yang langka dapat melihat para orang berjas mahal itu berlari tergesa-gesa menghampiri seseorang. Nampak terlihat jelas bakat mereka sebagai penjilat profesional yang mampu mendeteksi orang yang bisa mereka peras.
"Ah! Apa ini nona Kataia Otako?” Ucap seorang yang sepertinya pemimpin diantara mereka, pria dengan setelan jas coklat diantara kelompok jas hitam itu. “Senang bertemu dengan anda.” Tambahnya lagi.
Seorang pria bersetelan jas coklat, pria paruh baya yang berumur sekitar 40-45 tahun dengan beberapa rambutnya yang memulai memutih berbinar menatap punggung wanita yang bernama Kataia Otako itu. Merasa namanya terpanggil, Kataia berbalik dan melirik sedikit sinis ID card yang menggantung di leher orang-orang itu. Reaksinya yang diluar prediksi orang-orang itu membuat mereka sedikit gugup dan menegang.
Wanita rambut ash brown itu berbalik pada mereka, menatap sejenak dengan sinis, lalu menyipitkan matanya memperhatikan ID card yang bergelantungan pada orang-orang itu. Sesaat dia diam, lalu tiba-tiba tersenyum manis dengan mata berbinar.
"Ya, itu saya. Apa anda Tn. Banko? Saya sudah mendengar banyak tentang anda dari asisten saya.”
Tapi setelah sesaat dia diam memperhatikan ID card itu, senyum manis dengan mata berbinarnya mengejutkan orang-orang itu. Perubahan Kataia yang tiba-tiba itu membuat mereka tersentak dan sedikit takut, mereka hanya tertawa canggung untuk mencairkan suasana.
"Benar sekali! Itu saya. Sebelum itu saya mau mengucapkan terima kasih banyak, nona Kataia. Kami sangat senang saat anda menghubungi dan memberitahu kami bahwa anda mau untuk menjadi investor di sini. Saya sungguh senang dengan kabar ini." Ucap pria itu menunjukkan dan menuntun jalan bagi Kataia dan Zean dengan orang-orang tadi mengikuti di belakang. “Saya harap kita bisa semakin akrab dalam dunia bisnis kedepannya.”
"Bukan aku yang bilang, tapi dia yang bilang." Dengan nada polos Kataia menunjuk pada Zean yang ada di samping nya.
Tapi memang benar, Zean lah yang menghubungi perusahaan, tapi tentu saja kembali lagi pada fakta bahwa uang-uang itu berasal dari Kataia. Kesepakatan ini seakan belum di-briefing sebelum mereka sampai di perusahaan. Suasananya pun kembali menjadi canggung, Tn. Banko menjadi bingung harus melanjutkan topiknya ke arah mana, bahkan Zean hanya diam dengan senyum yang tulus ikhlas pada Kataia.
Untungnya mereka sudah mencapai lift, Tn. Banko menjadi lega ketika mendapatkan ide pengalihan topik lain.
"Nah, lewat sini, nona."
"Terima kasih.."
Tn. Banko tersenyum senang saat Kataia merespon ramah padanya, karena menurut rumor yang beredar Kataia adalah orang yang tegas dan kejam. Jadi saat melihat langsung Kataia di depan matanya sekarang, Tn. Banko langsung mengubah sudut kandangnya terhadap Kataia.
Sambil tersenyum lebar, dia memberikan jalan lebih dulu pada Kataia dan Zean untuk masuk ke dalam lift, di susul oleh dirinya sendiri dan beberapa orang tadi mengikuti. Pintu lift terbuka dengan lantai yang ingin dituju, di sepanjang perjalanan di lift itu, tidak ada yang berniat untuk memulai percakapan hingga pintu lift kembali terbuka.
"Saya dengar anda ingin mengasah skill dari bawah, jadi saya merekomendasikan anda di departemen accounting yang saya pegang.” Jelas Tn. Banko sambil menuntun Kataia dan Zean menuju sebuah ruangan dengan pintu kaca besar yang ada di lantai itu. “Kebetulan di tim 5 masih ada tempat, jadi anda bisa berada disana jika anda menyukainya."
Mendengar penjelasan Tn. Banko, Kataia sedikit kebingungan, dia mengerutkan alisnya, lalu melirik ke Zean yang ada dibalik bahunya sambil berjalan mengikuti setiap langkah Tn. Banko yang menuntun mereka.
“Kamu yang bilang begitu?”
“Iya.” Jawab Zean tenang.
“Jelek sekali alasannya.” Sungut Kataia ketus. “ ‘mengasah skill dari bawah’? Kamu pikir skill ku jelek?” Tambahnya lagi.
"Saya sudah berusaha sebisa mungkin untuk mencari alasan yang bagus.” Sanggah Zean.
“Sepertinya skill mencari alasan mu yang harus diasah lagi dengan Amayara.”
Memasuki sebuah ruangan yang ditujukan pada mereka, Kataia dan Zean berhadapan langsung dengan banyak orang yang sebagian sedang bekerja dan mengobrol. Suasana masih sangat ramai dan ricuh saat mereka masuk, bunyi keyboard komputer yang diketik dengan cepat, bunyi printer yang bekerja dan juga suara obrolan kecil di antara orang-orang melalui sekat tempat mereka bekerja.
"Semuanya mohon perhatiannya sebentar." Ucap Tn. Banko pada keributan dari kesibukan pegawainya.
Hanya dengan satu kalimat dengan nada wibawa yang lantang, Tn. Banko membuat hening ruangan untuk sesaat dan membuat mereka memperhatikannya, dia berdiri di tengah-tengah ruangan bersama Kataia dan Zean di dekatnya. Semua nya menjadi semakin penasaran dengan apa yang ingin Tn. Banko lakukan di pagi hari ini, apalagi saat melihat ada dua orang yang nampak asing diantara beberapa orang berjas yang datang bersama mereka.
"Semuanya, perkenalkan ini adalah investor baru di perusahaan kita, nona Kataia Otako.” Tn. Banko berpaling dan menatap Kataia sebentar sebelum melanjutkan. “Dengan maksud ingin mengasah keterampilannya, nona Kataia akan melakukan masa percobaan di Departemen accounting kita pada tim 5. Jadi mohon kerjasamanya."
Dengan wajah yang sudah diatur sedemikian rupa agar terlihat bersemangat dari bertemunya dengan Tn. Banko, Kataia maju selangkah dan menunduk memberikan salam kepada orang-orang yang akan menjadi rekan setimnya di tempat itu dengan ramah.
"Halo semuanya... Aku Kataia Otako. Senang bertemu dengan kalian semua." Sapa Kataia.
"Halo.." Jawab orang-orang itu serentak dengan tepuk tangan dan sorak sorai yang gembira.
Namun kenyataannya, suara bisikan-bisikan yang menusuk itu kembali bertebaran di udara, kembali membuat telinga Kataia menjadi gatal dan muak. Walaupun begitu Kataia mau tak mau harus nampak acuh, dia hanya bisa tersenyum palsu menikmati bunyi lain yang datang bersama dengan sorakkan.
Cih, lihat barang branded itu. Investor semuda itu? Investor atau simpanan manager?
Wahh!! Bagus! Satu lagi penjilat manager!
Dia berhasil masuk lewat jalur dalam!
Mustahil dia bisa masuk ke departemen perusahaan ini dengan umur semuda itu. Aku saja membutuhkan waktu sekitar 8 tahun untuk masuk ke sini! Orang berkuasa memang beda.
Tujuan dia kesini merendah untuk meninggi?
Bisikan nya semakin kuat seiring banyaknya waktu. Tapi dari mana itu berasal, apakah mungkin dari orang-orang yang nampak gembira dan ramah di depannya itu?
"Kataia! Kamu cantik sekali!"
"Salam kenal."
"Aku mau jadi teman mu, Kataia!"
Selesai acara perkenalan singkat itu para karyawan lain kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya dan urusannya masing-masing. Begitupun Kataia, dia kembali dituntun menemui rekan kerja nya menuju ke sebuah ruangan yang lebih kecil di ruangan besar itu. Tim 5 ini seakan istimewa karena memiliki ruangan khusus.
“Tim 5 punya ruangan tersendiri?” Tanya Kataia tiba-tiba karena penasaran.
“Benar. Pemimpin tim 5 memiliki kontribusi kinerja yang luar biasa dalam melejitnya saham perusahaan selama beberapa tahun ini. Sebagai hadiah, presiden perusahaan memberikan mereka satu kesempatan untuk meminta apapun, semua orang di tim itu sepakat meminta ruangan pribadi yang terpisah dari tim lain.” Jelas nya dengan lengkap mengatasi rasa penasaran Kataia.
Mendengar penjelasan itu Kataia hanya mengangguk-angguk mengerti dan tenggelam dalam lamunannya selama beberapa saat. Ketika pintu dibuka dan mereka masuk, senyum dari rekan-rekan kerjanya sangat manis bagai gulali, hampir membuat Kataia diabetes. Tidak banyak orang di tempat itu, tapi sudah bisa membuat Kataia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari mereka…
Inilah permulaan hari baru... atau mungkin ini sebenarnya adalah permulaan cerita dari yang lain..
"Halo semua! Aku Kataia, mohon bimbingannya untuk hari-hari kedepan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Sam
terbaik... dari prolognya aja udah menarik nih ... semangat bang
2024-10-11
1
Syiffitria
bakal seru nih si nona otako yang terpaksa bekerja d perushaaan/Chuckle/
2024-05-12
0
Bilqies
sebuah karya di tulis untuk di baca bukan untuk di boom like atau di scroll dan di kasih like aja
2024-05-10
1