Episode 6

Di gedung tua di daerah terpencil kota, tuan Osaka di sekap di sebuah kursi dengan mata yang ditutupi oleh sehelai kain panjang hitam. Tuan Osaka tidak sadarkan diri, duduk dengan tidak berdaya di depan lima orang anggota Deeper stuck.

"Sudah aku bilang... Menjadikan Nakamura umpan itu ide yang bagus." Celetuk Nichioro sambil menepuk pundak Hikazu.

"Tidak heran. Posturnya... Tidak bisa diragukan lagi untuk menarik harimau buas keluar dari sarangnya. Berotot. " Tambah Ayaka yang membuat frame sejajar dengan sosok Hikazu menggunakan jari-jari mungil berbungkus sarung tangan hitam.

Hikazu seakan menjadi daging segar di depan harimau gendut dalam imajinasi Ayaka. Sambil mengangguk-angguk pelan, Ayaka tersenyum mengejek Hikazu. Respon Hikazu langsung risih dengan kedua maniak di belakang punggungnya itu.

"Hentikan kalian berdua, itu menjijikan."

Hikazu melotot tajam menatap Nichioro dan Ayaka yang tersenyum mengejek di belakang. Sementara Kataia dan Goro hanya memperhatikan sambil duduk santai di lantai menunggu sandera mereka itu sadar.

"Lama sekali dia bangun.." Kataia bersungut-sungut, sangat bosan memperhatikan pria paruh baya yang duduk dan terikat tepat di depannya.

"Sabar..." Goro juga nampaknya mulai bosan, dia menggembungkan pipinya, menyakinkan Kataia bahwa dia berada satu langkah di belakang kata bosan.

Saat mereka sedang sibuk menunggu, tuan Osaka tiba-tiba terbatuk-batuk dan perlahan menemukan kesadarannya. Sungguh terkejut tuan Osaka ketika terbangun dengan pandangan gelap dan tubuh yang terikat di kursi. Dia panik, kelabakan dan ketakutan.

"Apa ini?! Kenapa aku terikat?!" Tuan Osaka memberontak dan membuat kursi yang terikat bersamanya bergoyang tidak karuan.

"Bapak, sebaiknya kamu diam saja di sana. Kalau kamu sampai jatuh akan lebih merepotkan lagi. Kamu berat, kami tidak bisa mengangkat mu lagi nanti lho..." Ucap Kataia lantang dengan nada yang mengejek.

"Bajingan! Lepaskan!"

Tuan Osaka menggeram, dia tetap memberontak namun tidak mengurangi sedikit pun kekuatan nya untuk memberontak. Selembar kertas di bawa oleh Goro saat dia berdiri dan melangkah ke tuan Osaka yang berada di depannya. Tangan kekar Goro mencengkram cukup keras pundak tuan Osaka bersamaan dengan matanya yang tajam.

"Tuan Osaka, apa benar anda melakukan perdagangan manusia di pasar gelap? Saya dengar anda lebih tertarik menjual tubuh pria. Bagaimana jika giliran saya yang sekarang menjual tubuh anda ke sana?"

Seringai yang mengerikan terlihat di wajah Goro. Sekilas mustahil Goro yang biasanya lemah lembut menjadi sangar dan kejam, namun itulah yang terjadi sekarang. Tubuh tuan Osaka gemetar, dia bisa merasakan kekejaman itu meremas kuat pundaknya dengan otot-otot kekar.

"Apa maksudmu? Aku tidak tau apa yang kamu maksud?!" Suara tuan Osaka gemetar.

"Anda berbohong, tuan."

Cengkraman Goro melemas, kilau mata coklatnya yang tajam melemah dan berbalik pada Kataia yang sedang duduk di lantai memperhatikan. Ternyata benar, Goro memang tidak sekejam tatapannya barusan, itu hanyalah gertakan semata. Melihat Goro seperti itu sinyal listrik menghantam otak Kataia, dia menerima sinyal tanda bagian perannya.

"Baiklah, giliran ku sekarang, kan?"

"Kalau kamu tidak bisa, biar aku saja." Ayaka menganggap remeh Kataia sambil menyilangkan tangan di depan dada dengan raut sinis.

"Tidak perlu, aku cukup handal untuk melakukan hal kecil seperti ini."

Dengan langkah yang kokoh Kataia mendekat sambil membersihkan sedikit ujung dress nya yang berdebu. Di kegelapan gedung tua yang menyeramkan, dress gradasi merah darah dan hitam Kataia terlihat mendominasi langkahnya, menjadi bintang dalam redup nya cahaya.

"Tuan, kamu mau berkata jujur atau bohong sekarang? Semakin kamu mengulur waktu terlalu lama, semakin kejam juga cara kami menginterogasi mu. Karena setiap detik penting bagi kami sekarang." Telunjuk Kataia yang terbungkus sarung tangan mengangkat tegas dagu bawah tuan Osaka.

Aura yang menajam saat suara lembut Kataia terdengar itu membuat tuan Osaka terdiam dan berpikir sejenak. Langkah kaki yang tenang namun mengandung energi kuat saat terantuk pada lantai gedung. Kebingungan tuan Osaka menjadikan hasrat Kataia akan ketakutan kelaparan setengah mati. Senyum manis nya terlihat jelas sekali palsu.

"Kenapa aku harus menjawab mu?"

Hanya tersisa satu langkah lagi untuk menutup jarak antara Kataia dan kursi yang terikat pada tuan Osaka. Kataia menarik salah satu sudut bibirnya, menyeringai senang sebelum heels hitamnya berada pada tepi kursi diantara selangkangan tuan Osaka.

"Karena cepat atau lambat pisau yang ada padaku akan menancap di tenggorokan mu itu. Cukup jawab satu pertanyaan saja kamu sudah bisa keluar dari sini hidup-hidup, tuan. Yaa... minus nya mungkin mata mu akan ku congkel."

Besi dingin yang tajam dan mengkilat keluar dari balik lipatan gaun merah Kataia yang membungkusnya. Hawa disekitar mereka seketika dingin saat besi dingin itu sudah menempel pada permukaan pipi tuan Osaka yang sepertinya diam membeku.

Ayaka yang sebelumnya meremehkan Kataia terdiam sambil meneguk liur nya dipojokan di sebelah Nichioro. Nada Kataia menajam dan menuntut dengan seringai nya yang membuat suasana semakin dingin.

"Bagaimana jika aku tidak mau, anak muda? Kamu mau apa? Mau membunuh ku, coba saja kalau berani." Setelah membeku sesaat bibir tuan Osaka tersungging naik dengan nada yang merendahkan.

Tentu saja nada yang merendahkan itu tidaklah jarang Kataia dengar, telinganya sudah kebal mendengar intimidasi yang bukan apa-apa baginya itu. Kataia mendengus dan tertawa pelan.

"Cih, aku suka tantangan mu, tuan Osaka."

Besi pisau yang sebelumnya berada di begitu dingin di kulit beralih tempat ke belakang telinga tuan Osaka, memotong cepat kain hitam yang menutupi matanya dalam satu goresan kecil dengan tepi nya yang tajam. Mata tuan Osaka terbuka, perlahan terlihat jelas Hikazu, Nichioro, Goro dan Ayaka yang mengenakan topeng, serta—Kataia yang terpampang jelas wajahnya tepat di depan tuan Osaka.

"Ingat wajah ku baik-baik, tuan Osaka. Kita lihat saja nanti, siapa yang membunuh siapa nantinya. Ingat nama ku, Kataia Otako."

Aura kekejaman Kataia meliputi tempat itu bagai kabut hitam yang mengamuk. Rekan yang lain sampai termenung melihat hal mereka kira tidak akan pernah mungkin terjadi di hari itu. Tepi besi pisau telah kembali menempel dan menekan kulit leher tuan Osaka dengan tepi nya yang tajam.

Nafas tuan Osaka tercekat gemetaran sambil meneguk liur, matanya terus fokus pada ujung pisau tajam yang mengkilat di atas leher sebelah kanannya. Semuanya gemetar, tuan Osaka kehilangan kendali atas tubuhnya yang perlahan mulai lemas.

"Kataia, berhenti."

Namun Hikazu menarik paksa bahu Kataia dengan kasar, membuat wanita itu terdorong dan hampir terjatuh di dekat Goro. Suaranya dingin dengan tuntutan yang menegaskan bahwa tidak ada bantahan. Untungnya refleks Goro cepat dan menahan punggung Kataia tepat pada waktunya.

"Oi! Orang gila! Kamu mendorong ku begitu saja?! Tidak tau kata terima kasih?!" Decak Kataia kesal sambil menunjuk wajah Hikazu tanpa ada rasa hormat.

"Habisnya gertakkan mu itu tidak ada gunanya, lihat dia tetap bungkam. Ingat, setiap detik kita berharga. Yang ada wajah kamu akan di ingatnya, kamu akan terancam nanti. Dasar ceroboh. Dan singkirkan jari kurang ajar mu itu dari hadapan ku."

Reaksi Hikazu berubah drastis. Yang biasanya bersikap kekanak-kanakan membalas Kataia, menjadi lebih dingin dan serius. Kataia sampai tercengang dan menatap aneh Hikazu, tapi sepertinya anggota Deeper Stuck lain sudah terbiasa dengan itu.

"Hah! Apa gedung tua ini berhantu?! Wah.. Sepertinya salah satu dari mereka mungkin merasuki mu, Hi—Hi—Hi!! Sangat lucu." Nada Kataia mengejek dalam suaranya.

Sikap Kataia itu bisa mengusik Hikazu dengan instan. Terlihat jelas dalam tatapan tajam nya setelah Kataia mengejek, tajam, serius dan dingin. Nyali Kataia seakan ciut ketika anggota deeper stuck lain tidak ada yang membela situasinya.

"Baik, maaf Nakamura. Lakukan saja semuanya semau mu. Cepat selesaikan, kamu terlihat menjijikan saat serius seperti itu."

Tanpa sadar wajah Kataia mulai tersipu, ada sesuatu yang menggangu nya. Diam-diam Nichoro, Goro dan Ayaka tertawa di belakang memperhatikan Kataia dan Hikazu yang tanpa sadar berkelahi seperti biasanya, namun dengan versi yang berbeda kali ini.

Hikazu memutar matanya malas mendengar Kataia yang baru kali ini mau mengalah dengan cepat, matanya mengejek dalam diam pada Kataia saat dia mulai menampakan senyum sinisnya. Langkah tegas Hikazu maju beberapa langkah dan menyisakan beberapa jarak diantaranya dan tuan Osaka.

"Perhatikan ini, anak baru. Beginilah cara untuk membuat seseorang yang bungkam agar berbicara." Sekilas Hikazu tersenyum pada Kataia di belakang. Lalu senyum itu berpindah pada Nichioro.

"Baik, bos."

Senyuman dan tatapan itu adalah sinyal yang entah ada apa yang terkandung, namun Nichioro sepertinya mengerti benar apa artinya. Sama seperti yang lain, setiap anggota memiliki masing-masing aura yang berbeda, yang bertolak belakang dengan sifat asli mereka saat menjalankan misi.

Sama halnya dengan Nichioro, ketika dia memutar melewati punggung tuan Osaka, auranya dingin namun tenang. Nichioro melepas tangan kiri tuan Osaka dan menguncinya di sebuah besi yang menempel pada meja di samping kursi.

"Lihat ini Kataia."

"Apa yang mau kamu lakukan bajingan! Kalian semua, lihat saja, kalian akan menerima ganjaran yang setimpal!!!!" Teriak tuan Osaka yang memberontak dari setiap belenggu yang menahannya.

Tapi telah terlambat untuk meminta ampun dan membebaskan diri. Hikazu mengeluarkan sebuah pistol dari saku coat nya, menarik pelatuk dan melepaskan beberapa tembakan yang menggema di seluruh bagian gedung tua.

...DOR DOR DOR...

Setelah suara tembakan itu berakhir, teriakan melengking yang mengerikan menyusul menggelegar di gedung tua. Tuan Osaka menjerit sejadi-jadinya di tempatnya terikat dengan jari-jari yang hancur remuk.Daging dan tulangnya hancur tak berbentuk berhamburan dimeja.

"AHHHHH!! AHHHHH!!! KALIAN– KALIAN MONSTER! BAJINGAAN!

Tuan Osaka terus menjerit-jerit kesakitan, wajahnya memerah dan keringat dingin mengucur di dahi nya. Samar-samar ada senyum kepuasan di wajah Hikazu, diam-diam terlihat lapar dan haus akan jeritan atas penyiksaan yang telah di lakukannya.

"Kamu mau bicara sekarang atau tangan mu yang satunya juga mau ku hancurkan dulu?" Tatapan dingin yang begitu tajam menatap tuan Osaka.

Tanpa perintah apa-apa dari Hikazu, Nichioro berinisiatif menuju ke sisi tangan tuan Osaka yang lain dan hendak melepaskan ikatan nya. Belum saja Nichioro menyentuh tali yang mengekang nya, tuan Osaka sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya.

"Tunggu! Tunggu! Baiklah! Akan aku beritahu kalian. Tolong berhenti.." Air mata tuan Osaka berjatuhan, wajahnya masih memerah karena kesakitan.

Rasa sakit yang dirasakan tuan Osaka tidak main-main. Daging dan telapak tangannya hancur, berhamburan dan mengeluarkan darah yang banyak di meja samping kursi. Mendengar tuan Osaka akan buka suara, Hikazu sedikit luluh dan menurunkan pistolnya.

"Bagus, katakan."

"Vilang! Kasino Vilang! Orang-orang itu sedang beroperasi di beberapa kasino, salah satunya kasino Vilang! Hanya itu yang aku tau." Seru tuan Osaka dengan mata yang masih berkaca-kaca. Suaranya tergesa-gesa dan panik.

Hikazu terdiam sebentar sambil menyentuh keningnya, matanya melamun menatap lantai di dekat tuan Osaka dengan frustasi sambil sesekali menghela nafas kasar.

"Vilang lagi..Kenapa Vilang ini sangat suka sekali membuat onar?"

"Kamu yakin hanya itu?" Hikazu kembali mengangkat pistolnya yang masih punya beberapa peluru di dalam. Hati Hikazu yakin bahwa tidak hanya itu saja yang tuan Osaka tau.

"Pemimpin kami— maksudnya pemimpin mereka sekarang beroperasi dan mengawasi kinerja perdangan di kasino Vilang dalam beberapa waktu kedepan. Kemungkinan akan kembali ke pusat saat musim dingin. I-ini, benar-benar terakhir, hanya itu."

Setelah beberapa saat menyelidiki gerak-gerik kecil tuan Osaka, Hikazu menyimpan kembali pistolnya ke dalam saku coat hitam yang dikenakan. Tatapan matanya perlahan melembut dan Hikazu tiba-tiba saja berlutut di depan tuan Osaka lalu melepaskan ikatannya dalam sekejap.

"Kamu tau tuan, orang-orang 'besar' di luar sana sangat gelisah karena teror kelompok kalian. Karena pihak kepolisian tidak bisa mengatasinya, jadi untuk itulah kami disewa dan ambil kendali mulai sekarang di kasus ini."

"Kalian? Pekerja yang di sewa oleh para aparat?" Tuan Osaka masih tidak bisa percaya dengan perkataan Hikazu.

"Benar, tuan. Polisi hanyalah cara halus mereka untuk menangani kalian. Sedangkan kami ada cara kasar dan brutal, metode kami dan kepolisian untuk mengatasi seorang penjahat itu sangat berbeda, seperti sekarang." Senyum manis mengembang di pipi Hikazu.

Ketika setiap belenggu sudah terlepas tuan Osaka tertegun, matanya lekat menyelidiki mata Hikazu yang dikelilingi oleh beai topeng. Tuan Osaka punya banyak pertanyaan di kepala nya, dia bingung apa sebenarnya tujuan orang yang ada di depannya itu.

"Ehhhhh?? Oy! oy! Nakamura, kamu benar-benar gila ya?! Kamu melepasnya?" Protes Kataia seperti biasa sambil menunjuk-nunjuk wajah Hikazu dengan tidak sopan.Nada suara dan langkah kakinya menuntut dan kebingungan.

"Kataia.. Diam, diam. Kamu kemari saja, jangan mengacau."

Tapi dari belakang, Ayaka datang membekap mulut Kataia dan menyeretnya untuk mundur. Kataia kebingungan dengan sikap rekan-rekannya yang biasa saja dengan tindakan bodoh Hikazu, dia memberontak dari Ayaka yang masih menyeretnya menjauh. Hingga mendekati posisi Goro barulah Ayaka melepaskan Kataia dari bekapannya.

"Kalian ini gila juga atau bagaimana?! Kalian malah mendukung manusia gila itu melepaskan sandera kita. Heh! Sepertinya setelah ini aku yang akan ikut gila di organisasi ini."

Nada sarkasme yang ketus itu membuat hati Goro dan Ayaka terpukul hingga berdarah, mereka hanya bisa tertawa canggung dan menyetujui perkataan Kataia yang sepertinya sangat kesal. Sesekali Goro dan Ayaka menatap satu sama lain dan mengiyakannya, memang benar, tapi itulah kuasa Hikazu.

"Percaya saja pada Hikazu, Kataia. Memang yaa.. Mungkin pemikiran nya rada-rada. Tapi percaya saja." Ucap Goro yang semakin erat menahan Kataia untuk mengacau pekerjaan Hikazu.

"Huh!"

Akhirnya Kataia diam dan sedikit menurut dengan terpaksa. Dia menatap cemberut Hikazu dan Nichioro yang sedang berbincang serius dengan tuan Osaka.

"Uh!"

Tapi tanpa terduga tuan Osaka memberontak dari kendali Hikazu, dia menampar keras topeng Hikazu hingga terlepas dan terjatuh ke lantai dingin . Untung saja Hikazu dengan cepat menyembunyikan wajahnya itu dengan lengannya.

"Sialan!"

Dari balik lengan Hikazu ada darah yang mengalir menuruni dagunya. Saat di perhatikan kembali, topeng besi Hikazu yang terjatuh di lantai penyok dan sedikit retak, kemungkinan itulah yang membuat Hikazu terluka. Anggota lain bergegas berlutut mendekati Hikazu dengan khawatir.

Kesempatan emas itulah yang dipergunakan tuan Osaka untuk berlari kabur sementara yang lain teralihkan dengan identitas Hikazu yang hampir terungkap dari balik topeng.

"Woi! Jangan lari! Bajingan!" Teriak Nichioro. Sementara yang lain mendekati Hikazu, Nichioro bergegas bangkit dari sampingnya hendak mengejar tuan Osaka yang sudah lolos dari pandangan mereka.

"Nichioro."

Namun satu kata itu berhasil membuat langkah kuat Nichioro untuk berhenti. Dengan raut wajah yang kesal Nichioro kembali berlutut menghampiri Hikazu yang sedikit kesakitan memegangi wajahnya.

"Lihat! Sepertinya Kataia mulai benar, kamu benar-benar gila, Hikazu. Kamu terlalu santai sampai membuat diri mu sendiri dalam bahaya." Raut Nichioro berubah drastis hingga berubah menjadi marah.

"Biarkan saja." Ucap Hikazu yang masih terdengar santai sambil terkikik mengerikan.

Kataia yang sebelumnya mengatai Hikazu gila, tercengang tidak percaya. Tangannya gemetar melihat aura Hikazu yang terlihat sangat berbeda dari biasanya, tajam dan mengerikan. Namun tatapan Kataia tetap teguh, dia menatap Hikazu yang sedang berada di lantai dengan ekspresi kosong yang datar.

"Vilang, kan?" Gumam Kataia tiba-tiba saat rekan yang lain ricuh.

"Memangnya kamu mau apa? Mau melakukan nya sendiri?"

Hikazu mengangkat kepalanya menatap Kataia yang juga berlutut di sampingnya. Mata rekan yang lain mengikuti Kataia yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

"Yah.. Vilang memang dalam jangkauan mu. Tapi kita masih bisa memikirkan itu nanti. Orang tadi mel—

"Aku tidak ada waktu untuk melakukan hal seperti ini lagi. Emn... Waktu ku sudah habis bermain-main dengan kalian. Saatnya aku pergi bekerja." Suara Kataia terdengar tenang melirik jam tangan.

Dengan ekspresi datar dan kosong Kataia melangkah menjauh dari mereka menuju ke kegelapan gedung tua yang minim cahaya. Sontak perkataan Kataia itu membuat Ayaka naik pitam, bisa di bilang kata-kata nya sangat tidak sopan dan telah memotong pembicaraan Hikazu.

"Heh! Bilang saja kalau kamu takut karena Vilang itu termasuk milik perusahaan mu dengan si iblis itu, Grize." Ucap Ayaka dengan nada ketus yang lantang.

Namun Kataia sama sekali tidak terpengaruh dengan provokasi yang Ayaka lontarkan. Ekspresi nya tetap tenang, dingin dan cuek, berubah drastis dari sebelumnya. Suara boots heels nya yang menggema perlahan menghilang di dalam kegelapan. Gigi Ayaka tertutup rapat menggertak kesal dengan sikap Kataia yang menjengkelkan dan semakin kurang ajar.

"Ayaka.." Goro menepuk lembut bahu Ayaka yang terasa tegang karena amarah.

.

.

.

Di gelapnya sebuah balkon rumah besar berdirilah seorang wanita berambut coklat di sana. Menatap pemandangan padatnya kota di malam hari dari kejauhan sambil menyeruput sedikit demi sedikit wine yang berada di ujung jari nya yang ramping dan indah.

Kota terlihat cukup sibuk malam itu, lampu toko, rumah dan jalan raya menghiasi pemandangan kota dari kejauhan. Seakan seperti sebuah miniatur yang di buat dan dijadikan sebuah pajangan di dalam kotak kaca. Sesekali wanita bertopeng itu tersenyum menatap betapa indahnya pemandangan.

"Nona.. Tidak baik minum wine di cuaca yang dingin ini. Anda sebaiknya masuk ke dalam agar saya bisa membuat susu coklat sebagai pengganti nya."

Entah dari mana seorang pria berjas rapi dengan masker datang dari belakang wanita itu sambil menyelimuti bahunya dengan sehelai selimut tebal hangat. Wanita dengan topeng merah itu bergeming, masih tetap menyeruput wine nya seakan tidak mendengar apapun dari pria tadi.

"Nona.." Pria berjas masih tetap berusaha mendapatkan perhatian wanita yang acuh tak acuh itu.

Akhirnya dia berbalik, wanita itu berbalik sebentar menatapnya tanpa bergerak, lalu duduk di kursi yang ada di balkon dengan senyum tipis samar nya. Setelah beberapa saat wanita bertopeng meletakkan wine nya di atas meja, melirik sedikit kursi di depannya, memerintahkan pria berjas tadi untuk duduk di sana. Pria berjas pun menurut dan duduk di depan wanita itu.

"Kaki anda sepertinya sudah lebih baik." Mata nya melihat sedikit ke kaki nya yang mulus.

"Riko.." Gumam suara lembut wanita bertopeng sambil menyesap wine nya kembali.

"Ya, nona.."

"Menurut mu.. Aku ini jahat atau baik?" Mata sang wanita berbinar sambil menumpu dagunya dengan tangannya dia atas meja, senyum lembut nya mengembang menatap Riko.

"Kenapa anda tiba-tiba menanyakan itu, nona? Tentu saja anda orang baik. Nona Devang yang paling baik."

Riko balas tersenyum lembut menatap Devang, terlihat tulus tanpa adanya kebohongan. Tapi senyum Devang perlahan memudar, dia terlihat sedih mendengar jawaban Riko. Punggungnya bersandar santai di kursi sambil kembali menatap pemandangan kota yang ada berada di kejauhan balkon rumahnya yang besar dan megah.

"Lalu kenapa orang-orang di sana menganggap ku iblis yang kejam?"

Devang terdiam sejenak memandangi pemandangan kota yang indah dengaan lampu nya yang warna warni. Begitupun Riko, dia terdiam dan termenung pada setengah wajah Devang yang tidak di tertutup oleh topeng, tidak berani mengatakan satu kata pun. Lebih tepatnya Riko bingung jawaban apa yang harus dia jawab atas pertanyaan Devang.

"Benar. Kamu menganggap ku baik karena kamu berasumsi kalau aku menyelamatkan mu dan Mira waktu itu. Tapi itu tidak benar, aku hanya lewat dan memanfaatkan jiwa kalian yang tersisa untuk diriku. Itu saja."

Bibir Riko gemetar, hatinya telah menyimpan banyak kata yang tertahan selama ini. Dengan kepala yang tertunduk Riko membuka maskernya, menunjukan sosok Zean yang berkaca-kaca..

"Kalau begitu kenapa anda masih membiarkan kami hidup di sisi bersama anda, nona? Kenapa anda tidak membunuh saya dan Mira yang menjadi saksi kekuatan iblis anda waktu itu? Itu akan menyelesaikan semuanya, kan? Tapi tidak.. Anda tidak melakukannya sampai sekarang. Karena itulah, anda adalah orang baik di antara orang-orang itu, di mata saya."

Devang mendengar suara Riko yang gemetar, tapi dia masih diam sesaat menatap pemandangan kota sebelum pada akhirnya menatap Riko yang tertunduk dengan matanya yang berkaca-kaca. Senyum tipis tersungging di ujung bibir Devang, tangannya kembali menyanggah dagunya di atas meja sambil lekat menatap Riko.

"Riko Zean.. Mira Amayara.. Ehm. Entahlah, mungkin saat itu aku kerasukan malaikat."

Perkataan Devang terdengar aneh dan mungkin tidak akan pernah terjadi. Biasanya setan lah yang merasuki seseorang dan mengalahkan malaikat, tapi untuk kasus Devang, Iblisnya sendirilah yang dirasuki malaikat. Agak mustahil, tapi mungkin bisa terjadi.

"Berhentilah menangis dan siapkan semua yang aku perlukan untuk perkerjaan selanjutnya. Ah, dan suruh juga Mira untuk kemari menata rambut ku."

Senyum lembut itu masih melekat di wajah Devang yang memberikan perintah. Suaranya lembut namun tegas dalam senyumannya yang terlihat tulus. Riko pun menurut, dia menyeka sedikit air matanya dan bergegas berdiri dengan tegak di depan Devang.

"Baik, nona."

Riko pergi meninggalkan Devang sendirian. Meninggalkan kesunyian yang langsung menusuk hati di tengah dinginnya malam di balkon yang gelap, hanya ada sinar bulan yang menyinari sudut pagar balkon. Matanya terus lekat menatap pemandangan kota di kejauhan sana sambil menyeruput lagi wine di atas meja.

"Ternyata aku orang yang paling buruk dalam memberikan nama..."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!