Saat mobilnya mendapat benturan yang keras dari mobil hitam yang ada di lawan arah jalan, wanita yang dijuluki 'Devang' itu sekilas melihat sesuatu hal di dalam mobil yang menabrak mereka saat mobil itu melintas dan melayang diatasnya. Sejumlah pria berjas yang tak berdaya dengan tangan dan mulut yang terikat kain hitam di dalam mobil.
Tapi kejadian itu hanya terjadi selama seperkian detik, sebelum mereka semua–
"Apa yang—?!!!"
...terpental dan bersimbah darah dalam kecelakaan mobil.
...BRANGG...
...BRUKKHH...
Kedua mobil itu terguling dan terpental sejauh beberapa meter dari tempat mereka menghantam satu sama lain. Dalam beberapa detik mobil mereka seketika remuk dan berasap. Teriakan histeris dari penduduk yang berlalu-lalang di tempat kejadian seperti menjadi musik mengerikan dalam tragedi itu.
"Siapa pun! Tolong! Ada kecelakaan!"
"Astaga! Astaga! Kenapa ini?!!!"
"Tolong!! Tolong!! Panggil ambulan!!"
Semua orang menjadi riuh, darah keluar deras dari sela-sela kedua mobil yang sekarang terbalik, hancur dan berasap. Pria coat hitam, Hikazu yang sedari tadi berada dalam mobil bersama Ayaka melihat kejadian yang terjadi, mereka sangat terkejut.
Reflek Hikazu menjadi panik seperti yang lainnya, keluar dari mobil dan berlari menuju ke salah satu mobil di kejadian itu. Dia membuka salah satu pintu mobil yang menjadi korban dalam kecelakaan. Menemukan seorang wanita dengan topeng setengah wajah sudah hampir tidak sadarkan diri dengan bersimbah darah bersama supirnya.
"Nona!!! Nona! Bertahanlah! Tetaplah sadar!" Teriak Hikazu. Tanpa sadar dia menariknya keluar dari mobil dan memeluk wanita itu dengan erat, membekapnya tanpa ragu.
Pandangan wanita bertopeng mulai mengabur, hampir kehilangan seluruh kesadarannya karena kehilangan banyak darah dan terjadi benturan keras di kepalanya. Samar-samar wanita itu menatap wajah Hikazu yang buram, merasakan dejavu masa lalu yang terasa familiar berputar-putar di kepalanya.
Dia memiringkan bibirnya, tersenyum sinis sebelum dirinya benar-benar lemas dan tak berdaya. Tangannya gemetar karena dipaksakan, meraih tangan Hikazu yang memeluknya erat.
"Kamu pria.. yang bodoh.." Kalimat terakhir sang wanita sebelum kehilangan seluruh kesadarannya sambil menggengam tangan Hikazu.
Orang-orang semakin lama berteriak histeris di sekitar tempat kejadian bersamaan suara sirine ambulan dan mobil polisi yang datang. Suasana sekitar yang mengerikan dan menegangkan.
"Nona?! Nona, bertahanlah." Hikazu refleks memeluk wanita itu dengan erat, melindungi dia dalam pelukannya.
Tanpa sadar saat Hikazu memeluk wanita itu, tangannya terasa perih dan terbakar, tergores dan mengeluarkan darah seakan di gores oleh ratusan pisau tajam. Hikazu terkesiap, dia melonggarkan sedikit pelukannya pada sang wanita namun tidak sampai lepas, menatap pakaian dan kulitnya yang tergores saat menyentuh rambut dan kulit telapak tangan wanita anting berlian biru.
"Tidak mungkin.."
Hikazu tidak terlihat takut, tapi tertegun saat menyaksikan apa yang terjadi saat dia memeluk wanita beranting berlian biru. Dia merasakan adanya dejavu yang menghantam perasaannya, seperti.. beberapa tahun lalu.
.
.
.
"Hei kamu, kenapa kamu di sini sendirian?"
Seorang anak laki-laki tampan menghampiri gadis kecil yang sedang bermain sendirian di ayunan apartemen yang besar. Diantara luasnya taman dan diantara banyaknya anak-anak yang bermain di sana, hanya gadis itu yang bermain sendiri.
Pupil mata ungu anak laki-laki itu menatap gadis kecil yang masih terdiam membeku di depannya. Gadis dengan dua kuncir kuda itu tidak menyahut, hanya diam menatap anak laki-laki itu bingung tanpa bergeming.
"Heii... Kenapa diam??! Kamu tidak bisa bicara?"
Nampaknya anak laki-laki itu mulai kesal. Tapi dia tetap bersikukuh untuk bermain bersama gadis kecil itu yang sepertinya dijauhi oleh anak lain. Saat sang anak laki-laki mendekati gadis kunci dua, mata semua anak dan orang tua yang bersama mereka penuh dengan kengerian dan tatapan sinis.
Lihat anak itu? Apa orang tuanya tidak memperhatikan dia?
Ah.. Ngeri sekali, dia dalam bahaya.
Kita harus menolongnya...
Dia akan terbunuh sebentar lagi.
Gadis kecil dengan kepang dua masih terdiam, tak bergeming sedikitpun, hanya menatap lekat mata anak laki-laki yang berdiri depannya. Merasa tidak di respon, anak laki-laki tanpa ragu meraih tangan gadis kecil itu dan mengenggam nya, membawanya pergi dari ayunan yang terasa panas karena suhu tubuhnya yang tertinggal di situ.
"Kamu sangat lelet sekali, ya? Diajak bermain saja masih berpikir." Celetuk anak laki-laki dengan ekspresi yang sedikit jengkel.
Baru beberapa langkah mereka berjalan, gadis kecil menarik tangan anak laki-laki itu, menahannya, menghentikannya untuk terus melangkah bersama. Sontak anak laki-laki menoleh, menatapnya kebingungan saat mata mereka bertemu.
"Ada apa lagi? Kamu tidak ingin main?" Raut anak laki-laki mulai terlihat kecewa.
"Kamu tidak takut?" Kata yang membingungkan bagi siapapun yang mendengarnya di situasi ini.
"Takut apa? Memangnya apa– AH!"
Anak laki-laki itu tersentak. Tangannya tiba-tiba terasa perih dan terbakar tidak lama setelah dia menggengam tangan anak kepang dua. Sontak dia melepaskan genggaman tangan mereka dan mengecek tangannya.
Luka sayatan.. Yang cukup dalam dan parah, darah dengan deras mengalir dari tangan kecil yang lembut itu.
Orang-orang di sekitar taman yang sedang bersantai dari kejauhan melihatnya, terkejut sekali. Tatapan mata yang menghakimi dan mengutuk. Orang tua anak-anak itu saling berbisik satu sama lain dengan tatapan sinis.
"Aw, aw, sakit, sakit.." Jerit anak laki-laki itu pelan sambil berusaha menghentikan pendarahan.
Beberapa orang tua terlihat iba, ingin mencoba membantu namun masih nampak ragu dan takut. Tapi tidak sedikit juga yang hanya menonton, hanya memberikan tatapan yang menghakimi, penuh dengan kutukan dan kebencian dari kejauhan.
"Adik kecil.. Jangan dekati dia. Dia itu iblis, kamu akan terbunuh jika mendekatinya." Seorang wanita muda mendekati mereka, perlahan mencoba untuk menarik anak laki-laki itu menjauh.
Gadis kecil yang ada di samping anak laki-laki tiba-tiba merasa panik, ketakutan dengan tatapan penghakiman dari orang-orang yang menatap nya. Detak jatungnya berdegup kencang bersama dengan keringat dingin yang mulai mengucur. Seakan trauma yang berhasil membunuh jiwa nya. Dia meringkuk di tanah, menutup mata dan telinganya dengan tangan.
Lihat itu.. Iblis itu membunuh.
Darah kekejian yang menjadi meterai kekal di tubuhnya.
Pembunuh kecil.
Makhluk yang tidak patut untuk hidup, pembunuh yang menyamai hati iblis.
"Tidak! Tidak! Aku tidak membunuh mereka! Aku bukan pembunuh!!! Aku bukan iblis!!!" Gadis kecil itu berteriak histeris, semakin meringkuk dan mulai terisak di tanah.
Semuanya kebingungan, tidak ada yang bicara, tidak ada yang membuat suara, tapi dia.. Berteriak seperti orang gila. Perasaan ini membuat orang-orang itu merinding. Ketakutan, kebencian, penghakiman menyelimuti tempat itu.
"Kamu harus pergi. Ayo!" Wanita muda yang menghampiri mereka tadi terlihat mulai ketakutan, dia bergegas menarik anak laki-laki itu dengan cepat.
Tubuh kecil anak laki-laki di geser paksa, di dorong dan di tuntun untuk menjauh dari gadis kecil yang tengah meringkuk di tanah, terisak sendirian seperti orang gila. Pupil matanya yang mungil masih lekat menatap gadis kecil yang telah dia lewati di belakang.
Darah masih mengalir deras di tangan kecilnya, tapi itu bukanlah alasan yang membuat anak laki-laki itu tiba-tiba berhenti dan berbalik ke gadis kecil. Dia merasakan aura yang lain, aura kegelapan kuat..
"Tunggu!"
Anak laki-laki segera berlari kearah gadis kecil, memeluknya yang tengah terisak dan meringkuk di tanah tanpa takut dan ragu. Orang-orang di sekitar tercengang, ketakutan dan sangat terkejut. Bahwa bahaya mereka dipeluk tanpa ragu olehnya.
"Tidak apa-apa.. Ada aku."
Perlahan..
.
.
.
....luka-luka sebelumnya sembuh. Pria coat hitam masih terdiam sambil memeluk wanita beranting biru ketika lamunannya perlahan pecah. Traffic cone telah di pasang di beberapa titik tempat kejadian perkara, polisi dan tenaga medis juga telah tiba dan sudah mulai mengevakuasi korban lainnya. Bahkan sekarang ingin menjemput wanita beranting biru dari Hikazu yang masih membekapnya.
"Tuan, kami harus segera merawatnya." Tenaga medis pria berlutut dan menghampiri mereka berdua dengan sekotak alat medis.
"Oh, ya."
Hikazu tertegun, flashback itu seakan hanya terjadi selama beberapa detik di dunia nyata sebelum dia tersadar. Orang-orang masih masih riuh dan penuh dengan kepanikan.
Sementara Hikazu masih terpaku di samping wanita berlian biru bersama dengan salah seorang tenanga medis. Dia masih terlihat linglung menatap sekitar dan bajunya yang terkena darah wanita itu sebelumnya. Luka sebelumnya juga hilang, yang tersisa hanyalah pakaiannya yang seperti tergores dengan bercak darah.
Semua tenaga medis bergerak dengan sigap, mereka merawat dan mengevakuasi para korban secepat mungkin ke dalam ambulan untuk bawa kerumah sakit. Hanya tersisa wanita anting biru yang masih diberikan pertolongan pertama oleh salah satu tenaga medis tadi.
Tangan pria dari tenaga medis itu terulur hendak meraih topeng yang menutupi wanita yang di juluki 'Devang' itu. Topeng biasa yang menyembunyikan puluhan ratusan rahasia di balik kemisteriusannya. Tapi–
"Tunggu! Berhenti! Hentikan itu!"
Satu lagi orang yang menghambat kebenaran dari rahasia 'Devang'. Wanita tinggi, berambut pendek yang lurus, menggunakan pakaian kantoran dengan celana panjang. Dia berlari tergesa-gesa menghampiri wanita anting biru dengan kuatir. Menghampiri bintang redupnya.
"Saya wali mereka berdua. Nona Devang dan Tuan Riko.."
Dia menunjukan ID cardnya segera kepada tenaga medis itu, menatap nya tegas dan berwibawa, kokoh tanpa celah. Tertulis di sana 'Staf Grize, Mira Amayara.' Sesaat tenaga medis pria itu terdiam, memperhatikan sang wanita dari atas sampai bawah dengan ragu.
"Tapi mereka harus di rawat oleh tenaga medis profesional. Mereka terluka parah, bukan luka biasa. Jadi jangan main-main, pergilah, kami akan mengabari mu nanti."
Dia kembali fokus kepada Devang yang sudah sekarat dan tak sadarkan diri di tanah. Dalam beberapa detik tandu ambulan mendekat, beberapa tenaga medis lain menghampiri Devang juga. Mira terdiam, terlihat tegang sambil mengepalkan tinju nya erat-erat, tidak bergeming setelah itu.
Melihat ketegangan dari Mira, Hikazu yang sedari tadi hanya menonton dan tenggelam dalam lamunannya, menjadi tertegun saat mereka ingin menyentuh tangan Devang. Dia mendekat dan menepis tangan beberapa orang yang ingin menyentuhnya.
"Tunggu, kalian tidak bisa!"
"Tidak bisa apa?!! Kalian yang seharusnya tidak bisa terus di sini untuk menganggu kami. Pergilah demi korban-korban, mereka harus segera kami rawat." Tatap tenaga medis itu tegas kepada Hikazu.
"Biarkan saja. Tapi jangan salahkan aku nanti, karena aku sudah memperingatkan kalian." Mira menyela Hikazu untuk berbicara pada mereka, masih diam di tempatnya, terlihat tegang sedari tadi sambil mengepalkan tangan lembutnya dengaan erat.
Sok tau sekali mereka berdua ini.
Memangnya kenapa kalau kami menyentuhnya? Toh mungkin dia yang akan duluan mati nanti.
Para tenaga medis sepertinya merasa sangat terganggu dengan kehadiran Hikazu dan Mira. Itulah yang Mira pikirkan, jadi dia hanya diam, membiarkan kehancuran menguasai dan menyakiti mereka. Pada tenaga medis itu memang bebal, tapi itu memanglah tugas mereka. Mereka tetap harus menjalankan tugas untuk merawat korban walaupun nyawa sendiri berada di ambang kematian.
"Sini, biar aku saja."
Salah seorang tenaga medis yang lain mendekati Devang, menyentuhnya dengan tangan kosong untuk mengangkat wanita itu ke atas tandu ambulan di samping.
Tapi belum saja semenit tangannya menyentuh Devang saat meletakkannya di tandu, rasa panas dan perih menyerang kulitnya. Memerah dalam sekejap, kemudian melepuh dalam sekejap juga. Kulit telapak tangan yang mulai menghitam dan membakar kulitnya tanpa sisa, dia langsung berteriak histeris.
"AHHH! AH! Tangan ku?! Apa yang terjadi? AH!!" Dia menjerit kesakitan, berguling-guling di tanah dengan sangat menderita, tidak jauh dari tempat Devang berada.
"Tolong! Tolong! Air dingin! Cepat!" Hikazu sempat tercengang, namun segera bertindak mencari bantuan di sekitar.
Sejumlah tim yang telah mengevakuasi korban berlari, segera menolong dan menyirami tangannya dengan seember air dingin secepat mungkin. Setelah beberapa detik kejadian itu, suasana menjadi sedikit lumayan tenang. Tapi itu semua tidak menutup kemungkinan untuk membuat orang-orang shock dan ketakutan, hampir tidak percaya dengan yang telah terjadi.
"Apakah ini.. Kekuatan iblis qyang dirumorkan itu?"
Tenaga medis pria yang pertama terpaku, tidak bisa berkata-kata melihat kedua kulit telapak tangan rekannya yang melepuh dan tak bersisa, hanya ada daging segar setengah terbakar yang terlihat. Semua orang langsung Bergidik ngeri, tidak ada yang berani menyentuh ataupun melanjutkan pertolongan pertamanya kepada Devang yang sekarang masih sekarat di atas tandu ambulan.
"Sudah aku peringatkan, tapi kalian tidak mau dengar. Jadi kalian ingin menyerahkan Nona Devang dan Tuan Riko kepada ku tidak?"
Mobil hitam mewah yang besar berhenti tepat di belakang Hikazu dengan hembusan rodanya yang mahal saat Mira semakin kokoh dengan pendiriannya, menatap mereka dengan serius dan tegas tanpa celah. Kelihatannya semua orang itu tidak ada yang berani lagi, mereka menatap satu sama lain. Mengangguk dalam ketakutan dan keraguan pada satu sama lain.
Bisa dikatakan, negosiasi kecil Mira berhasil untuk membawa Devang dan Riko kembali. Keduanya di naikkan ke dalam mobil dengan tandu ambulan oleh tenaga medis dengan sangat hati-hati. Hikazu menatap lekat mobil besar yang mewah itu.
Saat Mira sudah masuk mobil dengan seorang supir, dia membuka kaca mobilnya, menatap Hikazu dengan sinis dan tajam, penuh dengan kebencian. Sekali Hikazu meneguk liurnya, mulai merasa ngeri sekarang.
"Naik." Ucap Mira dengan dingin dari kaca mobil yang terbuka.
"Ha? Kenapa?" Hikazu yang sedari tadi hanya biasa-biasa saja, tiba-tiba bergidik ngeri saat Mira menatapnya. Seperti tatapan yang dia kenal, tatapan Ayaka ketika sedang tidak mood.
"Ikut aku, ada yang ingin aku tanyakan. Tenang saja, kamu aman."
"Tapi aku meninggalkan teman ku di dalam mobil. Di sana." Hikazu menunjuk ke mobilnya yang terparkir di depan salah satu cafe di pinggir jalan.
"Tidak masalah, mau aku derek? Ikut saja sebentar." Suara Mira masih terdengar datar.
Lalu tidak lama, satu mobil lagi tiba di belakang mobil yang sekarang Mira naiki. Mobil mewah lainnya dengan seorang supir di dalam. Hikazu masih semakin ragu, apalagi saat melihat wajah tenang Mira setelah mendapatkan Devang bersama dengan supirnya yang sekarat.
"Cepat naik, sebelum aku meledakkan bom yang di tanamkan di mobil kalian dan membuat teman mu mati."
Hikazu merinding sebentar, tatapan Mira yang berhasil mematikan sebagian jiwa nya. Akhirnya Hikazu pun menurut dan segera masuk ke dalam mobil mewah yang telah Mira siapkan di belakang, meninggalkan Ayaka di dalam mobil mereka dengan hanya meninggalkan sebuah pesan singkat ke ponsel nya.
Bos Hikazu si gurita kantor: Ayaka, aku ada urusan sebentar. Kamu pulang saja duluan...
Pesan singkat itu muncul di layar ambang ponsel Ayaka yang baru saja memutuskan panggil telpon dengan seseorang. Ayaka segera membuka ruang obrolnya dengan Hikazu yang baru saja mengirimkan pesan 'singkat' itu.
Bos Hikazu si gurita kantor: Ayaka, aku ada urusan sebentar. Kamu pulang saja duluan. Sepertinya aku diculik, bisa di bilang juga di ancam. Rencana ku– oh lupakan saja. Kalau tidak sibuk selamatkan aku ૧(ꂹີωꂹີૂ) Oh iya, jangan lupa barang untuk divisi marketing, suruh Goro melakukannya. Uangnya lumayan, 900 Yen~
Nampaknya Ayaka mulai kesal, dia mengernyit karena jengkel menatap pesan Hikazu yang tertampang jelas di layar ponsel nya. Jari-jari nya menekan-nekan layar ponsel dengan tekanan yang cukup kuat, sama seperti tekanan batin yang Hikazu berikan melalui pesan 'singkat' nya.
Ayaka: TENTU SAJA BOS. BERSENANG-SENANG LAH DENGAN URUSAN MU, KALAU BISA TIDAK USAH KEMBALI SAJA.
Pesan itu terkirim ke ponsel Hikazu yang masih dalam perjalanan bersama Mira entah ke mana. Baru saja suara notifikasi itu berbunyi ke ponsel Hikazu yang ada di seberang, dia langsung memberikan balasan yang benar-benar lumayan singkat kali ini.
Bos Hikazu si gurita kantor: Capslock keyboard ponsel mu rusak lagi?
Ayaka: YA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Akun Saya
hai thor....lagi baca maraton nih....
2024-12-13
0