BAB 16 MELEWATI MALAM PUNCAK

Mail hanya terdiam dalam tenda sambil mendengar suara - suara aneh, orang minta tolong, menjerit dan setelah itu tertawa

Aneh, dan membingungkan. Heri yang terlelap tidurnya dan Umar, kak sandi di tenda sebelah, waktu menunjukkan pukul 02.30 menjelang shubuh. diluar terdengar sunyi tanpa ada suara dan hening. Hanya hembusan angin yang kencang melewati tenda kami

Mail pun, matanya mulai terasa berat dan ngantuk berat. Saat ingin pejamkan mata terdengar suara orang berbisik tapi agak keras dan terdengar kami di tenda.

"kamu tersesat dimana?" terdengar suara dari luar berbisik

"masuk gerbang ghoib" terdengar suara jawaban

sontak mail yang mau tidur dan mendengar suar itu langsung terbangun dan

"Hah,, gerbang ghoib" gumam dalam hati

Dan mail menoleh Heri dan Heri ternyata bangun dan mendengar juga

"udah il, diam saja" bisik Heri

tak lama berselang, dari luar ada suara memanggil

"mas, mas,"

kamipun pura - pura tidur padahal kami masih terjaga, suaranya mulai menghilang dan suara langkah kaki terdengar melangkah dan suara cekikikan kembali terdengar

Dalam hati kami hanya bisa diam dan berdoa akan keanehan yang terjadi, mail ambil handphone dan layar hp kami redupkan sinarnya untuk kirim pesan ke Umar

ternyata sama, Umar dan kak sandi juga mendengar mulai tadi suara - suara diluar dan mereka juga hanya diam saja dan mencoba untuk memaksa tidur tapi tidak bisa

shubuh tiba, waktu menunjukkan pukul 04.10 suasana jadi sepi dan sunyi tak terdengar lagi obrolan diluar dan kami berfikir mungkin mereka sudah tidur kamipun ikut tertidur

Pukul 05.15 kami terbangun lagi karena terdengar suar seperti di pasar, orang menawarkan dagangannya dengan memanggil - manggil dengan keras, sungguh ramai.

Mail dan Heri memberanikan diri membuka pintu tenda, saat kami buka. Ternyata tidak ada apa - apa. Sepi dan gelap

mail dan Heri langsung menutup tenda pintu tenda lagi karena ketakutan.

"apa itu tadi iL," tanya Heri

"ngak tahu her, sumpah aku gemetaran ini" jawab Mail

"udah her kita tidur aja lagi nunggu terang diluar baru keluar" ajak mail

Kamipun lanjut tidur lagi karena ngantuk berat dan gangguan suara - suara dari luar membuat kami kurang tidur

"Her, iL ,,, bangun dah jam 07.30 pagi ni, bangun" terdengar suara Umar dari luar

"Her, iL ,,, cepat bangun.. Lihat sini" teriak Umar

Heri dan Mail bergegas keluar dan saat melihat ke arah Umar, kami melihat tenda pendaki yang datang malam itu sudah tidak ada dan bekas ilalang yang dibangun tenda tidak ada bekas roboh malah masih berdiri tegang ilalang nya.

"tu bener kan her, tadi malam mereka aneh" ucap mail

"iya, iL.. Mereka setan kayaknya" sahut Heri

"kak sandi dan Umar apa bisa tidur semalam?!" tanya Heri

"sama, kita juga ngak bisa tidur her" jawab kak sandi

"pertama kali aku dengar seperti ini"

kami berempat pun segera membuat kopi panas dan memasak untuk sarapan, kami terlambat melihat matahari terbit Karena bangun kesiangan karena semalam susah tidur.

Kamipun ngobrol santai sambil sarapan pagi dan menikmati kopi panas dipuncak, angin berhembus kencang dan suara angin yang terdengar setiap melintasi kami

Obrolan kami apa yang kami rasakan tadi malam, dan mata kami berempat mulai sipit karena kekenyangan dan masih ngantuk.

"jam sembilan kita turun yah" ucap kak sandi

"bisa terbawa suasana kalau kita lama - lama disini" keluh kak sandi

Kami pun mulai menyimpan peralatan masak dan melipat tenda, setelah itu kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama, untuk mengabadikan momen langka ini.

Bersiap kami mulai mengangkat tas ransel kami, dan kami melanjutkan perjalanan turun gunung.

dalam pikiran kami, selalu terngiang tentang "gerbang ghoib" mudahan kami tidak tersesat nanti waktu turun, matahari semakin terik dan kami mulai memasuki pepohonan yang tinggi

sinar matahari mulai sulit untuk menembus pepohonan dan hawa dingin mulai terasa kembali, kami berjalan mengikuti arah jalan yang kami daki kemarin

terdengar lagi suara seperti pasar, orang menawarkan jualannya disela - sela pepohonan. Kami hanya diam dan menoleh ke kanan dan ke kiri. Tapi kami tidak berani bertanya satu sama lain hanya diam saja fokus turun gunung

Disela perjalanan kami melihat sekumpulan kera yang menutup jalan turun kami dan kami mencoba untuk mengusir mereka, tetapi mereka tidak mau pergi. Setelah itu kami mencari batang kayu untuk menakuti mereka

dan sekumpulan kera itu pergi menaiki pohon semua, kami pun melempar sedikit makan ke mereka lalu kami tinggalkan. Saat kami lanjut turun, terlihat ada sekelompok pendaki lain yang sedang naik keatas ingin kepuncak

"semangat mas, bentar lagi puncak" ucap kak sandi

"iya mas,, tapi mulai capek" jawab pendaki

kami pun akhirnya duduk dengan pendaki lain untuk istirahat dan ngobrol santai dengan mereka.

"mas, dipuncak hati - hati ya, kali ada suara - suara aneh ngak usah dihiraukan" tegas Mail

"biasa tu mas,, kadang ada suara pendaki lain berkemah disebelah tenda kita kan?!" tanya pendaki

"loh kok tahu mas?! Tadi malam malah kami lihat 3 pendaki yang datang malam dan paginya sudah hilang tanpa jejak" sahut Umar

"saya sering mendaki disini mas, jadi sudah hafal dan ngak kami hiraukan, kadang kami sahutin kalo manggil" ujar teman pendaki sambil bercanda

"kita ngak usah hiraukan mas hal - hal gitu, nanti ya pergi sendiri"

"tetep aja mas namanya setan ya nyeremin," sahut lagi Umar

Kamipun membubarkan diri dan melanjutkan perjalan kembali turun dan pendaki yang kita temui lanjut keatas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!