BAB 5 PUNCAK

"Bangun - Bangun sudah jam 04.30 pagi ni" ucap Heri sembari membangunkan Umar dan MaiL

"iya Her,, badan capek semua" jawab MaiL

"Mar, bangun mar...."

"iya aku sudah bangun" jawab Umar

"yuk kita bangunin Hana dan Lisa" ajak Heri

Mail dan Heri pun ke tenda sebelah untuk bangunkan Hana dan Lisa.

Kami pun bersiap dan merapikan ransel kami untuk bersiap menuju puncak, karena jarak perjalanan kurang lebih 45 menit

"Loh Umar mana" tanya Lisa

" masih didalam tenda" jawab MaiL

"Mar kamu ngak apa - apa" tanya Lisa

"iya, aku cuma heran kenapa ya selama mendaki aku selalu dihantui, tadi malam ada kuntilanak berdiri di api unggun menangis" jawab Umar

"Udah mar,, lebih baik kita tetap sopan atau ngak kita permisi." jawab Lisa

"udah Lis, tapi masih aja" sahut Umar dengan wajah agak pucat

Hana dan Lisa membuat minuman hangat dan merebus mie instan untuk kami, sedangkan Umar, Heri dan MaiL merapikan tenda

Dan jalan setapak kami kebetulan ada penunjuk arah tertulis (Puncak) yang terbuat dari papan kayu yang diikat di batang pohon, jadi kami tinggal mengikuti nya saja

Pukul 05.15 kami mulai berjalan kembali dan kabut masih tebal, hawa dingin menembus ke tulang - tulang tetapi tidak kami hiraukan

dengan penerangan senter kami mulai menuju puncak, jalannya tidak terlalu curam dan masih tanah tidak berbatu, pohon pun mulai sedikit demi sedikit berkurang. Yang ada hanya rumput ilalang setinggi dada dan setinggi lutut

Heri tetap memimpin didepan, lalu Hana, Lisa, Umar dan paling belakang Mail

dan akhirnya kami sampai dipuncak gunung, betapa bahagianya kami sudah terbayarkan lelah kami, dimana dipuncak hanya ada Padang ilalang setinggi lutut kami

Betapa indahnya pemandangan dipuncak gunung, terasa kita di atas awan meskipun matahari belum terbit, awan membentang luas bak lautan

Kamipun menikmati dan menunggu matahari terbit sembari memasak air untuk membuat minuman hangat, angin sangat kencang bertiup

Tak berselang lama terbitlah matahari terlihat dari kejauhan sinar yang menyilaukan muncul dibalik awan, sambil menikmati minuman hangat kami berlima duduk untuk mengabadikan momen langka ini

"Subhanallah,, sungguh indah" ucap Hana

"Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 13) ucap Heri

"tidak ada, semua ciptaan Allah sempurna" jawab Lisa

"Oksigen yang kita hirup untuk hidup adalah kenikmatan yang gratis manusia nikmati sepuasnya, patutnya kita lebih bersyukur" ucap MaiL

"betul sekali, kadang kita yang bodoh selalu merasa kurang, kurang dan kurang,, tidak pandai bersyukur,, jika Oksigen yang kita hirup harus membayar, berapa uang yang harus kita bayarkan dari kecil hingga besar ini! tentu kita tidak sanggup untuk membayar atau mengganti nya... Alhamdulillah..."ucap Umar

Kami pun merasa bersyukur dan memuji keagungan tuhan yang maha esa, karena kami begitu kecil dan begitu luasnya alam semesta

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 08.30 pagi, kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan kami turun gunung, tidak lupa kami membersihkan sampah kami dan membawanya turun karena itu tanggung jawab kami

Setelah selesai menyimpan peralatan kami di ransel, kami melanjutkan perjalanan kembali turun gunung

Dengan hati gembira kami saling bercanda dan tertawa dengan riang, karena tujuan kami tercapai

Akhirnya kita kembali dipos 5 yang sempat kami bermalam, disitu Umar masih teringat hal yang semalam terjadi

"udah mar, jalan aja terus ngak usah dipikirin" ucap MaiL yang dibelakang Umar

"iya iL" jawab Umar

kabut mulai berlahan menghilang, matahari berlahan masuk disela - sela pepohonan tinggi dan hawa dingin mulai terasa hangat

Kami pun terus berjalan melewati pos 5, dan disitu kami menoleh kembali dipos dan betapa terkejutnya kami ada sesosok hitam berdiri disamping pos sembari mengawasi kami. Heri yang didepan tidak panik tetapi Hana dan Lisa berlari ketakutan melewati Heri

Sedangkan Umar dan MaiL juga berlari sambil memanggil Hana dan Lisa agar tidak berlari karena resiko jalan turunan yang curam

Dan hal yang tidak kami inginkan terjadi, kami terpisah. Umar yang mengejar Hana berlari entah kemana dan mail, Lisa dan Heri berlari juga entah kemana

Disini awalnya...

Umar yang sudah menahan Hana agar tidak lari akhirnya berhenti, dan mendengar perkataan Umar. Sambil menoleh ke arah jalan yang kita lalui

Umar kebingungan, sambil memegang tangan Hana. Umar menoleh ke kanan dan ke kiri

"Her,, Mail, Lisa dimana kalian" teriak Umar

Sembari menenangkan Hana, Umar panik karena arah jalan tidak sama dengan yang lain. Maklum Umar kan bukan anak pecinta alam

Sisi lain. Mail, Heri dan lisa juga mencari Umar dan Hana.

"Mar, Hana" teriak MaiL

"wah .. Gawat her, Umar dan Hana hilang" panik mail

"tenang iL, kita coba cari dulu ya, Jangan lupa buat tanda di pohon, ucap Heri

kepanikan mulai terjadi antara mereka, akankah mereka bertemu kembali dengan selamat...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!