BAB 14 MENUJU PUNCAK

Pagi pun telah tiba, Mail dan Heri bangun lebih dulu dan merebus air untuk membuat kopi. kak Sandi keluar dari tenda dan jalan menuju semak - semak untuk buang air. Setelah itu Umar terbangun dan mencari kopi

"adakah... Kopinya" ucap Umar

"hadeh,,, mar, coba cuci muka dulu" jawab Heri

"iya,,, iya,,, " sahut Umar sambil mengeluh

"eh,,, iL kenapa kamu diam aja mulai tadi" tanya Umar

Umarpun langsung menuju semak buang air dan mencuci wajah nya pakai air yang kami bawa dari pipa bocor tadi dan langsung bergabung bersama kami menikmati kopi panas

"Oh,,, Mail, kenapa kamu?" tegur Umar

"tadi malam ada kejadian aneh, ada orang memanggil ku pas di belakang telingaku tapi aku menoleh tidak ada siapapun, setelah itu dari dalam tenda aku melihat tangan orang diluar. lebih merinding lagi, ada suara cewek cekikikan dari luar" jawab mail

"apa sama seperti dulu kamu ya mar, kuntilanak" tanya Mail

"iyalah... Apa lagi, suara cewek di hutan gini, kan kita laki - laki semua" jawab Umar sambil seruput kopi

"makanya iL, kalo tidur berdoa dulu" ejek Umar

Hihihihihihiiiiiiiiii.....

Setelah itu kami buat makanan untuk tenaga kami melanjutkan perjalanan. setelah sarapan kami bersiap merapikan tenda dan peralatan kami

semua sudah selesai masuk di tas ransel kami, kamipun mulai berjalan kembali menuju puncak.

jalan kami kali ini sangat lebar dan berbatu kecil - kecil. kurang lebih i jam kami berjalan, kami bertemu dengan pendaki lain yang akan turun

kamipun bertegur sapa dan menanyakan keadaan diatas

"gimana mas puncak?" tanya Umar

"mantap mas, tapi kabut tebal diatas bang" jawab pendaki lain

"Hati - hati mas Naik keatas ya, kami turun dulu" ucap pendaki lain

Kami pun langsung melanjutkan perjalanan ke atas dan mulai terlihat ada tenda yang terbuat dari gubuk atap jerami, dan ada pos yang terbuat dari kayu dan papan. Kami singgah untuk istirahat

rintik air hujan mulai turun, dan kami memaksakan untuk tetap naik karena hujan tidak begitu deras. Dengan membawa daun yang lebar kami gunakan untuk payung kepala kami

dan benar saja kata pendaki yang turun tadi, kabut mulai terlihat menuruni gunung dan kami masuk kedalam kabut, rasa takut terlihat dari wajah kami dan kami semua hanya terdiam dan fokus melihat jalan keatas. kadang kami melihat kebawah dan tak terlihat jalan kami tadi tertutup kabut.

"kak, kita ini terus aja kah naik" kabut gini kak" tanya Umar ke Sandi

"iya mar, kalau berhenti kita malah takut kalau kabut tambah tebal, kita cari tempat datar dulu atau pos, atau apalah yang penting bisa untuk pasang tenda" jawab kak sandi

Tak berselang lama kami sampai di tempat Padang rumput yang setinggi lutut dan kami mulai menebas rumput tersebut untuk dijadikan lapangan dan memasang tenda karena kami mulai kedinginan karena hujan

Segera kami buat tenda untuk berteduh, didalam tenda kami cemas karena angin kencang yang menggoyang tenda kami. Tetapi kami tidak peduli dan diam dalam tenda Sampai cuaca membaik.

Dalam tenda kami membuat minuman hangat dan berharap segera reda diluar, angin yang berhembus kendang membuat kami entah halusinasi atau pendengaran kami yang salah. Ada suara orang memanggil dari kejauhan meminta kita datang

"ayo sini...." suara dari kejauhan

"siapa itu tadi manggil" tanya Umar

"suara angin mar" jawab Kak sandi

"bukan, suara orang manggil "ayo sini" sahut Umar

"udahlah mar, ngak usah dipikirin, mungkin kamu salah dengar" jawab kak sandi yang memalingkan pembicaraan

Sebenarnya kak sandi, Heri dan Mail juga dengar tetapi mereka tidak mau menanggapi Hal itu

Hujan angin mulai deras, suara hantaman air hujan ketenda kami makin kencang dan angin menggoyang - goyangkan tenda kami

"kapan hujan ini reda, malah kita terkunci di tenda ngak bisa kemana - mana" ucap Mail

Sampai menjelang sore hari, hujan mulai reda dan kabut makin tebal hawa dingin terasa di sekujur tubuh ini, kamipun keluar dan merapikan tenda untuk melanjutkan perjalanan kami

dengan kondisi jalan yang basah, kamipun mulai naik kembali untuk melanjutkan perjalan. Dengan hawa dingin dan kabut tebal kami mulai kesulitan melihat dan bimbang untuk melanjutkan perjalanan kepuncak

"bagaimana her, kak sandi,. Kita lanjut apa ngak ini" tanya mail

"terus aja iL, yakin aja kita sampai puncak" jawab Heri

Kak sandi yang didepan terus mengarah kan kami naik dan Umar , maiL ditengah saling memegang baju, sedangkan Heri dibelakang terus mengikuti kami dengan langkah cepat, karena Umar dan mail mudah lelah dan nafas terdengar berat, jadi Heri yang mendorong mail dan Umar dari belakang supaya langkah kami tetap sama

Tak terdengar satu katapun, yang ada hanya suara nafas yang mulai berat karena lelah. Dan kak sandi tiada henti melangkah dengan lincah didepan

Derap langkah kaki semakin cepat karena mengejar malam yang akan tiba. Lapar dan dingin tak kami rasa lagi, keringat dan basah baju bercampur menjadi satu.

Lelah kami terbayarkan, puncak gunung mulai terlihat karena tanaman rerumputan yang setinggi lutut dan ada batu yang disusun pendaki lain dengan aneka tulisan "Puncak"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!