Semua seisi rumah heboh dengan kejadian Airin yang dikejar preman, terutama Agata dia sangat mengawatirkan keadaan Airin.
"Bagaimana keadaanmu sayang mana yang sakit, mana yang luka?" tanya Agata memutar - mutar tubuh Airin mencari luka ditubuhnya.
"Saya baik - baik saja nyonya" kata Airin.
"Syukur kalau kamu baik - baik saja Airin, saya jadi tenang" kata Mahendra.
"Dia tidak apa - apa hanya jantungnya yang bermasalah" perkataan dari Shaka membuat Airin malu. Tu kan tadi dia mendengarnya, jantungku bermasalah gara - gara kamu wahai bodyguard, batinya.
"Ha. Jantung?" kaget Agata "Pa. Telfon dokter Danu" kata Agata panik. Mahendra benar - benar akan menelfon dokter kepercayaanya, tapi Airin cegah.
"Eee nyonya. Saya tidak apa - apa nyonya, jantung saya baik - baik saja" kata Airin.
"Tapi kata Shaka jantung kamu bermasalah" kata Agata polos. Airin melirik Shaka. Yang dilirik hanya diam tanpa ekspresi.
"Pokoknya kamu harus diperiksa" Agata memaksakan Airin untuk mau diperiksa.
"Tidak nyonya, tidak usah. Tadi habis lari maraton jadi ngosngosan" jelas Airin sambil garuk - garuk, memang dia tidak sakit apa - apa.
"Beneran kamu tidak apa - apa?" tanya Agata sekali lagi.
"Iya nyonya"
"Kenapa lu nggak telfon gue sih Ka, kan gue bisa hajar tu para preman. Enak aja main kejar cewek orang aja" marah Arga dia selalu emosiaonal. Semua melihat Arga saat dia mengatakan cewek orang.
"Emang benar kan dia seorang cewek" jelas Arga.
"Kenapa kamu bisa lari kabur hanya menghadapi tikus kecil seperti mereka. Gangstar yang bersenjata saja kamu bisa mengalahkanya, apa lagi mereka" kesal Erlangga, dia tau kehebatan bodyguardnya ini tiada tanding. Hanya karena preman gitu saja malah kabur.
Shaka diam dia tidak menjawab, lari kabur bukan tipe dia, tapi karena gadis manis ini. Dirga pun tidak kalah mengawatirkan keadaan Airin lewat Vidio call nya di menanyakan mana yang terluka.
"Nona, apakah mereka ada yang anda kenali?" tanya Shaka setelah beberaap saat. Airin mengeleng.
"Aku tidak kenal mereka sama sekali" jawab Airin.
Dari kejauhan Mira seorang pelayan merasa iri pada Airin semua peduli padanya, bahkan banyak pelayan lain juga.
"Sihir apa yang dia miliki sehingga semua keluarga Agantara menyanyangi sampai segitunya, apa lagi dia bukan siapa - siapa dari keluaga ini. Padahal dia juga hanya pelayan baru, aku saja yang sudah lama bekerja disini tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu" batinya.
Tobi datang, lalu Mahendra menyuruhnya keruang kerja. Dan diikuti oleh Erlangga, Arga, Shaka dan asisten Jo.
"Bagaimana?" tanya Mahendra setelah duduk dikursinya.
"Mereka hanya komplotan preman, mereka hanya ingin mengganggu nona Airin tuan" jawab Tobi.
"Saya rasa bukan hanya mengganggu, ada sesuatu, mereka mengincar nona Airin" kata Shaka.
Semua yang diruangan saling pandang. Ada masalah apa Airin sehingga diincar para preman.
***
Semenjak kejadian itu, Mahendra menyuruh beberapa orang untuk mengawasi Airin dari jarak jauh bila dia berangkat atau pulang sekolah tanpa sepengetauhanya.
Selama beberapa hari ini memang tidak ada yang mencurigakan, semua aman terkendali, ya mungkin preman itu hanya iseng saja. Tapi Shaka tidak percaya dia merasa ada sesuatu entah apa itu.
Dimalam hari.
Airin sedang mengobrol dengan pelayan lainya, bercanda dan bergurau.
"Ai. Enak ya jadi kamu" kata Indah.
"Enak gimana maksudmu kak?" tanya Airin sambil memasukan cemilan dimulutnya.
"Kayaknya tu nyonya perhatian banget sama kamu Ai" kata Indah.
"Iya bahkan bukan cuma nyonya saja yang perhatian, melainkan semua keluarga Agantara peduli sama kamu" sambung Eni. Airin tersenyum.
"Bukan aku saja, nyonya dan yang lain juga peduli dan baik kok sama semua pekerjanya bukan?" kata Airin.
"Tapi kalau kamu spesial Ai" kata Wiwik.
"Sudah jangan berfikirana begitu, nyonya memperlakukan kita semua sama" Airin tidak mau yang lain iri karenanya.
Sedangkan Mira hanya menyimak saja, sebenarnya dia kesal sama Airin, tapi dia tidak tunjukan pada semua orang.
Didalam kamar.
"Bagaimana pa, apakah Tobi sudah menemukan keberadaan putri kita?" tanya Agata melihat foto bayinya yang sudah kusam itu.
"Belum ma. Tobi sudah berusaha samaksimal mungkin tapi belum dapat informasi apa - apa" kata Mahendra, Agata sedih meraba foto bayinya.
"Andai waktu itu pa, mama tidak terjatuh pasti semua tidak akan seperti ini, pasti putri kita sudah besar, pasti cantik seperti Airin" Agata membayangkan wajah putrinya tapi yang terbayang wajah Airin.
"Jangan menyalahkan diri sendiri, papa juga bersalah tidak bisa menjaga mama dan putri kita dengan baik. Semua sudah terjadi, kita berdo'a aja buat putri kita ya, semoga baik - baik saja" nasehat Mahendra sambil merangkul dan mengusap lengan istrinya, Agata mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments