Keesokan paginya.
Airin berjalan membawa keranjang pakain kotor menuju kamar Erlangga, untuk mengambil baju kotor milik tuan mudanya. Apa tuan muda sudah bangun sepagi ini? pikirnya. Dia harus menaiki tangga untuk sampai dikamar tuan mudanya, karena kamar ada dilantai 3. Rumah sebesar ini pantas aja kalau pembantunya banyak.
Tok.
Tok.
Tok.
Airin mengetuk pintu setelah didepan pintu Erlangga. Lumayan lama dia berada didepan pintu tapi yang punya kamar belum juga membuka pintunya atau memberi jawaban. Lalu dia kembali mengetuk pintu tiba - tiba pintu kebuka sedikit rupanya pintu tidak dikunci.
Dia bimbang antara masuk atau kembali kebawah, kalau asal masuk dia tidak sopan sekali tapi dia harus mengambil pakaian kotor.
Akhirnya dia mendorong pintu pelan - pelan hingga terbuka lebar, dia melihat disekeliling ruangan kosong, dimana tuan muda berada pikirnya tanpa berlama - lama dia segera memunguti pakain kotor.
Tiba - tiba ada Erlangga berdiri dibelakangnya sambil mengkaitkan kancing lengan kemejanya, Airin terlonjat kaget hingga keranjang jatuh menimpa kaki Erlangga.
"Aa..." teriaknya pelan.
Brak.
"Ma maaf tuan" lalu mengambil keranjang yang jatuh tadi.
"Ngapain ha?" tanya Erlangga.
"Saya hanya ingin mengambil pakain kotor tuan" Erlangga menatap Airin, tapi bagi Airin tatapan itu menyeramkan. Mati kamu Airin main masuk sembarangan kamar majikan aja batinnya.
"Maaf tuan tadi saya sudah mengetuk pintu tapi tidak ada yang menjawab, saya kira tuan tidak ada didalam. Maaf saya main nyelonong masuk saja, maaf tuan, maaf" ucap Airin sambil menunduk - nundukan kepalanya.
"Dikamar mandi masih ada" setelah mengatakan itu Erlangga berjalan kembali keruang pakain.
"Hah" Airin melongo.
Dia pikir mau dimarahin, ee taunya hanya bilang kalau kamar mandi juga ada baju yang kotor. Airin tersenyum kecil sambil berjalan kekamar mandi. Sebelum Erlangga masuk kedalam ruangan dia sempat melihat senyum manis Airin, dia ikut ketularan senyum.
"Kamu mau berangkat sepagi ini sayang?" tanya Agata sambil merapikan kemeja anak sulungnya.
"Iya ma, ada pertemuan dengan klain jam 10 dibali, Erlangga harus segera tiba disana" katanya. Agata sedikit sedih putra pertamanya harus pergi lagi, kalau sudah bekerja pasti akan sulit untuk menemui anak sendiri.
Erlangga tau mamanya sedih karenanya, harus bagaimana dia tidak mungkin meninggalkan pekerjaanya begitu saja.
"Nanti kalau ada waktu kita camping bareng" kata Erlangga menghibur mamanya ya walaupun belum tau kapan tapi mamanya cukup senang.
"Beneran?" Erlangga mengangguk.
"Tu kalau sudah ada anak, lupa deh sama laki - laki tua ini" kata Mahendra berjalan dari atas sambil memegang dasi. Agata tersenyum.
"Maaf ya pa" ucap Agata mengambil dasi ditangan suaminya lalu memasangkan dilehernya.
"Papa cemburu" canda Mahendra.
"Masa cemburu sama anak sendiri..." Agata memasangkan dasi sembil bicara.
"Camping? Boleh juga" kata Mahendra.
"Oke, pa kapan - kapan kita atur jadwal campingnya" kata Agata.
Erlangga tersenyum kecil, lalu arah pandanganya melihat Airin yang berjalan kedapur memakai seragam SMA, dia masih sekolah pikirnya. Karena dia melihat Airin sampai tidak berkedip Dirga datang menepuk bahu pelan sang kakak.
Puk.
Tepukan dari Dirga membuyarkan lamunanya. Lalu dia menatap adik pertamanya.
"Iya sudah lama kita tidak camping. Bagaimana kalau bulan depan?" ide Dirga.
"Iya kita lihat nanti. Bukanya bulan depan jadwal terbangmu padat?" tanya Erlangga.
"Ah itu bisa diatur" kata Dirga.
"Kapan kamu kembali kerja sayang?" tanya Agata pada putra keduanya.
"Kamis ma" jawab Dirga.
"Gimana kalau kita nambah satu anggota lagi?" Arga ikut nimbrung. Semua menoleh ke Arga yang tiba - tiba sudah didekat mereka. Agata tersenyum kayaknya anak - anaknya antusias sekali. Dia jadi tidak sabar menikmati kebersamaanya dengan anak - anaknya.
"Siapa?" tanya Erlangga.
"Airin" jawab Arga.
Uhuk.
Uhuk.
Uhuk.
Airin kesendat minumanya, dia sedikit mendengar pembicaraan majikanya yang menyebut namanya.
***
Ramai suasana ditempat makan sekolah, semua berdesakan mengantri dikantin bu Jeje, setelah agak longgar sekarang giliran Kiky dan dibelakang ada Riko. Tidak lama Airin menyusul mereka sehabis dari toilet.
"Ai. Ngapain?" tanya Riko yang melihat Airin akan memesan makanan.
"Mau pesan" jawab Airin.
"Ni udah aku pesanin" Riko nunjuk nampan yang dia bawa, ada dua mangkok bakso dan dua es teh. Sedangkan Kiky sudah duduk ditempatnya.
"Oh. Makasih Ko, kamu baik deh. Tapi lain kali tidak usah, biar aku pesan sendiri aja. Aku jadi nggak enak sama kamu, sering kamu belikan" ucap Airin, dia tidak enak karena Riko sering mentraktirnya. Riko tersenyum, sebenarnya Riko mempunyai perasaan terhadap Airin tapi dia hanya membendam saja, dia tidak mau merusak persahabatan mereka karena Riko suka sama Airin.
"Kayak sama siapa aja. Udah ayo duduk dan makan" kata Riko meletakan nampanya diatas meja dan Airin duduk disebelah Kiky.
"Aku cemburu ni, yang kamu traktir Airin terus" canda Kiky.
"Kamu mau?" tanya Riko, Kiky mengangguk sambil memperlihatkan deretan giginya.
"Ya nanti aku traktir, tapi kuahnya doang" asal Riko tertawa.
"Ish. Kalau kuahnya doang ngapain traktir" Kiky pura - pura kesal. Airin geleng - geleng, mereka menikmati makan mereka sambil mengobrol dan bercanda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments