Hari ini cuaca sangat terik, Airin duduk dihalte menunggu bus lewat sambil bermain ponselnya, sesakali melihat kanan kiri dan melihat apakah bus sudah datang.
Dia sempat melihat ada seorang laki - laki berjaket memakai topi dikepala masker dan kaca mata, aneh pikirnya. Sebenarnya tidak ada yang aneh, banyak orang yang berpenampilan seperti itu hanya saja, menurutnya aneh aja. Dia tidak mau memikirkan hal itu lalu dia kembali fokus pada hand pond nya.
Sedangkan tidak jauh dari Airin berada, dipemberhentian lampu lalu lintas, ada Shaka dalam mobil yang melihat Airin duduk sendiri sambil bermain hand pond nya, disekeliling ada banyak orang. Dia memperhatikan setiap gerak gerik orang yang ada disekitar.
Ada salah satu orang yang dicurigai dari tadi mengawasi Airin. Lalu dia turun dari mobil dan mengetuk mobil milik Mahendra. Dia membisikan sesuatu ketelinga Mahendra. Mahendra menganggukan kepalanya.
Dengan segera Shaka berjalan arah halte tempat dimana Airin berada. Tidak salah kamu jadi pengawalku Shaka bukan cuma aku saja kamu lindungi melainkan orang disekelingku juga batin Mahendra tersenyum melihat bodyguard sekaligus dianggap anaknya berjalan menjauh.
Bus berhenti didepan halte, Airin beranjak berjalan menaiki bus dan diikuti seorang pria yang misterius tadi. Shaka pun buru - buru ikut menaiki bus.
Setelah didalam Shaka berdiri dibelakang, mengawasi mereka, sedangkan Airin duduk jok didepan dan belangkangnya pria tadi.
Karena hari sekolah pulang lebih awal Airin berencana pulang kepanti sebentar, dia sudah izin sama Ratih kalau seandainya nanti dia pulang terlambat.
Bus berhenti dipertigaan, Airin turun dia lupa membelikan brownies kesukaan Lili. Dia sudah berjanji kalau pulang akan membelikan brownies padanya.
Setelah membeli brownies Airin kembali mencari kendaraan umum lagi, kali ini dia akan naik angkot. Pria itu masih mengikutinya.
"Bukankah itu orang yang halte dibus tadi" batin Airin, dia baru sadar. Kalau pria itu mengikutnya.
Dia mulai agak takut lalu dia berjalan agak cepat. Pria itu pun semakin cepat mengikutinya. Saat pria itu ingin menyentuhnya Shaka lebih dulu menangkis tangan pria itu.
Buk.
Satu tendangan diperut pria itu. Pria itu balik menyerang Shaka. Terjadilah perkelahian antara mereka. Airin sampai menutup mulutnya, dia terkejut melihat mereka berkelahi.
Pria itu jatuh kesakitan mendapat pukulan berkali - kali dari Shaka. Tidak lama datang dua pria lagi bertubuh besar. Shaka merapikan jasnya yang sedikit berantakan.
"Hah. Beraninya keroyokan" kata Shaka.
"Takut?" ejek salah satu dari mereka sambil berkacak pinggang. Shaka melepaskan headsetnya.
"Maju sekalian" tantang Shaka tangan sambil melambai meminta mereka untuk menyerangnya langsung.
"Nantangin dia. Aaaa..." teriak salah pria itu sambil memberi pukulan, tapi Shaka bisa menangkisnya.
"Aaa..." malah Airin yang menjerit.
Dua lawan satu, Shaka sedikitpun tidak takut malah dia yang sering memberi pukulan bahkan dengan mudahnya Shaka bisa menghajar mereka berdua.
"Awas..." teriak Airin, tiba - tiba datang lagi satu orang yang akan memukul Shaka dari belakang.
Dengan cepat Shaka bisa menghindar, dia tau karena pendengaranya sangat tajam.
"Sial" kesal Shaka datang lagi lima orang berwajah preman. Airin dibelakang Shaka semakin takut, mana bisa dia melawan sembilan orang sekaligus pikirnya. Pria tadi yang mengikutinya sudah bisa berdiri. Mereka semua menatap Shaka.
"Le lebih baik kita kabur aja tuan" bisik Airin.
"Kamu meragukanku?" kata Shaka kepalanya sedikit menoleh tapi mata masih fokus pada lawanya.
"Mereka banyak" kata Airin masih berbisik, dia nggak tau aja kalau Shaka bisa melawan banyak orang sekaligus, bahkan mereka ini termasuk sedikit. Ribuan orang dalam berperang aja dia bisa mengalahkannya. Apa lagi ini kecil baginya.
Bisa kalah bodyguard tuan nya ini, kasian juga harus menghadapai orang sebanyak ini sendirian pula pikirnya. Dalam hati Airin menghitung mundur tiga, dua...
Satu... Bersamaan dengan Shaka akan bicara tangan sudah ditarik Airin lebih dulu.
"Ak..." Shaka ikutan lari karena tarikan dari Airin.
Para preman itu mengejar mereka. Mereka terus berlari hingga kegang - gang sempit, Airin tidak sadar kalau tangannya masih memegang tangan Shaka. Brownies yang dia bawa tadi entah menghilang kemana mungkin jatuh.
Hoss.
Hoss.
Hoss.
Deru nafas Airin, mereka berhenti sejenak, kalau Shaka dia sudah terbiasa lari beberapa kilo meter jadi kalau hanya lari begitu doang tidak ada apa - apanya.
Baru sebentar berhenti untuk menghirup udara segar, para preman itu muncul dari kejauhan.
"Ayo" Airin kembali mengajak Shaka lari lagi. Padahal dia sudah ngosngosan. Lalu Shaka menarik tangan Airin untuk dia mengikutinya, membawa ketempat yang aman, padahal tadi Shaka akan melawan mereka semua tapi dia sudah terlanjur lari dengan Airin.
Agar bisa terhindar dari para preman itu, Shaka mengajak Airin bersembunyi disebuah rumah kosong yang sudah tidak terawat, dia mencari tempat yang aman. Para preman itu masih mengikuti sampai kerumah kosong itu juga.
Airin sedikit didorong oleh Shaka mepet ketembok lalu dikungkung, setelah mendengar preman itu berjalan pelan mencari meraka.
"Sssst..." jari telunjuknya dia tempelkan kebibirnya sendiri. Airin pun tidak berani bergerak bernafas pun dia pelankan.
Jarak mereka sangat dekat hanya jarak beberapa inci. Airin sampai mendongok keatas karena Shaka jauh lebih tinggi darinya. Mereka saling tatap, Airin terhanyut dalam tatapan Shaka.
Deg.
Deg.
Deg.
Suara jantung Airin semakin kencang memompa, Shaka bisa mendengar detak jantung Airin yang berdetak dengan cepat. Ini lebih berbahaya pikir Airin.
Karena sudah tidak ada terdengar suara para preman itu, Airin sedikit mendorong Shaka agar menjauh dari, karena tidak baik buat jantunya. Shaka pun melepaskan kungkunganya.
"Sepertinya mereka sudah pergi" kata Shaka melihat disekeliling sambil memasang headset nya kembali.
"I i iya" balas Airin gugup. Lalu mereka keluar dari rumah kosong itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments