CH 16 - Masih Seorang Polisi

Dalam momen tegang itu, Leo merasakan beban berat di pundaknya. Matilda yang berusaha melepaskan diri dari bekuannya masih tidak berhasil, dan Gideon bisa saja menebaskan pedangnya yang mengancam ke arah Matilda kapanpun dia mau. Leo mencoba memikirkan segala opsi yang ada, namun waktunya semakin terbatas.

"Tuan Leo Demhian, jangan lakukan apa yang dia mau!" Matilda berteriak dengan nada penuh keprihatinan, memohon Leo untuk tidak mengikuti perintah Gideon.

Gideon tersenyum sinis, "Oh Ayolah... berhentilah bermain-main denganku. Belladona! Bunuh wanita yang terbaring terlebih dahulu!"

Leo merasa tekanan semakin bertambah. Di kepalanya, dia mencoba memecahkan teka-teki ini. Namun rasa panik menguasai dirinya, dia merasa bahwa waktu untuk menyelamatkan Alisha semakin berkurang. Belladona bersiap untuk melepaskan sihir mematikan, sihir yang sama yang dia gunakan ketika mencoba membunuh Alisha. Kini nasib Matilda dan Alisha bergantung pada keputusannya.

Cahaya dari Menhir yang selama ini begitu kuat tiba-tiba memudar, meninggalkan seluruh ruangan dalam kebingungan dan ketegangan. Ruangan yang tadinya berkilauan kini dipenuhi dengan ketidakpastian. Cahaya ungu yang selama ini mengitari Menhir pun lenyap, menghilangkan aura magis yang selalu hadir. Semua mata yang ada di ruangan itu, termasuk Gideon, Belladona, Matilda, dan para pasukan Thellidia, tiba-tiba tertuju pada Leo.

Leo berdiri di depan Menhir, menatap Gideon dengan tatapan tegas yang dipenuhi emosi yang mendalam. Dia telah melepaskan tangannya dari Menhir, mengakhiri ikatannya dengan benda itu. Kehadirannya dan tindakannya ini mengubah seluruh dinamika situasi di ruangan tersebut, menciptakan momen ketegangan yang luar biasa.

Gideon tersenyum puas. Dia memandang Leo seolah-olah merasa Leo adalah orang bodoh yang sudah terjebak dalam perangkapnya. Dengan nada sombong, Gideon mencemooh Leo, memanggilnya dengan sebutan merendahkan.

Namun, senyumannya itu segera pudar ketika Leo, tanpa getar emosi, dengan nada dingin, mengungkapkan sebuah kebenaran yang kelam tentang ayah Gideon dan ibunya yang tragis. Gideon merasa seperti sebuah pukulan telah menghantamnya, dan perasaan ketidakpercayaan mulai merayap ke dalam dirinya. Dia berusaha keras untuk menolak kenyataan yang baru saja dia dengar, tetapi keraguan semakin menguat dan membayangi pikirannya.

"Kamu bisa berbicara apa saja yang kamu mau, Leo Demhian!" Gideon mencoba mempertahankan sikap angkuhnya, meskipun dalam hatinya keraguan tumbuh subur. "Aku tidak akan percaya omong kosongmu!"

Namun, kata-kata Leo telah menciptakan sedikit goyangan dalam keyakinan Gideon, dan situasi semakin tegang.

Gideon masih bersikeras mengejek Leo, dia melepaskan kata-kata tajam dengan nada sombong, "Kau benar-benar orang bodoh, Leo Demhian! Pikirkan, apa yang akan membuatku percaya dengan omong kosongmu?"

Namun, Leo tidak bergerak. Dia tetap menjawab dengan tenang, matanya penuh dengan ketegasan saat dia mulai menjelaskan kembali fakta tentang orang tuanya. "Apa yang kukatakan ini adalah kebenaran yang pahit. Ayahmu, Jurgan Emeric, adalah sosok yang penuh dengan kebusukan. Dia yang telah membunuh ibumu, Ratu Thelsysa, dalam sebuah permainan politik yang gelap dan hanya demi sebuah kekuasaan. Itu sebabnya ibumu meninggal."

"Dari mana kau tahu! Dasar tikus tidak berguna!" Gideon mendekat kearahnya seraya mengayunkan pedangnya keatas.

Leo, dengan tatapan tajam, merogoh kantong di samping celananya, dan dengan gerakan tiba-tiba. Sebuah taser gun muncul di genggaman tangannya. Leo dengan tenang mengatakan kepada Gideon, "Orang sepertimu tidak akan pernah merasa cukup di dunia ini." Tanpa ragu, Leo menembakkan taser gun tepat ke leher Gideon.

Gideon langsung merasakan sengatan listrik yang kuat mengalir melalui tubuhnya. Dia berteriak kesakitan, tubuhnya menggeliat dan bergetar hebat. Wajahnya yang tadinya sombong dan yakin berubah menjadi ekspresi penuh penderitaan. Kepalanya berputar dan pandangannya kabur. Gideon berjuang untuk tetap berdiri, tetapi sengatan listrik terus menghantamnya. Akhirnya, dengan lesu, tubuhnya ambruk ke lantai.

Leo menarik kabel taser gun miliknya, lalu menatap Gideon dengan dingin. "Orang yang terlalu banyak bicara sepertimu layak disebut pangeran? Bahkan kau tidak bisa melawan polisi amatir sepertiku." Seraya memasukkan taser gun atau pistol kejut miliknya ke sebuah kantong di dekat celananya.

Matilda, dengan sigap, melihat kesempatan ini untuk melepaskan diri dari bekuan Cayden. Dengan menggunakan sihir api kegelapannya, dia melelehkan es yang membelenggu kakinya. Lapisan es yang membatasi gerakannya perlahan mencair dan menguap, membebaskannya untuk bertindak. Dalam sekejap, dia berhasil melepaskan diri dan segera menyelamatkan Alisha.

Sementara itu, Belladona merasa panik saat melihat Gideon yang masih tergeletak dan kaku. Dengan cepat, dia mengarahkan sihir penyembuhan ke tubuh Gideon, tangannya bergerak dengan lincah, mengelilingi bagian tubuh yang terkena dampak Taser Gun. Dia mulai merapal mantra penyembuhan dengan konsentrasi yang tinggi, "Healbridels!" Cahaya lembut terpancar dari telapak tangannya, membungkus tubuh Gideon dengan warna biru kehijauan yang tenang.

Sambil merapal mantra, dia berkata dengan penuh harap, "Semoga kekuatan kembali padamu, Gideon. Bertahanlah!" Dia terus berusaha keras, mencoba mengembalikan kekuatan dan gerakan pada tubuh Gideon yang masih terasa kaku.

Matilda mendekati Leo dengan hati-hati, menggendong Alisha dengan penuh perhatian. Dia melirik ke arah Belladona, kemudian dengan nada ejekan, dia menyentil, "Loh, si om kenapa? Mabuk ya?"

Ejekan itu membuat Belladona merah padam dan marah. Dia merasa terganggu oleh Matilda dan terpikir bahwa Matilda tidak memahami situasi yang serius.

"Apa yang kalian tunggu? Serang mereka!" Belladona berteriak sambil menoleh ke belakang, memberikan perintah kepada barisan prajurit yang berdiri di belakangnya untuk menyerang.

Namun, seperti tidak ada respon, seluruh prajurit, termasuk Cayden yang berdiri disamping Belladona, tiba-tiba mematung, terpaku oleh ketakutan yang mendalam. Mata mereka terbelalak dan wajah mereka terlihat pucat. Tidak ada yang bisa menggerakkan satu jari pun. Belladona mengernyitkan keningnya, merasa bingung oleh apa yang terjadi pada prajuritnya.

"Sepertinya ini waktuku untuk mencoba seberapa kuat diriku yang sekarang," kata Leo dengan suara tenang, senyuman terukir di wajahnya. Aura kegelapan yang mendalam terpancar dari dirinya, menciptakan atmosfer yang menakutkan bagi siapa pun yang melihatnya. Semua prajurit Belladona hanya bisa menggigil dalam ketakutan yang tak terbantahkan.

Episodes
1 CH 1 - Aurora Crest Hotel
2 CH 2 - Neil Hooper
3 CH 3 - Monster Tiga Mulut
4 CH 4 - Di Tepi Jurang
5 CH 5 - Perwira Tangguh
6 CH 6 - Dunia Erder
7 CH 7 - Dorston Citadel
8 CH 8 - Menhir Bastion
9 CH 9 - Emeric (Ext. Penjelasan setiap faksi yang menguasai suatu kerajaan)
10 CH 10 - Emeric 2
11 CH 11 - Raja Sullivan
12 CH 12 - Harapan
13 CH 13 - Teman Tapi Musuh
14 CH 14 - Aura Matilda
15 CH 15 - Bala Bantuan
16 CH 16 - Masih Seorang Polisi
17 CH 17 - Hawa Kegelapan
18 CH 18 - Harmoni
19 CH 19 - Celestials
20 CH 20 - Berkilauan (Ext. Penjelasan empat benua inti)
21 CH 21 - Cahaya Bulan
22 CH 22 - Tanpa Disadari
23 CH 23 - Perasaan Baru
24 CH 24 - Desa Kabut
25 CH 25 - Bahaya Mendekat
26 CH 26 - Lonceng Kematian
27 CH 27 - Balas Dendam
28 CH 28 - Terlalu Mudah
29 CH 29 - Kolam Pertemuan
30 CH 30 - Hasil Pertemuan (Ext. Penjelasan kekuatan tiap faksi)
31 CH 31 - Tavern
32 CH 32 - Kotak Hadiah
33 CH 33 - Doa dan Harapan
34 CH 34 - Harganya 250 Koin Emas
35 CH 35 - Cariole
36 CH 36 - Cariole 2
37 CH 37 - Banshee
38 CH 38 - Banshee 2
39 CH 39 - Arne dan Alisha
40 CH 40 - Ditangkap (Ext.Penjelasan Tingkatan Kekuatan Dunia Erder)
41 CH 41 - Mengambil Resiko
42 CH 42 - Koloseum
43 CH 43 - LUCAS
44 CH 44 - Kucing?
45 CH 45 - Es Krim Bekas
46 CH 46 - Sebuah Usaha
47 CH 47 - Cinta Untuk Banshee
48 CH 48 - Pertarungan Tiada Henti
49 CH 49 - Desa Goblin
50 CH 50 - Koloseum Semakin Memanas
51 CH 51 - Bukan Berarti Tidak Terkalahkan
52 CH 52 - Tunduk atau Mati
53 CH 53 - Setiap Detik Itu Berharga
54 CH 54 - Masuk Perangkap
55 CH 55 - Menyerah Bukanlah Pilihan
56 CH 56 - Alisha dan Ilymeira
57 CH 57 - Alisha dan Ilymeira 2
58 CH 58 - Angin Berhembus Membawa Kedamaian
59 CH 59 - Berlebihan
60 CH 60 - Cinta dan Kehancuran
61 CH 61 - Optimisme Menuju Badai Api
62 CH 62 - Keluarga Bukan Yang Utama
Episodes

Updated 62 Episodes

1
CH 1 - Aurora Crest Hotel
2
CH 2 - Neil Hooper
3
CH 3 - Monster Tiga Mulut
4
CH 4 - Di Tepi Jurang
5
CH 5 - Perwira Tangguh
6
CH 6 - Dunia Erder
7
CH 7 - Dorston Citadel
8
CH 8 - Menhir Bastion
9
CH 9 - Emeric (Ext. Penjelasan setiap faksi yang menguasai suatu kerajaan)
10
CH 10 - Emeric 2
11
CH 11 - Raja Sullivan
12
CH 12 - Harapan
13
CH 13 - Teman Tapi Musuh
14
CH 14 - Aura Matilda
15
CH 15 - Bala Bantuan
16
CH 16 - Masih Seorang Polisi
17
CH 17 - Hawa Kegelapan
18
CH 18 - Harmoni
19
CH 19 - Celestials
20
CH 20 - Berkilauan (Ext. Penjelasan empat benua inti)
21
CH 21 - Cahaya Bulan
22
CH 22 - Tanpa Disadari
23
CH 23 - Perasaan Baru
24
CH 24 - Desa Kabut
25
CH 25 - Bahaya Mendekat
26
CH 26 - Lonceng Kematian
27
CH 27 - Balas Dendam
28
CH 28 - Terlalu Mudah
29
CH 29 - Kolam Pertemuan
30
CH 30 - Hasil Pertemuan (Ext. Penjelasan kekuatan tiap faksi)
31
CH 31 - Tavern
32
CH 32 - Kotak Hadiah
33
CH 33 - Doa dan Harapan
34
CH 34 - Harganya 250 Koin Emas
35
CH 35 - Cariole
36
CH 36 - Cariole 2
37
CH 37 - Banshee
38
CH 38 - Banshee 2
39
CH 39 - Arne dan Alisha
40
CH 40 - Ditangkap (Ext.Penjelasan Tingkatan Kekuatan Dunia Erder)
41
CH 41 - Mengambil Resiko
42
CH 42 - Koloseum
43
CH 43 - LUCAS
44
CH 44 - Kucing?
45
CH 45 - Es Krim Bekas
46
CH 46 - Sebuah Usaha
47
CH 47 - Cinta Untuk Banshee
48
CH 48 - Pertarungan Tiada Henti
49
CH 49 - Desa Goblin
50
CH 50 - Koloseum Semakin Memanas
51
CH 51 - Bukan Berarti Tidak Terkalahkan
52
CH 52 - Tunduk atau Mati
53
CH 53 - Setiap Detik Itu Berharga
54
CH 54 - Masuk Perangkap
55
CH 55 - Menyerah Bukanlah Pilihan
56
CH 56 - Alisha dan Ilymeira
57
CH 57 - Alisha dan Ilymeira 2
58
CH 58 - Angin Berhembus Membawa Kedamaian
59
CH 59 - Berlebihan
60
CH 60 - Cinta dan Kehancuran
61
CH 61 - Optimisme Menuju Badai Api
62
CH 62 - Keluarga Bukan Yang Utama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!