Di Benua Winterhedge, yang terletak di Benua Selatan, terdapat lima kerajaan besar yang memerintah dan memiliki pengaruh yang mendalam di seluruh benua tersebut. Meskipun ada banyak kerajaan lain yang tersebar di seluruh Benua Winterhedge, kelima kerajaan inilah yang secara signifikan mempengaruhi dinamika politik, budaya, dan kehidupan di benua ini. Hal ini juga menciptakan ketegangan yang konstan diantara mereka.
Kelima kerajaan ini semuanya dikuasai oleh manusia, tetapi mereka mewakili faksi-faksi yang berbeda dalam masyarakat manusia di Benua Winterhedge. Setiap faksi memiliki budaya, kepercayaan, dan kekuatan yang unik, yang sering kali bertentangan dengan yang lainnya. Ketegangan utama terjadi antara Kerajaan Nabis dan Kerajaan Thellidia. Kelompok manusia yang berasal dari faksi Nythorian memiliki kemampuan khusus dalam menggunakan kekuatan kegelapan, yang oleh beberapa orang dianggap sebagai kekuatan 'iblis'.
Kemunculan kekuatan ini telah memicu perasaan takut dan ketidakpercayaan di antara kerajaan lain di Benua Winterhedge. Kerajaan Nabis, yang menjadi rumah bagi banyak individu dari faksi Nythorian, sering menjadi target kecurigaan dan ketidaksenangan dari kerajaan-kerajaan lain. Kekhawatiran atas kekuatan 'iblis' ini telah mengakibatkan pergesekan berkepanjangan antara faksi Nythorian dan kerajaan-kerajaan tetangga, menciptakan suasana politik yang penuh tekanan dan konflik di seluruh benua tersebut.
• Kerajaan Cadeira dihuni dan dipimpin oleh Faksi Venomglaire.
• Kerajaan Celestials dihuni dan dipimpin oleh 3 faksi (Pandora, Silvergate, dan Venomglaire).
• Kerajaan Isenfeld dihuni dan dipimpin oleh Faksi Pandora.
• Kerajaan Nabis dihuni dan dipimpin oleh Faksi Nythorian dan IIlymeira.
• Kerajaan Thellidia dihuni dan dipimpin oleh Faksi Silvergate.
...-...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...-...
Di dalam kerajaan Thellidia yang jauh dari Menhir Bastion, sebuah ruangan tahta kerajaan yang megah, bersinar dengan kemewahan yang terbentang di hadapan mata. Jurgan Emeric, seorang pria berpakaian layaknya seorang raja, mengenakan jubah putih yang dihiasi dengan emas dan berlian yang berkilauan. Mahkota emas dengan batu permata melengkapi penampilannya yang mengesankan. Wajahnya yang penuh pertimbangan terpancar dalam sorot matanya yang bijaksana, mengungkapkan kekhawatiran mendalam atas masalah yang menghantuinya.
Pintu ruangan tahtanya yang besar terbuka perlahan, memperlihatkan seorang pangeran yang memasuki ruangan dengan wajah yang memancarkan amarah. Pangeran ini adalah anaknya, memiliki ciri fisik yang mirip dengan sang Raja. Tinggi, tegap, dengan rambut berwarna cokelat yang mengalir rapi ke bahunya. Pangeran Thellidia mengenakan pakaian ksatria yang mewah dan anggun, lengkap dengan pedangnya yang terselip di sabuk peraknya.
Pangeran Gideon memandang ayahnya dengan pandangan penuh kekecewaan. "Ayah! Mengapa ayah tidak memberitahuku jika Belladona telah pergi ke Dorston?"
Raja Jurgan berusaha menenangkan anaknya, wajahnya yang bijaksana mencoba menjelaskan, "Tenanglah anakku, kerajaan sedang membutuhkanmu untuk berada di sini. Aku harus memastikan semua berjalan lancar selama Belladona menjalankan tugasnya di Dorston Citadel."
Pangeran Gideon Emeric, selain sebagai seorang pangeran, dia juga merupakan seorang ksatria yang sudah sangat terkenal di seluruh Kerajaan Thellidia. Ia telah mencapai tingkatan yang sangat tinggi dalam ilmu pedang. Oleh karena itu, dia menjadi sosok yang disegani oleh banyak ksatria dan prajurit. Kemahirannya dalam berduel tidak ada tandingannya, dan reputasinya sebagai seorang ksatria hebat telah tersebar luas.
Pangeran Gideon tetap tak terima, suaranya meninggi saat dia berteriak, "Membutuhkan apa? Membutuhkanku untuk duduk diam disini sambil mengurus adik tiriku yang cacat?"
Seorang wanita dewasa dengan wajah lembut dan penuh keprihatinan melangkah mendekati mereka. Itu adalah Ratu Ramona, ibu tiri Gideon yang mencoba meredakan ketegangan setelah mendengar perkataan anak tirinya. "Gideon!" katanya dengan tegas."Bagaimanapun juga, dia adalah adikmu, kamu memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaganya."
Ratu Ramona, seorang wanita anggun dengan rambut panjang dan mata yang penuh perhatian, mencoba menenangkan Gideon dengan tatapan lembut walaupun dia menegur anaknya dengan tegas. Dia adalah sosok ibu tiri yang mencintai kedua anaknya dengan tulus meskipun terkadang ada rintangan dalam hubungannya dengan Gideon.
Gideon melepaskan amarahnya dengan keras, suaranya memenuhi ruangan yang megah itu. "Aku seharusnya hanya bertanggung jawab untuk melindungi kerajaan dan ibu kandungku!"
"Gideon!" bentak Sang Raja yang mengheningkan suasana. Raja Jurgan menggelengkan kepala lalu memijat pelipisnya yang mulai pusing. "Pergilah ke Dorston dan ajak Cayden bersamamu."
Kata-kata itu seolah-olah menjadi pukulan terakhir dalam pertempuran kata yang panjang. Gideon merasa emosinya mulai memudar, digantikan oleh tekad dan semangat yang kuat. "Ayah, aku tidak akan mengecewakanmu." Ucapan terakhirnya sebelum pergi meninggalkan ruangan.
Ramona hanya terdiam, masih belum sepenuhnya menerima keputusan suaminya. Suasana yang tegang kembali menyelimuti istana kerajaan yang megah itu, sementara Gideon bersiap untuk petualangannya dan tantangan yang menantinya di Dorston.
...-...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara di Dorston Citadel tepatnya di ruangan Menhir Bastion, Leo, Belladona dan Aura masih menunggu hasil dan kepastian dari Menhir yang masih terus berputar. Dua bagian paling ujung telah menunjukkan hasilnya. Dan sekarang giliran dua bagian berikutnya pada Menhir Bastion yang berhenti berputar. Ketika cahaya perak mulai memancar, sebuah tulisan kembali terukir dengan tegas di batu itu.
Bagian pertama menunjukkan ras Leo yaitu 'Manusia' dan bagian berikutnya menampilkan sebuah level atau tingkat kekuatan yang akan dimiliki Leo.
Leo memicingkan matanya untuk membaca apa yang tertulis. Ada satu kata yang mencuri perhatiannya. Leo memandangnya dengan kebingungan yang jelas. "Tingkat 10?"
Tapi, reaksi Belladona sangat berbeda. Ia seolah tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. "Mustahil, ini mustahil. Aku tidak menyangka ternyata kamu sekuat itu, Leo."
Aura, yang selama ini setia mendampingi Alisha yang masih tak sadarkan diri, juga tidak bisa menahan rasa kagumnya. Ia mengintip ke arah Menhir dengan mata yang memancarkan cahaya kekaguman.
Sementara itu, bagian kelima Menhir, juga perlahan mulai berhenti berputar, memiliki reaksi yang berbeda kali ini. Leo merasakan seperti ada tarikan yang tiba-tiba menghisapnya. Tidak dalam arti fisik, melainkan sesuatu yang lebih mendalam. Ia merasa seperti jiwanya sedang terserap oleh Menhir, menggali lebih dalam ke dalam dirinya sendiri. Sensasi itu terasa begitu nyata dan intens, seakan Leo sedang berkomunikasi dengan kekuatan besar yang ada di dalam Menhir itu sendiri.
Hingga akhirnya, pemandangan dihadapannya kini berubah sepenuhnya. Leo merasakan detak jantungnya berdegup kencang ketika ia membuka mata dan menemukan dirinya berdiri di tengah dataran yang sangat luas. Dihadapannya, barisan tentara yang terdiri dari ribuan prajurit dengan zirah berwarna hitam dan yang lain berwarna putih, mereka terlihat sangat kuat dan tangguh. Mereka berdiri dengan tegak dan mantap, seperti telah siap untuk bertarung melawan musuh apa pun yang datang. Dilihat dari warna zirah yang berbeda, dapat dipastikan bahwa barisan itu terdiri dari dua kerajaan yang kuat, yaitu Kerajaan Thellidia dan Nabis.
Setiap prajurit memegang tombak yang panjang dan tajam, dengan ujung tombak yang bersinar terang di bawah sinar matahari. Perisai mereka terbuat dari kayu dan besi, dengan lambang kerajaan Thellidia dan Nabis yang terukir di atasnya. Beberapa prajurit juga membawa pedang dan busur panah yang siap digunakan jika diperlukan.
Di belakang barisan tentara, terdapat beberapa bendera yang berkibar di atas kepala para prajurit. Bendera-bendera itu berwarna putih dan yang satunya berwarna hitam, dengan lambang kerajaan Thellidia dan Nabis yang tercetak di atasnya. Di samping bendera, terdapat beberapa kuda dan beruang yang siap untuk digunakan dalam pertempuran.
Dataran yang luas tempat barisan tentara berdiri terlihat sangat luas dan kosong, dengan sedikit vegetasi yang tumbuh di sekitarnya. Di kejauhan, Leo bisa melihat pegunungan es yang menjulang tinggi dan langit biru yang cerah. Angin yang sejuk berhembus di sekitar mereka, membawa aroma tanah dan rumput hijau yang menyegarkan.
Leo merasa terpesona dan takjub dengan semua pemandangan yang ada di hadapannya. Namun, di balik kekagumannya, ia merasakan sebuah ketidakpastian dan kecemasan yang menggelisahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments