Mereka bertiga terus melangkah dalam kegelapan kastil. Dan dalam setiap langkah yang mengiringi kegelapan kastil tersebut, pikiran Leo mulai dipenuhi oleh berbagai pertanyaan yang tak berkesudahan. Namun, Ini adalah saat yang tepat baginya untuk mengungkap misteri yang begitu mengelilinginya. Leo, yang biasanya lebih pendiam, memutuskan untuk membuka percakapan dengan Belladona. "Belladona, maaf jika aku mungkin terlalu banyak bertanya, tapi aku merasa sangat bingung. Sebenarnya tempat apa ini?"
Belladona tersenyum santai, "Tidak masalah, Leo. Sekarang kita sedang berada di Dorston Citadel, kastil sekaligus benteng yang dulunya milik Kerajaan Thellidia."
"Dorston Citadel? lalu, apa sebenarnya tujuan kita datang ke kastil ini?" tanya Leo dengan suara pelan, mencoba memahami situasi yang masih membingungkan.
Belladona mempertahankan senyumannya, "Kita akan ke sebuah ruangan yang telah ditinggalkan hampir 3 tahun lamanya. Ruangan itu bernama Menhir Bastion, sebagian orang menyebutnya Mystic Stone. Disanalah kamu akan menemukan jawaban atas pertanyaanmu."
Leo menerima penjelasan itu dengan kepala yang sedikit terangkat, lalu melanjutkan pertanyaannya, "Dan mengenai dirimu, Belladona? Dari mana asalmu, dan mengapa kamu berada disini?"
Belladona tersenyum lebih lebar, "Aku berasal dari Kerajaan Thellidia, yang dulu memiliki kendali atas kastil ini. Kini aku di sini untuk membantumu menemukan semua jawaban itu. Dengan bantuan Menhir Bastion, kamu bisa mendapatkan semua yang kau butuhkan."
Leo mengangguk, walau sebenarnya dia tidak begitu paham dengan apa yang dimaksud Belladona. "Aku mengerti. Namun, semuanya masih terasa seperti mimpi bagiku, dan aku ingin segera tahu, mengapa semuanya dapat terjadi begitu saja."
Setelah sekian lama mereka berbincang, mereka akhirnya tiba di depan pintu besar Menhir Bastion, pintu yang begitu monumental dan masih tertutup rapat. Mereka berdiri sejenak di depan pintu megah itu, aroma debu yang kuno dan udara yang dingin menyelimuti mereka.
Belladona menghela nafas dalam-dalam, wajahnya penuh dengan kekhawatiran yang jelas terpancar. "Leo," katanya dengan serius, "Ada beberapa hal yang perlu kau ketahui sebelum kita masuk ke dalam." Dia menjelaskan tentang cahaya yang muncul dari Menhir, bahwa selain warna-warna yang disebutkan seperti merah, biru, dan hijau, ada warna-warna lain yang mungkin muncul, dan jika itu terjadi, Leo harus segera menghindar. Ditambah dengan beberapa prosedur lain saat berhadapan dengan Mystic Stone.
Leo mengangguk serius, berusaha menyerap setiap kata yang diucapkan oleh Belladona. Di balik tatapannya yang tajam, dia bisa merasakan ketegangan yang melayang di udara.
Belladona juga berbicara pada Aura, roh yang setia mendampingi mereka. "Aura, tolong jaga Alisha selagi Leo melakukan tugasnya."
Aura mengagguk dengan sepasang mata yang berkilauan seperti permata saat mendengar perintah Belladona. Walaupun sebenarnya Aura merasa takut, namun dia tahu bahwa tugasnya adalah memberikan perlindungan dan bantuan kepada mereka.
Pintu besar terbuka ke dalam perlahan, menghasilkan suara gemerincingan berat dari engselnya yang kuno, memperlihatkan luasnya ruangan ini. Sepanjang mata memandang, Leo melihat sebuah Menhir yang berdiri tegak di tengah ruangan, mengeluarkan aura misterius yang begitu kuat.
Di tiap-tiap sisinya terdapat corak putih yang bersinar menandakan kekuatannya. Pemandangan ini sungguh luar biasa. Ruangan ini sebesar setengah lapangan sepak bola, menjadikannya salah satu ruangan terbesar yang pernah dia lihat. Di atasnya, atap kaca melingkar yang begitu luas memungkinkan sinar matahari untuk masuk, menciptakan atmosfer yang ajaib.
Simbol matahari di tengah atap itu memberikan sentuhan mewah ala Kerajaan Thellidia. Kolam air yang mengelilingi Menhir, dengan empat jembatan penghubung kecil di atasnya, menambah keindahan tempat ini. Dan di setiap sudut ruangan, patung ksatria raksasa berzirah lengkap seakan menjadi penjaga setia ruangan ini.
Melihat pemandangan indah dan megah di dalam Menhir Bastion, ekspresi Leo berubah menjadi kagum. Matanya melebar, terpana oleh keindahan dan misteri ruangan ini. Ia merasa seperti berada di dalam dunia yang sama sekali berbeda, tempat yang jauh dari kenyataan yang pernah ia ketahui sebelumnya. Meski ada perasaan was-was di dalam hatinya, kecantikan dan keajaiban ruangan ini tak bisa diabaikan olehnya.
Leo dengan lembut membaringkan Alisha di atas permukaan batu yang besar dan halus. Sementara itu, Belladona mengambil langkah tegas untuk menutup pintu besar ruangan itu dengan kekuatan magisnya. Dalam sekejap, pintu besar itu terkunci, meninggalkan sebuah Menhir yang begitu megah di belakangnya.
Leo dengan lembut mengusap kening Alisha sejenak sebelum akhirnya menoleh ke arah Belladona dan Aura. Dengan langkah pasti, ia berjalan menuju Menhir melalui salah satu jembatan penghubung yang menghubungkan mereka dengan pusat perhatian ruangan ini. Di bawahnya terdapat kolam dengan air yang tenang, mencerminkan sinar matahari yang masuk melalui atap kaca yang luas. Cahaya tersebut menciptakan pantulan yang berkilauan di permukaan air. Rasa dingin dari lantai batu, serasa menembus sepatu boot yang dia pakai dan angin sejuk yang melintas di ruangan ini membuatnya merasa segar. Leo dapat merasakan getaran ringan di bawah kakinya saat dia semakin mendekati Menhir.
Saat Leo tiba di Menhir, dia merasa getaran energi yang kuat tersimpan didalamnya. Suara gemuruh seakan meresapi hatinya, mengingatkannya akan betapa besar misinya dalam dunia yang baru saja ia hadapi. Dengan perasaan penuh keberanian, Leo mengulurkan tangan kanannya, siap untuk menjalani apa yang telah diamanatkan oleh Belladona.
Leo mengusap batu itu dengan lembut, merasa kehadiran energi yang memancar dari dalam. Rasa dingin yang semula menghampirinya mulai berubah menjadi kehangatan. Leo merasa energi itu memasukinya, memberinya perasaan baru yang tak pernah dirasakannya sebelumnya. Matanya memancarkan keajaiban dan keyakinan, siap menghadapi segala rahasia yang tersembunyi di dalam batu ini.
Awalnya, rasa dingin yang mulai hangat kini berubah menjadi getaran lembut, seperti sang Menhir merespons kehadirannya. Leo merasakan gelombang energi yang terus mengalir dari batu itu, membuatnya merinding. Dia melihat dengan takjub bagaimana batu besar itu mulai mengalami transformasi yang menakjubkan.
Getaran itu mengalir ke seluruh tubuh Leo, seakan-akan menyapa kedatangannya dengan ramah. Tangan Leo masih melekat erat pada batu itu, dan dia bisa merasakan perubahan yang terjadi. Batu itu tumbuh lebih tinggi, seperti menjulang ke atas untuk menyambutnya. Namun, yang lebih menakjubkan adalah ketika batu itu terbagi menjadi lima bagian, seperti sebuah roda-roda besar yang berputar secara serempak. Setiap bagian batu tersebut mulai berputar dengan ritme yang sempurna, seperti gigi roda yang selaras dalam sebuah mesin yang rumit.
Getaran ini pun sampai ke tempat Belladona berdiri jauh di belakang, dia tersenyum takjub, seakan ini adalah momen yang telah lama dia nantikan. Momen yang luar biasa berlanjut dengan semakin menggemparkan. Bagian paling atas dari batu itu, yang baru saja berputar, mendadak berhenti. Bagian batu itu menyala dengan cahaya perak yang mengesankan. Cahaya itu, meskipun begitu terang, namun terasa menenangkan. Saat itu juga, sebuah tulisan mulai muncul perlahan,seperti terukir pada batu yang sekarang terdiam. Tulisan yang mulai terbentuk dengan cahaya itu bertuliskan nama 'Leo Demhian', yang bersinar terang di bagian paling atas.
Belladona berteriak dengan antusias, "Teruskan, Leo!" dia memancarkan semangat dan harapan, matanya bersinar melihat apa yang terjadi pada Menhir Bastion.
Leo, yang masih memegang erat batu tersebut, menjawab dengan terus mempertahankan posisinya. Dia merasa energi dan dorongan yang luar biasa dari dalam dirinya, seolah-olah aliran kekuatan ini mengalir melalui tangannya ke batu itu.
Tanpa menunggu lebih lama, bagian batu yang terletak tepat di bawahnya juga berhenti berputar dengan perlahan, dan cahaya perak yang sama menyilaukan terpancar dari bagian itu. Di bawah namanya, sebuah kata terungkap, 'Bumi, Abad 21' Bagian kedua batu itu telah menampakkan dari mana Leo berasal.
Mereka menanti dengan penuh harapan saat bagian-bagian Menhir itu berhenti berputar satu per satu. Leo, dengan tatapan penasaran diwajahnya, tak ingin melepaskan tangannya dari batu itu. Belladona dan Aura memancarkan semangat dan harapan, mereka juga tak sabar untuk melihat apa yang akan terungkap berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments