Dalam momen yang dipenuhi ketegangan, tiba-tiba saja tali lift terputus. Leo, dengan nalurinya yang tajam, segera memeluk Alisha yang terbaring disebelahnya. Seketika lift mulai terjun bebas dengan kecepatan yang mengejutkan. Leo sebelumnya telah memprediksi hal semacam ini akan terjadi. bagaimana tidak, sebuah lift di hotel manapun mungkin tidak akan ada yang kuat untuk menahan beban sebesar ini. Terlebih untuk lift sederhana tanpa pintu darurat seperti ini. Mereka pun terhempas keatas kemudian jatuh menghantam lantai dengan keras saat lift mendarat diikuti guncangan yang hebat. Seketika, pandangan Leo menjadi buyar dan kepalanya terasa berputar. Ia berusaha meraih kendali atas situasi yang berantakan ini, tetapi seolah-olah dunia berputar di sekitarnya. Dan di tengah kebingungannya, wajah monster yang mengerikan terlihat mendekat ke arahnya. Satu monster tersisa di dalam lift, bersiap untuk menyerang.
Namun, disaat yang sama terdengar suara seperti seorang wanita dewasa, wanita itu seperti sedang merapalkan sebuah mantra. "Volaire!" seruannya memecah keheningan, dan seperti ajaib, monster yang mendekati Leo tiba-tiba menghilang seperti debu yang ditiup angin. Leo, yang masih tercengang, menyaksikannya dengan takjub.
Di antara puing-puing pintu lift yang hancur, cahaya menyilaukan kuning keemasan mulai terpancar. Di sana, sedang berjalan seorang wanita cantik dengan tongkat panjang di satu tangan dan buku tebal di tangan lainnya. Sosok seperti penyihir kerajaan yang sangat cantik, mendekati Leo dengan langkahnya yang anggun dan pasti melewati puing-puing beton dan pecahan kaca yang berserakan dilantai. Cahaya keemasan yang sangat terang tampak memancar di belakangnya, menciptakan aura misteri yang mengelilingi sosoknya yang memikat. Dia memiliki tubuh ramping yang menggoda, dengan pakaian yang sangat terbuka, secara langsung menyoroti keanggunan dan keindahan tubuhnya. Pakaian berwarna putih dengan aksen keemasan di jubahnya memberikan sentuhan lembut sekaligus mewah. Rambut panjang yang tertutup topi berbentuk kerucut berkilau seperti sutra keemasan saat cahaya terang menjadi latar belakangnya, dan mata berwarna merah yang indah memancarkan kekecewaan yang mendalam saat dia berjalan mendekati Leo.
Penyihir wanita itu berjalan dengan langkah tegas, seolah-olah lorong hotel ini adalah landasan panggungnya. Sorot matanya yang tajam menandakan ketidakpuasannya dengan situasi yang baru saja dia hadapi, dan sinar keemasan yang menyertainya menambah nuansa ajaib dalam pertemuan ini.
Namun, sesuatu yang lebih halus dan tidak begitu mencolok juga ada di sana. Sebuah roh yang tampaknya lebih rendah hati dan tidak begitu mencolok mengikuti langkah penyihir itu dengan malu-malu. Roh ini memiliki wujud seperti seorang gadis remaja yang mengenakan pakaian lusuh berwarna abu-abu yang serasi dengan ketidakpercayaan di mata penyihir wanita itu. Rambut hitamnya menutupi sebagian wajahnya, menambahkan nuansa misterius pada sosoknya. Meskipun terlihat seperti sosok hantu, roh ini tidaklah menyeramkan. Sebaliknya, dia tampak seperti penasaran dan penuh rasa hormat terhadap si penyihir, seperti seorang pengikut yang setia. Roh ini bergerak dengan ringan, sesekali menatap ke arah Leo dengan pandangan malu-malu, seolah ingin mengatakan sesuatu namun ragu.
"Kau, manusia dari abad ke-21. Aku tidak pernah berpikir aku akan berurusan dengan seseorang sepertimu lagi." Ucap penyihir itu dengan nada sinis.
Leo yang masih terguncang dari banyaknya peristiwa yang baru saja terjadi, menatap dengan penuh kebingungan.
"Belladona... ." Tegur roh dibelakangnya dengan lembut.
Belladona masih terlihat kesal dan tidak puas dengan situasi ini, dan dia terus menatap Leo dengan tatapan sinis penuh kekecewaan.
Penyihir itu pun berkata dengan nada tegas, "Namaku Belladona. Aku telah diutus raja untuk menyelamatkan nyawa kalian, meskipun aku merasa bahwa kalian, manusia dari abad ini, tidak akan mampu melakukan banyak hal."
Leo tetap tenang, meskipun merasa tersinggung oleh nada Belladona. Leo berusaha memahami situasi yang sedang terjadi. "Menyelamatkan nyawa kami? Apa maksudmu?" Leo memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
Belladona masih tidak memperlihatkan empati, penyihir itu menggelengkan kepalanya dengan skeptis. "Kalian berdua telah terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih besar dari yang bisa kalian bayangkan. Wanita di pangkuanmu itu membutuhkan penyembuhan, dan hanya aku yang bisa menyelamatkannya. Dan juga, jangan berpikir aku melakukan ini untukmu."
Leo mencoba mencerna informasi ini dengan bijak. "Kami tidak memerlukan bantuanmu." Ujar Leo dengan nada penuh ketidakpercayaan.
Namun, Belladona tetap keras kepala. Penyihir itu menutup buku tebalnya lalu berkata dengan nada yang dinaikkan, "Kalian tidak perlu memintanya. Ini adalah tugasku, tidak peduli betapa aku tidak menyukainya."
Hotel itu kembali berguncang, Belladona mengedarkan pandangannya dengan tegas, seolah menyadari apa yang sedang mengancam mereka. Dalam cahaya keemasan yang memancar dari belakangnya, wajahnya terlihat penuh ketegasan, dan matanya yang tajam menatap kearah Leo. "Dengar baik-baik," ujar Belladona dengan nada tegas. "Kita tidak punya banyak waktu. Aku akan membawamu keluar dari sini, tapi kau harus mengikuti setiap langkah yang aku tunjukkan. Percayalah padaku."
Leo merasa ragu, tetapi tidak ada opsi lain. Dengan hati yang berdebar dan Alisha yang terbaring tak sadarkan diri di pelukannya, dia hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.
Belladona berbalik dan mulai melangkah maju dengan mantap. Roh yang menemaninya mengikuti dengan malu-malu, seakan membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Leo mengikuti Belladona dengan hati-hati, menyesuaikan langkahnya dengan yang didefinisikan oleh wanita misterius ini. Mereka melangkah menuju cahaya terang keemasan di depan mereka, tanpa tahu apa yang menanti di ujung perjalanan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
༒𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑛𝑎 𝑊𝑖𝑗𝑎𝑦𝑎 ༒
volere artinya apa kalau boleh tahu /Hey/
2023-11-06
1