Saat Leo sedang sibuk mempertanyakan kejadian yang sedang terjadi pada dirinya, tiba-tiba suara yang lembut dan penuh kehangatan terdengar di telinganya. "Kau terlihat terkejut, Sullivan," kata seorang wanita yang mengenakan zirah putih, dengan pinggiran emas di sisinya. "Inilah kekuatan kita yang sesungguhnya." Pandangannya tertuju pada barisan pasukan didepan mereka.
Leo menoleh dan melihat seorang wanita yang cantik dan anggun tengah berdiri di sampingnya. Wajahnya penuh dengan senyuman yang lembut. "Siapa Sullivan?" pikirnya.
Karena merasa ada yang janggal, Leo melihat kedua tangannya untuk memastikan sesuatu. Dia merasa terkejut, saat ia mulai menyadari bahwa ia tengah mengenakan sebuah zirah hitam dengan hiasan jubah dan bulu lebat di bagian leher. Ia meraba-raba zirah tersebut dan merasakan bahwa bahan yang digunakan terasa sangat kuat dan kokoh. "Apa aku telah berpindah tubuh?"
Pikirannya terasa seperti terisi penuh dengan ingatan- ingatan yang asing, ia merasa seperti sedang mengalami sesuatu yang luar biasa. Leo melihat sekelilingnya dan merasa terkejut saat ia sekarang dapat mengenali sosok perempuan yang sedang berdiri disampingnya. Ia merasa seperti sudah pernah bertemu dengannya sebelumnya, meskipun ia tidak tahu pasti di mana dan kapan.
"Ratu Thelsysa?" tanya Leo untuk memastikan.
Wanita itu tersenyum, "Ada apa Sullivan? Apa yang sedang kamu pikirkan sekarang?"
Leo sedikit terkejut, khawatir jika wanita yang ternyata seorang Ratu dari Kerajaan Thellidia itu mencurigainya.
Leo kemudian menggelengkan kepalanya, "Tidak ada, aku hanya merasa bahwa kita harus memenangkan perang ini, demi nama Kerajaan dan menumpas para iblis kegelapan." Dengan suara yang mantap, mencoba untuk bertingkah normal, ditambah bantuan ingatan asing yang barusaja menguasai isi kepalanya.
"Kau benar, Sullivan." Ratu menghunuskan pedangnya ke langit. "DEMI KERAJAAN KITA!" seruan tegasnya menggema ke seluruh penjuru, meluas dan disambut oleh ribuan prajurit dihadapannya.
Suara gemuruh semangat dari para prajurit yang menyambut Ratu Thelsysa, membuat Leo terpaku. Kebisingan begitu kuat hingga terasa seperti memaksa masuk ke dalam dadanya. Ditambah ingatan dan fakta baru yang terus-menerus terungkap di benaknya.
Sementara suara meriah itu terus menggema, Leo memproses fakta-fakta baru yang terus mengalir ke dalam benaknya. Dunia yang baru saja dia eksplorasi, Dunia Erder, ternyata adalah sebuah dunia yang tak berujung, dengan luas yang luar biasa. Di dalamnya, ada banyak kerajaan, ras, dan peradaban yang beraneka ragam. Manusia, Elf, Undead, Troll, Ogre, Dwarf, Naga, Spirit, dan entitas lainnya hidup berdampingan dalam harmoni dan pertentangan. Leo mulai memahami kompleksitas dunia ini, terutama fakta bahwa manusia sendiri terbagi menjadi beberapa faksi yang berbeda. Ada IIlymeira, Pandora, Silvergate, Venomglaire, dan Nythorian. Faksi-faksi ini mungkin tidak mempengaruhi penampilan fisik, tapi lebih kepada aspek lain, salah satunya seperti kekuatan magis yang mereka miliki.
Semuanya menjadi begitu jelas bagi Leo, mengisyaratkan bahwa tugas dan peran yang diharapkan darinya di dunia ini akan menjadi sangat kompleks dan mendalam. Dunia Erder memang terasa seperti sebuah mimpi yang luar biasa. Luasnya dunia ini dengan segala sejarah dan cerita yang terkandung di dalamnya melebihi segala yang pernah dia bayangkan.
Leo mulai merenung, "Apakah semua pengetahuan dan ingatan ini milik orang yang bernama Sullivan itu?" dia menyentuh dagunya dengan serius, "Apakah ada peran besar yang harus aku jalani di dunia ini?"
Rasanya seperti takdir telah menjalari langkahnya, membawanya ke tempat yang sama sekali baru, dan Leo merasa perlu untuk memahami semua yang terjadi agar dia bisa menentukan langkah selanjutnya.
"Sullivan." Suara Ratu Thelsysa yang menyerukan namanya membangunkan Leo dari lamunannya.
Leo memandang ke arah Ratu Thelsysa yang sedang membawa sebuah gelas perak yang memikat. Gelas itu terukir dengan indah dan berlapis berlian yang memancarkan kilauan spektakuler. Leo menerima gelas tersebut dengan penuh perhatian, dan di dalamnya terdapat sebuah cairan merah yang memancarkan kilauan misterius.
Ratu Thelsysa mengangkat gelasnya dengan gemulai, lalu dengan wibawa yang tenang dia berkata, "Bersama-sama, kita akan membangun dunia yang baru. Dunia yang aman dan damai, dunia dimana semua faksi dapat hidup dengan damai. Raja Nabis Sullivan dan aku, sebagai Ratu Thellidia, dengan ini bersumpah, untuk mewujudkan semua impian serta tujuan kita!"
Leo mendengarkan kata-kata Ratu dengan penuh perhatian, dan meskipun masih bingung dengan semua yang terjadi, ia merasa semakin mantap dengan setiap langkah yang akan diambilnya. Dengan hati yang penuh tekad, dia mengangkat gelasnya dan menambah seruan Ratu Thelsysa dengan tegas, "Untuk Dunia Erder yang baru!"
Mereka pun minum bersama. Leo merasakan cairan itu mengalir dalam dirinya dengan rasa yang hambar. Namun itu bukan masalah, karena sorakan semangat ribuan prajurit mulai memenuhi tempat itu. Leo dan Ratu Thelsysa melihat sekitar, merasakan semangat dan tekad dari prajurit-prajurit Nabis dan Thellidia yang dengan penuh semangat menyambut janji sumpah mereka. Aura kebanggaan dan persatuan begitu kuat dalam momen ini. Ratu Thelsysa tersenyum pada Leo, mengisyaratkan bahwa mereka memiliki dukungan penuh dari kerajaannya. Leo merasa hatinya dipenuhi oleh semangat dan keinginan yang sama.
Kegembiraan mereka semua terasa seperti puncak kemenangan, tetapi sayangnya, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Ratu Thelsysa, yang tadi masih berdiri dengan gagah perkasa di hadapan Leo, tiba-tiba memucat dan mengeluarkan cairan hitam dari mulutnya. Leo dengan cepat meraih tubuh Ratu yang mulai ambruk perlahan.
Panik merebak di antara semua orang yang menyaksikan.
Ratu Thelsysa, dalam posisinya yang terluka, masih mencoba memberikan penjelasan pada Leo. "Sullivan," gumamnya dengan lirih, "Aku tahu ini bukan perbuatanmu." Ratu Thelsysa memegang pipi Leo dengan lemah, matanya perlahan terpejam dalam genggaman Leo, sementara suasana di sekeliling mereka dipenuhi oleh kebingungan dan kecemasan.
Leo merasa lumpuh, tak dapat berkata apa-apa. Ia hanya terus memegang tubuh yang terkulai lemah dari Ratu Thelsysa yang telah meninggal. Dia juga masih belum paham sepenuhnya tentang hubungan kedekatan antara Sullivan dan Ratu Thelsysa.
Hingga suara teriakan tajam memecah kesunyian. "Kerajaan Nabislah yang telah membunuh Ratu!" teriaknya dengan suara lantang, menuduh pihak Nabis sebagai dalang di balik kematian Ratu Thelsysa.
Teriakan itu memecah hening, dan semua mata seketika tertuju pada Leo dan orang-orang dari Kerajaan Nabis. Dalam sekejap, ia telah diseret ke dalam konflik yang bahkan belum sempat dipahaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments