Dengan wajah tegang, Alisha memanggil nama "Neil?" dengan harap-harap cemas, berharap bahwa sosok itu mungkin saja Neil yang sedang berada di dalam. Dia merasakan rasa cemas yang menggelayut di dalam dirinya, takut dengan kemungkinan terburuk yang mungkin muncul di hadapannya.
Karena tidak mendapat respon apapun, Alisha dan Leo mencoba untuk mendekati sosok misterius itu. Namun, saat mereka melangkah masuk ke dalam kamar, mereka dibuat terkejut oleh suara tawa dari arah yang lain. Keduanya menoleh, dan dengan cepat mereka menyadari bahwa suara itu berasal dari Neil yang tiba-tiba muncul dari sisi yang lain.
"Kalian terlalu serius, guys!" ucap Neil sambil tertawa, wajahnya dipenuhi keceriaan. "Kalian berdua seperti sedang berada di rumah hantu saja."
Alisha dan Leo terkejut melihat Neil yang tiba-tiba saja muncul, dan perasaan cemas mereka pun berubah menjadi lega. Mereka juga tidak bisa menahan senyuman saat Neil memamerkan selembar kain yang sedang dia bawa, khususnya Leo, karena Alisha justru merasa jijik.
Neil mengangkat alisnya dengan riang. "Lihat apa yang aku temukan! Harta karun!" kata Neil dengan nada jenaka. "Kira-kira ukuran berapa ini?" sambil memamerkan selembar kain yang ternyata adalah sebuah bra.
"Kau ini, Neil," ucap Leo sambil menggelengkan kepala, merasa lega bahwa semuanya baik-baik saja.
Dalam tawa mereka, suasana tegang yang sebelumnya melanda koridor itu mereda, namun hanya sesaat sebelum akhirnya sesuatu yang mengerikan terjadi.
Tiba-tiba, Alisha teringat dengan sosok hitam yang duduk di kamar tadi. Dengan reaksi cepat, Alisha mengarahkan senternya kembali ke arah tempat itu. Namun, ketika cahaya senter menyinari tempat yang tadi diduduki oleh sosok hitam, dia hanya menemukan kekosongan.
Alisha membulatkan matanya dalam keheranan, dan dia buru-buru menengok ke arah Neil yang masih tertawa, tapi ekspresi keheranan tiba-tiba berganti menjadi ketakutan yang mengerikan.
Sebelum Alisha atau Leo dapat bereaksi lebih lanjut, sosok hitam itu tiba-tiba muncul tepat di belakang Neil dengan gerakan yang cepat dan mengerikan. Dengan kejam, sosok itu menusuk Neil dengan tangannya yang kelam dari belakang, menembus perut Neil dengan cepat dan mengerikan. Darah Neil menyembur hebat membasahi kedua rekan didepannya.
Leo dan Alisha sama-sama mematung, tidak bisa mempercayai apa yang baru saja mereka saksikan. Teriakan yang terhenti dari Neil saat matanya melotot dan wajahnya berubah menjadi pucat. Alisha menahan teriakan ketakutan yang hampir keluar dari mulutnya, dan Leo terus menggenggam erat pistolnya.
Sosok hitam itu perlahan-lahan mengeluarkan tangannya dari perut Neil, meninggalkan bekas darah dan lubang besar yang mengerikan. Neil jatuh terduduk di lantai, wajahnya pucat dan ekspresinya penuh dengan rasa sakit dan keheranan, hingga akhirnya tersungkur dan berhenti bernapas selamanya.
Dengan hati yang penuh emosi, Leo menembak sosok hitam itu dengan sekali tembakan di kepala. Peluru melesat dengan cepat hingga menembus tengkoraknya, sosok itu roboh kebelakang dan mengotori lantai dengan cairan hitam pekat yang mengalir keluar dari kepalanya.
Leo menghembuskan napas lega. Namun, semuanya belum berakhir, mereka tiba-tiba dikagetkan dengan suara langkah kaki yang menggelegar muncul dari berbagai arah. Dari kamar-kamar di koridor itu, makhluk yang sama seperti yang baru saja mereka temui muncul dengan gerakan yang mencekam, merangkak dan berlari secara berdesakan kearah Leo dan Alisha.
Alisha tidak tinggal diam. Dengan mata berkaca-kaca, dia mengangkat pistolnya dan mulai menembak, berusaha menghentikan serangan makhluk-makhluk itu. Namun, jumlah mereka terlalu banyak, dan tidak peduli seberapa banyak peluru yang ditembakkan, makhluk-makhluk itu terus saja mendekat seakan tidak ada habisnya.
Leo dan Alisha saling bertukar pandang, dan dalam pandangan mata mereka, mereka tahu bahwa mereka harus mencari jalan keluar dari situasi ini. Mereka tidak bisa mengandalkan senjata mereka sendirian. Pistol Glock 17 dengan kaliber 9 mm yang mereka pakai sebenarnya bekerja cukup baik, namun jumlah musuh yang terlalu banyak membuat mereka harus berpikir dua kali jika harus terus melawan mereka.
"Ikut aku!" teriak Leo kepada Alisha, sambil menarik lengan Alisha dan berlari menuju pintu keluar koridor.
Dengan mata berkaca-kaca karena teringat kematian Neil didepannya, Alisha melangkah lebih cepat untuk mengimbangi langkah Leo yang masih berlari di depannya. Dia menghapus air mata dengan punggung tangan, memaksa dirinya untuk fokus pada perjalanan mereka.
Leo dan Alisha berlari melewati belokan demi belokan, dengan kejaran musuh yang terus menghantui mereka. Dalam setiap langkah yang mereka ambil, mereka terpaksa menghadapi ancaman yang terus mendekat, dan peluru mereka menembus udara malam dalam usaha untuk melindungi diri. Suasana malam yang sunyi memperbesar resonansi suara tembakan, suara tersebut merayap di setiap koridor dan ruangan hotel, menembus kegelapan yang menyelimuti setiap sudut hotel.
Ketika pintu lift akhirnya tampak di ujung koridor, Leo berpikir untuk menyelamatkan diri mereka dengan masuk ke sana ,"Buka pintunya! Aku akan halangi mereka!" Leo berhenti beberapa kali untuk menembak mundur ke arah musuh yang terus mengejarnya.
Alisha berlari dengan cepat ke arah lift, tekadnya untuk selamat dan menyelamatkan Leo membuatnya tetap bergerak maju.
Disisi lain, Leo terkejut setengah mati saat dia menarik pelatuk pistolnya dan menyadari bahwa senjatanya telah kehabisan peluru. "Sial, kenapa harus sekarang?" Bisik Leo sambil tersenyum getir.
Namun, sebelum rasa putus asa sempat mengambil alih sepenuhnya, suara teriakan Alisha memecah keheningan. "Leo!" seruan itu menggelegar di udara, mengundang perhatian Leo yang segera berbalik melihat Alisha. Suara tembakan yang tiba-tiba memenuhi udara, dan sosok hitam yang hampir saja menyambar Leo seketika langsung ambruk.
Leo terkejut hingga terjatuh ke posisi duduk dengan cepat, napasnya tersengal-sengal karena reaksi refleknya yang memaksa tubuhnya terduduk. Wajahnya tegang dan pucat, matanya memandang Alisha dengan campuran kagum dan terima kasih atas aksi cepat dan tepat yang telah dilakukan oleh Alisha.
Alisha langsung bergerak, membantu Leo untuk berdiri dengan cepat. Dia merasa kekuatan dalam genggaman tangannya saat dia membantu Leo bangkit. Tanpa banyak kata, keduanya berlari menuju pintu lift yang sudah terbuka, dengan jantung yang berdebar kencang dan napas yang terengah-engah.
Mereka melangkah masuk ke dalam lift dengan cepat, dan Alisha menekan tombol untuk menggerakkannya. Pintu lift perlahan tertutup, menghalangi pandangan mereka dari ancaman yang berada di luar. Saat pintu lift tertutup, mereka mendengar suara berisik dari luar. Leo dan Alisha saling pandang dengan ekspresi kecemasan, dan sebelum mereka bisa merespons lebih jauh, sosok hitam yang layak disebut monster itu telah berlari mendekat dan memukul pintu lift dengan kekuatan yang menggetarkan.
Alisha merasa jantungnya akan copot, dia meraih pistolnya dengan tangan gemetar dan menodongkannya ke arah pintu lift yang sedikit terbuka akibat pukulan itu. Dia mencoba untuk menghadapi ancaman itu dengan tekad yang tetap kuat, tetapi ketakutan juga tergambar jelas dari matanya. Leo dan Alisha merasakan tekanan dan ketegangan yang terus bertambah saat sosok hitam itu terus berusaha menerobos pintu lift.
Beruntung, lift akhirnya mulai bergerak turun dengan perlahan. Meskipun pintu lift masih terbuka sedikit akibat serangan tadi, untungnya dengan berjalannya lift, mereka dapat memutuskan kontak dengan sosok hitam yang berusaha menerobos masuk. Leo dan Alisha bisa merasakan sedikit kelegaan di dada, setelah mendapatkan jarak dari ancaman yang mengerikan.
Dalam gelapnya ruang lift, mereka merasakan adrenalin masih berdenyut dalam darah mereka, tetapi juga rasa bersyukur karena berhasil menyelamatkan diri dari bahaya. Walaupun mereka tahu, bahwa ini belum berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Mirabella
Keren sampai deskripsi senjatanya juga keren
2024-02-29
0
Naa.
aku mampir nih kak
2023-10-27
1
엘룬이 💕
Nah, loh, lupa /Blackmoon/
2023-10-18
3