Teriakan itu seolah menjadi percikan api di tengah jerami yang kering. Prajurit dan orang-orang dari Kerajaan Nabis segera terpancing emosi, dan perang pun akhirnya meletus. Pedang bertemu pedang, panah melesat di udara, dan suasana yang tadinya penuh semangat kini dipenuhi kekacauan dan kebingungan.
Jurgan Emeric, suami Ratu Thelsysa, tidak kuasa menahan amarahnya. Dengan mata penuh kemarahan, dia menebaskan pedangnya ke arah prajurit Nabis yang berada di dekat Leo. Kehadiran Leo, yang masih memegang tubuh sang Ratu, semakin memicu emosi yang mendidih di tengah pertempuran ini.
Jurgan Emeric mendekati Leo dengan mata membara oleh emosi. Langkah-langkahnya berat, setiap jejaknya menggema di tengah kerumunan pertempuran. Wajahnya yang awalnya penuh dengan kesedihan dan kehilangan kini dipenuhi kemarahan yang membara. Dia mendekati Leo dengan sikap yang mengancam, sepertinya dia melihat Sullivan sebagai penyebab kematian Ratu sekaligus istrinya itu.
Disaat yang sama, seorang prajurit yang setia kepada Raja Sullivan berupaya untuk melindunginya. "Raja Sullivan!" teriak prajurit berzirah hitam itu. Dia bersiap untuk melemparkan tombaknya ke arah Jurgan. Namun, sebelum dia sempat melemparkan tombaknya, sebuah anak panah melesat dengan cepat hingga menancap tepat di dadanya. Matanya membelalak, dan kemudian tubuhnya roboh tak bernyawa. Senjatanya terjatuh ke tanah dalam keheningan yang menakutkan. Seketika Leo berdiri di tempat, matanya tertuju pada prajurit yang baru saja tewas.
Jurgan, dengan nada penuh kemarahan, berseru, "Itulah akibat dari perbuatanmu Sullivan, dasar penghianat!" dia berjalan mendekat dengan tatapan yang membara.
Leo merasa sangat ingin untuk menghindar ataupun melawan, tetapi tubuhnya seperti terkunci, tidak bisa bergerak. Bahkan sepatah katapun tidak bisa ia lontarkan. Hingga jurgan berdiri tepat didepannya, dan tanpa basa basi dia menusukkan pedangnya ke tubuh Sullivan.
Ketika pedang itu menembus tubuh Raja Sullivan, detik-detik berjalan dalam lambatnya, seolah waktu telah berhenti. Pedang itu menusuk dalam, tetapi Leo sama sekali tidak merasakan rasa sakit secara fisik. Leo merasa seakan rohnya telah terpisah dari tubuh Sullivan.
Sekarang, leo dapat menyaksikan keduanya dengan jelas, Jurgan Emeric yang sedang menancapkan pedangnya ke tubuh Raja Sullivan, sekiranya itu yang tampak dihadapannya saat ini.
Raja Sullivan, dengan tatapan yang penuh makna, menatap Jurgan Emeric. Senyumannya seolah menyiratkan sesuatu yang lebih dalam, seakan dia telah mempersiapkan diri untuk momen ini. Jurgan Emeric tampak bingung oleh senyuman itu. Dia merasa sesuatu yang tidak biasa. Apakah Raja Sullivan begitu bodoh? Pikirnya.
Raja Sullivan merasakan napas terakhirnya semakin dekat, dan dia tahu bahwa kematian telah menjemputnya. Dia memandang mata Jurgan. Seolah-olah dia yakin, Jurganlah dalang dibalik semua kekacauan ini. Dengan napas yang tersisa, dia berkata dengan suara lemah. "Kenapa kau melakukan semua ini Jurgan... kenapa kau tega membunuh Ratu Thelsysa, istrimu sendiri."
Jurgan tersenyum penuh kepuasan, merasakan kemenangan atas lawannya. Dia berbisik dengan suara licik, sambil terus mendorong pedangnya. "Bukankah sudah jelas, Raja.. Sullivan. Dan sekarang, Kerajaan Thellidia akan menjadi milikku sepenuhnya. Dan juga jangan harap hubungan antara kedua kerajaan kita akan baik-baik saja setelah semua kekacauan ini. Kerajaan Nabis akan segera jatuh ditanganku." Dia mendorong pedangnya lebih dalam, mencabut kehidupan dari Raja Sullivan.
"Orang sepertimu tidak akan pernah merasa cukup di dunia ini... Jurgan Emeric."
Sullivan menghembuskan napas terakhirnya, matanya meredup, dan senyuman tipis masih terukir di bibirnya, sebagai tanda bahwa, meskipun tubuhnya telah tiada, kehormatan dan kejujuran tetap bersamanya.
...-...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Jadi, seperti itulah bagaimana hidupku berakhir."
Leo terkejut setelah mendengar suara pria yang berdiri di sebelanya secara tiba-tiba. pria itu ternyata adalah Raja Sullivan. "Jadi sekarang ada dua Raja Sullivan disini? Terus yang barusan terbunuh siapa?" pikirnya. "Bagaimana mungkin?" Leo menatap kearah Raja Sullivan yang berdiri di sebelahnya dengan wajah penuh keheranan.
Raja Sullivan tersenyum bijaksana, "Tidak ada yang perlu dicemaskan, tubuhmu yang asli sedang tidak berada disini. Ini hanyalah sekilas memori dari kehidupanku sebagai Raja Nabis sekaligus Pemimpin Faksi Nythorian. Semua ini tidaklah nyata."
Leo terdiam, matanya merenung seakan mencoba menggali makna dalam kata-kata Raja Sullivan. "Aku mengerti." suaranya terdengar gemetar, "Aku sekarang sudah mengerti beberapa hal tentang dunia yang disebut Erder ini. Tapi.. aku masih belum paham, mengapa aku bisa berada di dalam ingatanmu?"
"Kamu beruntung, karena telah dipilih oleh Menhir Bastion, sebuah monumen suci yang menyimpan ingatan dan kekuatan dari semua faksi. Kamu memiliki potensi yang luar biasa, yang kami percaya bisa membantu kami dalam menjaga keseimbangan dunia ini. Terutama untuk menumpas kegelapan yang mulai menggerogoti kedamaian dunia. Itulah mengapa, dirimu dapat melihat kedalam ingatanku yang tersimpan didalam Menhir Bastion."
"Jadi, apa yang akan terjadi selanjutnya jika aku terpilih?"
Raja Sullivan menjawab dengan tulus, "Leo Demhian, kamu akan mewarisi seluruh kekuatan yang telah lama terpandam dari Faksi Nythorian."
Sementara Leo mencerna informasi tersebut, Raja Sullivan melanjutkan, "Seperti yang barusan kamu lihat, bagaimana cara diriku mati. Rasa gila akan kekuasaan yang dimiliki oleh Jurgan adalah salah satu contoh dari maksud perkataanku tentang kegelapan yang menggerogoti dunia ini."
Leo mengangguk dan merasa semakin yakin tentang misinya di dunia ini. "Jadi, apakah aku akan menggantikanmu sebagai raja?"
"Tentu saja tidak." Jawab Raja Sullivan, "Kamu lebih dari itu."
Leo merasa bingung. "Lalu apa maksudmu?"
Raja Sullivan tersenyum penuh harapan. "Semuanya akan dijelaskan lebih lanjut, Leo Demhian. Yang terpenting sekarang adalah persiapanmu untuk perjalanan yang akan datang. Perjalanan panjangmu untuk mencapai tujuanmu dan kedamaianmu sendiri."
Dalam detik-detik terakhir, Leo ingin mengetahui lebih banyak, ingin memahami lebih dalam tentang dunia Erder dan tugas besar yang menantinya. Namun, ruang di sekitarnya mulai memudar, seperti asap tipis yang melayang pergi menjadi butiran pasir. Raja Sullivan yang berdiri di hadapannya pun semakin kabur, tetapi senyumnya tetap penuh harapan. Leo merasa seperti tenggelam dalam lautan ingatan dan pengetahuan yang tidak pernah dia temukan sebelumnya, lalu dia merasa terjatuh, jatuh melalui lapisan waktu dan ruang yang aneh. Hingga akhirnya, kegelapan melingkupinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments