Rindu benar-benar penasaran dengan sosok yang memiliki tingkat kecocokan tinggi dengan Milea. Namun, sayangnya demi menjaga kerahasiaan pasien, dokter tidak bisa menyebutkan namanya.
Hal itu terus mengganggu pikiran Rindu. Dia ingin bicara langsung dengan orang misterius itu dan memohon padanya agar mau membantu, tetapi sepertinya dia masih harus bersabar untuk itu.
“Kamu masih kepikiran sama yang mau jadi donor buat Lea ya?” tanya Leon sembari mengulurkan sebotol minuman untuk mantan sekretarisnya itu.
Rindu mengangguk dan menerima minuman pemberian Leon. “Saya takut kalau ternyata nanti dia menolak, Pak. Saya ....”
“Rindu, besok aku akan ke Jakarta. Kalau kamu khawatir, aku akan cari tahu siapa dia dan temui orang itu. Apa pun yang dia minta, kita akan berikan. Yang penting Lea sembuh!”
Rindu bisa percaya dengan kata-kata Leon. Bekerja dengannya selama hampir dua tahun, membuat wanita itu paham betul bagaimana cara Leon menyelesaikan masalah.
“Saya percaya Pak Leon pasti bisa mendapatkan donor yang cocok untuk Lea,” balas Rindu.
Melihat wajah cemas Rindu, Leon jadi gemas dan terpancing untuk menggoda wanita yang menempati ruang khusus di hatinya itu.
Dengan satu tangan, Leon mencengkeram pipi Rindu dan berkat, “Bisa nggak, jangan panggil pak. Kita ini seumuran, Rindu! Kamu bukan anak buahku, apalagi anakku!”
Sontak saja Rindu berontak dan berusaha melepaskan diri dari Leon. Sayangnya, laki-laki itu sudah terlanjur merindukan momen bersama Rindu, sampai-sampai dia tidak bisa menahan diri.
Mama Dera tidak sengaja melihat kebersamaan Leon dan Rindu dari balik pintu yang sedikit terbuka. Baru kali ini dia melihat tawa putranya yang sudah bertahun-tahun hilang, akhirnya kembali.
Sayangnya, takdir indah masih belum berpihak pada Leon. Nyatanya, Rindu baru datang setelah Leon berkomitmen dengan wanita lain.
“Pak Leon, lepasin!”
Tangan Leon masih mencengkeram pipi Rindu dengan gemas. Dia seakan lupa kalau Rindu memiliki trauma bersentuhan dengannya.
“Panggil Leon, aku nggak mau dipanggil pak!” Suara tawa Leon mulai mendominasi ruangan.
Lea yang tadinya tertidur karena pengaruh obat, kini akhirnya terbangun. “Ibu, Ayah!”
Suara lirih Lea berhasil mengalihkan perhatian Leon dan Rindu. Dua orang yang hampir larut dalam suasana nostalgia itu, tiba-tiba sadar kalau sejak tadi mereka mengganggu Lea.
“Lea, kamu keganggu ya, Sayang?” tanya Rindu yang merasa bersalah karena sang putri harus terbangun dari istirahatnya.
“Lea, maafin ayah ya. Ayah nggak sadar kalau Lea lagi tidur!” ucap Leon seraya mengusap kepala sang putri tercinta.
“Lea seneng lihat Ayah sama Ibu ketawa. Kalau aja Ayah sama Ibu bisa ketawa terus, pasti Lea jadi anak yang paling bahagia.”
Rindu memeluk putrinya yang kurang beruntung itu. Kalau saja dia bisa, dia juga ingin memberikan keluarga utuh yang bahagia untuk Lea.
**
**
Keesokan harinya, Leon benar-benar datang ke Indonesia. Selain untuk mencari tahu informasi mengenai pendonor yang cocok dengan Milea, laki-laki itu juga harus menyelesaikan permasalahannya dengan Wilona.
Leon datang ke rumah sakit terlebih dahulu untuk mencari informasi mengenai pendonor Lea.
“Mohon maaf, kami tidak bisa memberikan data diri pendonor. Tetapi, kami sudah mencoba menghubungi beliau dan katanya akan ke Singapura untuk bertemu langsung dengan pasien,” jelas dokter yang Leon temui saat di rumah sakit Jakarta.
Leon terpaksa pulang dengan tangan kosong karena sang dokter juga tidak bisa memberikan data pasien mereka. Namun, pendonor itu rupanya sudah bertemu dengan Rindu di rumah sakit tempat Lea dirawat.
“Jadi, yang akan menerima donor sel punca itu gadis kecil ini?” tanya seorang pemuda berparas tampan yang memakai masker untuk menutup wajahnya.
Itu adalah prosedur rumah sakit untuk pengunjung karena kondisi Lea rentan sekali. Jadi, setiap pengunjung yang datang harus dipastikan sehat dan memakai masker.
“Iya, dia putri saya. Apakah Anda bersedia mendonorkan sel Anda untuk anak saya?”
Rindu masih belum tahu identitas asli pemuda yang hasil tesnya cocok dengan Milea itu.
“Kita bicarakan di luar bagaimana?”
Rindu dan laki-laki itu akhirnya keluar dari ruangan Lea dan mereka bisa saling bicara tanpa memakai masker.
“Saya akan bantu Lea, tapi tolong jangan sampai wartawan tahu. Kamu pasti tidak asing denganku kan?”
“Bukankah kamu seorang artis besar?”
***
Jeng jeng jeng 😂😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Supriyatun
salah semuanya Tebakannya kwkwkw waduh nilai nol semuanya deh
2025-01-05
0
Sweet Girl
jangan jangan Raffi Ahmad ya Tor...?
2025-03-10
0
fitriani
wkwkwwkwk ternyata bukan wilona🤪
2024-11-26
0