Rindu mengajak Leon untuk bicara di luar. Masalah ini cukup serius dan sensitif untuk dibahas di depan dokter yang notabene adalah orang asing.
“Rindu, kalau hasil tes kita tidak cocok, haruskah kita menikah dan kasih adik buat menyelamatkan Lea?” tanya Leon yang jadi kepikiran dengan opsi yang dokter berikan tadi.
Sejujurnya, Leon masih sangat berharap bisa kembali dengan Rindu, tetapi kisahnya dengan Wilona masih menjadi pengikat yang menghalangi hatinya menuju ibunya Lea itu.
“Pak Leon, pernikahan itu bukan main-main. Kalau kita menikah demi anak, lalu apa yang akan terjadi setelah anak itu dewasa dan meninggalkan kita. Apakah kita akan bercerai?” tanya balik Rindu dengan ketus.
Leon terkejut dengan jawaban yang dilontarkan Rindu. Wanita cantik itu sepertinya masih menyimpan rasa kesal terhadapnya.
“Lagi pula, saya datang ke sini bukan untuk menikah. Saya nggak ada minat sama sekali, dan nggak akan buat pernikahan Pak Leon batal karena saya sendiri pernah mengalaminya!”
Rindu meninggalkan Leon, dan masuk ke ruangan Lea. Dia pikir, Leon masih sama seperti dulu, suka sekali mempermainkan perasaan wanita.
Leon hanya bisa menghela napas dengan berat selepas kepergian Rindu. Mungkin dia terlalu terburu-buru mengejar Rindu lagi, padahal hubungannya dengan Wilona juga belum ada kejelasan.
**
**
Sementara itu, Wilona menangis sendirian di kamarnya. Impiannya untuk menikah dengan Leon terancam batal karena ayahnya sekarang tidak merestui hubungan mereka.
Melihat putrinya mengurung diri di kamar, ibu Wilona hanya bisa menguatkan hati sang putri dengan nasihat-nasihat yang mungkin bisa membantu.
“Sayang, hubungan kalian itu terlalu sulit. Leon ternyata punya anak dengan wanita itu. Kamu sendiri tahu bagaimana cintanya Leon sama dia. Apa kamu mau hidup tertekan dengan bayang-bayang perasaan suamimu untuk wanita lain? Lebih baik kamu lupakan dia!”
Sebagai seorang ibu, tentu saja ibunda Wilona tidak mau putrinya tersakiti dalam pernikahannya. Keputusan sang suami untuk membatalkan pernikahan, itu rasanya sudah keputusan yang terbaik. Sebelum terlambat dan nanti malah membuat Wilona menyesal.
“Mami, aku cuma maunya sama Kak Leon. Nggak mau yang lain, Mi. Dua tahun aku temenin dia, aku yakin Kak Leon udah nggak ada perasaan sama wanita itu, Mi!” balas Wilona menggebu-gabu.
“Wilona, seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya, selamanya akan terus teringat. Apa lagi mereka punya anak yang akan menjadi pengikat. Lebih baik kamu mengalah, sayang. Sebaik apa pun kamu sama dia, pemenangnya tetaplah masa lalunya, Sayang!”
Wilona tidak bisa menerima semua itu. Dia akan membuktikan pada ibunya kalau Leon sebenarnya sudah mencintainya dan melupakan Rindu.
**
**
Setelah berpikir matang, Rindu akhirnya setuju untuk menginap di apartemen Valen. Semua itu juga karena pengaruh Mommy Dera yang membujuk Rindu agar mau tinggal di apartemen Valen yang jarang ditinggali.
Leon menemani Rindu untuk membawa barang-barangnya ke apartemen Valen. Sementara Lea ditemani neneknya yang datang bersama Ellea.
“Kamu belum makan kan, Rin?” tanya Leon usai membantu membawakan koper dan barang-barang Rindu juga Milea.
Wanita itu menggeleng cepat. Kalau bukan karena paksaan Ellea, dia pasti tidak mau diantar Leon pulang ke apartemen Valen.
“Kata Valen di kulkas ada bahan. Kebetulan aku juga belum makan, aku jadi penasaran apa masakan kamu masih seenak dulu!”
Rindu melirik mantan bosnya yang kini ikut masuk ke dalam kamar, padahal dia sudah menyuruh Leon menunggu di luar. “Saya mau langsung balik ke rumah sakit, Pak. Kasihan Lea!”
Leon berjalan mendekati Rindu, dan membuat wanita itu memasang sikap waspada. Dia takut kejadian beberapa tahun lalu itu kembali terjadi, apalagi mereka hanya berduaan saja.
“Lea nggak sendirian. Ada Ellea, ada Tifani anaknya El, ada Mommy Dera juga. Kamu juga harus pikir kesehatan kamu, Rindu. Kalau kamu sakit, mana bisa kamu rawat Lea,” kata Leon sembari berusaha menyentuh pundak Rindu, tapi Rindu berhasil mengelak.
“Lagian, kalau kamu masak, sekalian buat Valen juga kan, bentar lagi palingan dia pulang!” kata Leon lagi.
Rindu tampak berpikir keras. Dia masih diam sampai akhirnya Leon menelepon adik kembarnya itu dan Valen dengan senang hati mengizinkan Rindu untuk masak.
“Tuh, Valen aja kangen masakan kamu!” Lagi-lagi Leon menyentuh pundak Rindu, dan kali ini berhasil.
“Ya udah Pak Leon tunggu di luar aja. Nanti saya masakin!” kata Rindu sembari melepaskan tangan Leon dari tubuhnya.
“Kenapa sih? Kamu jijik sama aku? Nggak mau aku sentuh?”
“Saya cuma takut diperrkosa lagi sama Pak Leon!”
***
Mana berani dia, Rin. Lagian ini sadar, nggak mabuk 😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
anonim
ha ha haaaaaa....Rindu...Rindu. .tanpa saringan kau ngomongnya
2025-02-04
1
Sweet Girl
bwahahaha tau aja maksud hati Pak Leon, kamu Rindu...
2025-03-10
0
Khairul Azam
😅😅😅😅😅
2024-12-12
1