Rindu menolak dengan tegas niat baik Leon agar dia dan Lea bisa tinggal bersama mantan bosnya itu. Wanita itu masih punya harga diri, bahkan untuk menyewa tempat tinggal pun sebenarnya Rindu masih mampu.
“Valen, makasih untuk tawarannya. Tapi, baiknya aku sama Lea sewa tempat lain aja!” putus Rindu.
Walaupun Valen adalah temannya, tetap saja Rindu merasa tidak enak hati. Apalagi, Valen adalah kembaran Leon. Dia hanya tidak mau berhutanv budi dengan keluarga itu.
“Rindu, apartemen aku jarang banget ditinggali. Aku lebih banyak waktu di rumah sakit, Rindu. Ini dekat banget kok dari sini, daripada kamu sewa, mending uangnya bisa dipakai buat berobat Lea. Transplantasi itu butuh biaya besar!” Valen menepuk pundak Rindu dan memberikan semangat untuknya.
Mendengar kata “mahal” tentu saja Leon jadi tidak terima. Dia langsung pasang badan dan berkata, “Lea juga anakku. Berapa pun biayanya pasti aku bayar. Tugas kamu buat nyembuhin dia!”
Valen melotot ke arah Leon. “Jelas itu tanggung jawab kamu, orang kamu bapaknya! Siapin aja duit antara seratus ribu sampai empat ratus ribuan dolar!”
Rindu tersentak mendengar angka yang disebutkan oleh Valen. Uang itu jelas sangat fantastis nilainya, bahkan semua kekayaan Rindu kalau ditotal tidak sampai tiga puluh ribu dolar. Jelas Leon akan ambil bagian dari biaya pengobatan Lea.
“Sejuta dolar pun nggak akan sebanding dengan nyawa anakku!” balas Leon dengan ketus. “Rindu, aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa kabari aku ya!” pamitnya pada ibu Lea itu dengan lembut.
Rindu menelan ludah dengan kasar. “Maaf, Pak. Saya nggak punya kontak, Pak Leon.”
Leon yang sudah melangkah pergi, akhirnya kembali lagi pada Rindu. “Jangan panggil Pak, saya bukan bos kamu, Rindu!”
Laki-laki itu mengeluarkan ponsel dan memberikan nomor teleponnya pada Rindu. Sementara Rindu menatap layar ponselnya dan menghela napas berat. Dia menamai kontak Leon sebagai “Ayahnya Lea” lalu menyimpan ponselnya.
Setelah kepergian Leon, Valen juga pamit karena harus bekerja. Sekarang, tinggal Rindu sendiri bersama putrinya yang sedang beristirahat.
**
**
Leon dan Rindu sama-sama menghadap dokter yang menangani Lea. Keduanya sudah siap untuk mendengarkan langsung penjelasan dokter yang sudah cukup umur itu.
“Jadi gimana dengan pengobatan Milea, Dok?” tanya Leon yang menyempatkan diri untuk datang ke rumah sakit sampai menunda rapat pentingnya.
“Begini, untuk kanker darah sendiri, perkembangannya jauh lebih cepat dari kanker jenis lain. Saat ini, kita masih melakukan kemoterapi untuk membunuh sel-sel kankernya. Masih banyak tahapan yang harus dilalui, tetapi sekarang kita sudah mulai menyiapkan pendonor untuk diambil sel induk di sumsung tulang belakangnya. Tujuannya untuk menggantikan sel-sel yang rusak akibat kemoterapi.”
“Apa mungkin kami sebagai orang tuanya bisa menjadi pendonor untuk Lea, Dok?” tanya Rindu yang jelas tidak bisa tenang karena dia tahu mencari pendonor itu sulit.
“Stem Cell alias sel punca memang bisa didapatkan dari sel induk pendonor atau dari darah tali pusat adik kandung pasien. Untuk pendonor itu juga memerlukan serangkaian tes rumit. Kalian bisa melakukan tes dari sekarang, dan bisa juga memulai program kehamilan kalau kalau tidak ada hasil yang cocok.”
Penjelasan dokter membuat Rindu dan Leon saling menoleh dan saling bertatapan dengan bingung. Mana mungkin mereka melakukan program kehamilan kalau mereka saja tidak memiliki status suami istri.
“Gunanya program hamil untuk apa, Dok? Bukannya kalau nunggu bayinya lahir itu lama, lagian kasihan sekali bayi kecil kalau harus jadi pendonor.”
Tampaknya, Leon memang belum paham betul dengan penjelasan yang dokter berikan. Pikirannya yang terbagi-bagi, membuatnya gagal memahami apa yang dokter sampaikan.
“Yang diambil itu darah plasentanya, bukan darah bayinya,” sahut Rindu yang jadi ikut sebal pada Leon.
“Benar, itu opsi lain kalau memang tidak ada pendonor yang cocok. Kemoterapi juga butuh waktu berbulan-bulan. Jadi, kalau kalian mau coba punya anak lagi, itu tidak ada salahnya, toh anak kalian baru satu ini, siapa tahu dia bisa menjadi penolong pasien.”
“Menurut kamu gimana, Rindu?”
***
Othor sih, No! Enak di kamu soalnya Leon. Rindu gak cinta sama kamu kok 😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Merica Bubuk
Pake duit monopoli bisa ga ?
2025-03-07
0
Sweet Girl
Aku oke👌
2025-03-09
0
anonim
m e n i k a h
2025-02-04
0