Atas jaminan pak Idham, Aku dan Wisnu bisa kembali kerumah.. Para pelayan bersuka cita menyambut kepulangan kami.
Begitupula dengan Om Ridwan dan Tante Rasti ikut menyambut kami. Walaupun mereka berdiri dengan kaku.
Mereka masih bisa tinggal karena menunggu proses penyelidikan. Sedang kan Yudis dan anak buahnya sudah di tahan.
"Wisnu...!" Ridwan langsung memeluk Wisnu.
"Atas nama Yudis, Om minta maaf pada kalian. Kami sangat menyesalkan apa yang terjadi." ucapnya sambil berlinang air mata buaya. Rasti mengangguk mengiyakan ucapan suaminya.
Wisnu tidak bereaksi sedikitpun. Dia malah sibuk memindai seluruh ruangan itu.
Seperti sedang menghadirkan semua kenangan masa lalunya.
"Nu, Tante punya mainan baru buat Nunu." ucap Rasti sambil meraih tangan Wisnu.
mereka mengira keadaan Wisnu masih seperti dulu.
Wisnu menatap sekeliling.
Aku baru menyadari kalau photo keluarga Wisnu sudah tidak ada. Di ganti. Dengan photo keluarga mereka.
"Dimana photo papa dan mama?" tanyaku mendahului Wisnu.
Om Ridwan dan istrinya terlihat bingung.
"Oh, ada kok. Masih kita perbarui di tempat cetak photo. Maklum sudah lama jadi agak buram..." Rasti mencari alasan. Padahal aku yakin, kalau mereka sengaja menyingkirkannya.
"Kalian pasti lelah, ayo Tante antar ke kamar.." Rasti mengandeng tangan Wisnu.
Tapi seketika dia terhenyak saat Wisnu menepis tangannya dengan kasar.
"Aku bisa jalan sendiri..!" ucap Wisnu sambil meraih tanganku dan melangkah ke kamar kami di atas.
Rasti dan suaminya masih ternganga heran.
"Mas,apa benar yang aku lihat ini? Wisnu sudah berubah."
"Aku juga tidak percaya, tapi yang barusan terjadi nyata adanya." Ridwan mengucek matanya.
" Ini artinya kita harus semakin berhati-hati. Semula hanya Nara lawan kita, tapi sekarang Wisnu bersamanya."
"Kau benar, Mas."
Mereka masuk kekamar mereka.
Wisnu termenung memandang mainannya yang masih tertata rapi.
"Nu, apa yang kau pikirkan?" aku menghampirinya.
"Aku ingat papa dan mama, semua mainan ini mereka yang membelikannya. Mereka tidak pernah mengeluh dengan segala kekurangan yang aku miliki." wajahnya berubah sendu.
Aku menggenggam tangannya dengan erat.
"Kita akan ziarah ke makam mereka. mereka akan senang melihatmu dalam keadaan seperti ini." dia mengangguk setuju.
"Aku tidak habis pikir, kenapa Om Ridwan sangat membenciku." ucapnya lagi.
wajahnya terlihat kembali muram.
Apalagi kalau sampai dia tau kalau sebenarnya Om Ridwan ada kaitannya dengan kecelakaan yang menimpa orang tuanya.
Aku menghela nafas panjang.
Terdengar ketukan di pintu.
"Mba Nara, Mas Wisnu.. Silahkan turun kebawah, makan malamnya sudah siap."
"Kau mandilah dulu, biar lebih segar." aku mengarahkan Wisnu ke kamar mandi.
Setelah membuka pintu, aku mendapati bi Sari sedang berdiri di depan pintu.
"Bik, apa yang terjadi di rumah ini selama kami tidak ada disini?"
"Kacau, Mba, Bu Rasti semakin semena-mena pada kami para pelayan. Sedang Den Yudis juga tidak jauh beda, bahkan dia sering kami pergoki membawa perempuan kedalam kamarnya."
Aku menggeleng prihatin.
"Syukurlah Mba cepat pulang. Kami sangat senang."
Makan malam itu berlangsung dengan kaku. Om Ridwan selalu melirik ku. Seakan dia membaca isi hatiku.
"Nara, aku tunggu di kama!"
Wisnu menyudahi makannya dan berlalu.
Bik Sari mendekatiku.
"Makan yang banyak, Mba. Biar calon anak yang dalam kandungannya juga sehat..."
Aku mengangguk tersenyum.
"Terima kasih, Bik atas nasehatnya."
Tidak demikian dengan Om Ridwan dan istrinya.
Mereka terlihat kaget.
Aku pura-pura tidak memperhatikannya.
"Mas, apa benar yang ku dengar ini? Nara hamil? Apa iya Wisnu bisa membuatnya hamil? Aduuuh.. palaku pusing memikirkannya." Rasti memegangi kepalanya.
Ridwan juga terlihat sangat Shock.
"Benar dia hamil, Bik?" Ridwan mengintrogasi Bik Sari.
"Benar, tuan. Itu yang saya dengar dari mereka..." Bik Sari pergi ke dapur, sedangkan Ridwan masih tercengang.
"Ini sangat aneh. entah benar atau tidaknya, yang jelas ini akan menguntungkan kita." ucap Rasti tersenyum licik.
"Menguntungkan bagaimana? Dengan punya anak, posisi Nara akan semakin kuat..." bentak Ridwan tidak suka.
"Itu kalau yang dia kandung anaknya Wisnu. Kalau bukan?"
Ridwan menatap istrinya tak percaya.
"Maksudmu...?"
"Iya, Mas. Kita akan buat seolah anak itu bukan anaknya Wisnu. dengan begitu Wisnu sendiri lah yang akan mengusir nya dari rumah ini."
"Kau hebat. pemikiran mu sangat cerdas. Aku setuju. Lalu bagaimana caranya agar Wisnu yakin kalau itu bukan anaknya?"
"Sini, Mas...!"
Rasti membisikkan sesuatu pada suaminya
Setelah itu Ridwan tersenyum puas.
***
Pagi yang cerah, aku dan Wisnu berencana mengunjungi makam papa.
Bedanya, sekarang kami pergi dengan mobil dan sopir pribadi. Semua itu atas saran pak Idham.
Sepanjang perjalanan. Wisnu terus memelukku. aku merasa aman dan nyaman dalam dekapannya. Suami ku yang dulu idiot kini sudah menjadi pria dewasa yang gagah dan berwibawa. apalagi setelah ini pak Idham sudah mengatur bagaimana agar Wisnu mengejar ketertinggalannya dalam bidang akademiknya. sebenarnya Wisnu bisa membaca dan menulis walaupun tidak lancar. Tapi pak Idham ingin membekalinya dengan kemampuan yang mencukupi.
Tentu saja aku menyambutnya gembira. Apapun yang bertujuan untuk kebaikan Wisnu, aku akan mendukungnya.
"Nar, kau ingat saat kita naik angkot tidak punya uang untuk membayar?"
"Tentu saja aku ingat..." jawabku tersenyum.
Bukannya pada tidak punya uangnya, tapi lebih pada bagaimana suamiku ini mencium ku untuk pertama kalinya sejak kami menyandang predikat suami istri.
"Kenapa kau tersenyum begitu? Pasti ada yang kau ingat,?" tebak Wisnu sambil mencubit pipiku.
Wajahku langsung terasa panas saat itu.
Kami kembali terdiam.
Hanya butuh waktu sepuluh menit, kami tiba di pemakaman.
Wisnu berjongkok dan berdoa dengan khusyuk nya.
Aku menaburkan bunga di pusara kedua mertuaku sambil berucap lirih...
Lihatlah, pa, ma. Aku datang membawa Wisnu kalian. Wisnu yang sudah menjadi pria sejati seperti impian kalian. Kami juga membawakan calon cucu untuk kalian, insya Allah dia akan tumbuh menjadi anak yang berbakti dan selalu mendoakan kakek dan neneknya.
Aku mengusap air mata yang tiba-tiba saja menetes. Aku terbayang bagaimana kesakitan nya kedua mertuaku itu karena ulah Om Ridwan.
"Papa, mama.. Nunu pulang dulu. Lain Kali kami akan kembali berkunjung."
Wisnu bangkit dari jongkoknya.
"Ayo..!"
Kami bergandengan tangan menuju mobil.
"Katanya mau menengok ayahmu, sekalian saja. Mumpung kita keluar." ajak Wisnu.
"Boleh, Nu. Idemu bagus juga." ucapku menepuk tangannya.
Dari makam, kami langsung menuju rumah ayah. Tapi di tengah perjalanan tiba-tiba mobilnya bermasalah.
"Kenapa, pak?"
"Tidak tau juga Mba, padahal kemarin saya sudah mengeceknya."
Wisnu turun dari mobil, dia ikut mengotak atik mobil tapi tidak bisa hidup juga.
Di tengah keputus asa'an kami. sebuah mobil datang mendekat.
"Hai Nara..!" sebuah teriakan terdengar dari dalam mobil.
Jaja sahabat ku waktu masih lajang mengeluarkan kepalanya dari mobil.
"Jaja..?" ucapku gembira, Tentu saja. Sudah lama kami tidak bersua.
Jaja langsung turun. Dari mobil dan berlari menghampiriku. Kami berpelukan seperti hal nya sahabat lama yang baru bertemu kembali.
"Bagaimana kabarmu? Kau semakin cantik saja.?" ucapnya berbasa basi.
"Ah, kau juga tambah keren." kami tertawa bersama melepas rindu.
Beberapa saat aku lupa kalau ada Wisnu di antara kami.
Sampai akhirnya,
"Oh, ya.. Nu. Ini Jaja sahabatku.
Ja, ini Wisnu suamiku.." aku menggenggam tangan Wisnu.
"Aku sampai lupa kalau kau sudah menikah, suami mu gagah juga." ucap Jaka bercanda.
"Senang bertemu denganmu." Jaja menjabat tangan Wisnu.
Wisnu Menyambutnya dengan hangat.
"Kalian sebenar nya mau kemana?"
Aku mulai menceritakan kejadiannya kejadian yang kami alami.
"Kalau begitu, kalian ikut aku saja. Ayo naik!"
Jaja memegang tanganku, tapi aku menepisnya dengan halus. Aku tau Jaja tidak bermaksud apa-apa selain gembira karena baru bertemu. tapi aku juga harus menjaga perasaan Wisnu.
"Benar, Mba. Kalian ikut dia saja. Nanti sore biar saya jemput." kata sopir kami.
Aku memandang Wisnu untuk minta persetujuannya.
Akhirnya kami menerima ajakan Jaja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Nunung
Semoga niat busuk Rasti dan Ridwan tidak berhasil..,dan kebusukan nya bisa di ketahui Nunu bahwa orang tuanya di bunuh secara tidak langsung oleh om Ridwan.....makasih dah mau up walaupun selalu telat...see you ❤️❤️ semangat 💪💪 ya moga sehat selalu Aamiin..
2023-11-13
1