Antara bingung, senang dan tak percaya menjadi satu.
Kenyataan bahwa Wisnu bisa kembali normal membuat ku sangat terkejut.
"Nu, ini benar dirimu?" aku mengusap wajahnya.
Wisnu sedang menatapku dengan senyum manisnya.
Jantungku terasa berhenti berdetak saat itu juga.
"Kau jangan khawatir, selama kita bersama. Tidak akan ada orang yang bisa menyakitimu." ucapnya dengan senyum khasnya.
Aku mengangguk senang. Wisnu semakin meremas tanganku.
Aku segera tersadar kalau Wisnu sedang terluka di bagian belakang kepalanya.
"Nu, sebaiknya kita mencari pertolongan untuk lukamu itu."
Wisnu segera bangkit,. Memberikan kemejanya untuk aku pakai. Sedang dia hanya memakai kaos oblong.
Saat sampai di depan sebuah apotik, aku baru menyadari bahwa dompet sudah tidak ada lagi di tanganku.
"Gawat, Nu. Dompetnya hilang." ucap ku kesal.
"Lalu bagaimana?" dia malah bertanya padaku.
"Sangat bahaya kalau kita masih berada di sekitar sini, Yudis pasti tidak akan menyerah begitu saja.." ucapku cemas.
"Kalau begitu, kita kembali saja." jawab Wisnu.
"Tapi... ,kita sudah tidak ada uang untuk membayar angkot."
"Tenang saja, nanti kita pikirkan. yang penting kita selamat dulu dari Yudis." belum sempat aku menjawab, dia sudah menarik tanganku untuk pergi dari tempat itu.. dia terus memegang pergelangan tanganku, seakan takut kami akan terpisah. Sambil berlari kecil mengiringi langkahnya, aku melirik wajahnya yang tegas namun terlihat cemas. Namun begitu, aku merasa sangat terlindungi saat itu.
kami tiba di halte bus.
"Bus nya penuh.." keluh ku pada diri sendiri.
Wisnu tidak perduli, dia tetap mengajakku naik.
Karena tidak mendapat tempat duduk, kami terpaksa berdiri.
Kebetulan ada penumpang yang turun di jalan, kami bisa duduk walau saling berhimpitan.
Untung nya tempat kami di pojok paling belakang.
"Nu, kondektur sudah menarik bayaran penumpang.." bisikku pada Wisnu.
Wisnu terlihat berpikir.
kondektur sudah semakin dekat.
Tiba-tiba saja Wisnu menarik wajahku. Dia mencium bibirku dengan ciuman yang sangat panas. Aku hanya bisa protes lewat tatapan mata.
""He.. bayarannya..!"
Wisnu tidak perduli. Ia malah semakin dalam mencium ku, sambil sebelah lengannya berusaha menutupi wajah kami.
"Dasar pasangan tidak tau malu. Bermesraan di tempat umum." omel pak kondektur. Semua mata memandang jijik kearah kami, tapi Wisnu seolah tidak perduli. Sampai akhirnya kondektur berlalu karena kesal.
Saat itu Wisnu baru melepaskan bibirku.
"Maaf, aku terpaksa melakukannya.." ucapnya penuh rasa sesal.
Aku berpaling untuk menyembunyikan debaran jantungku yang tidak beraturan lagi.
Sampai tiba di halte berikutnya, kami hanya saling diam. ada rasa kikuk di antara kami.
"Kau masih marah dengan kelancangan ku tadi?" tanyanya saat kami sudah duduk di atas andong menuju rumah nenek Maryam.
Aku menggeleng. Mana mungkin aku marah, Toh dia adalah suamiku yang sah. Bahkan sejak lama aku sudah memimpikan hal ini akan terjadi.
"Kau pasti marah, sekali lagi aku minta maaf." dia menatapku dengan wajah penuh sesal.
"Tidak, aku tidak marah. Itu, kan terpaksa kau lakukan."
Dia mengangguk.
"Ah, Nu.. Sayangnya apa yang terjadi tadi adalah sebuah keterpaksaan buatmu. Andai saja..." aku menarik nafas berat.
"Kalian sudah kembali? Kenapa cepat sekali?" Nenek menyambut kami dengan pertanyaan.
"Iya, nek.. Dompetku hilang di perjalanan, karena itu kami kembali lagi." terpaksa aku berbohong untuk menghindari pertanyaan nenek lebih lanjut.
Aku dan Wisnu masuk ke kamar yang biasa kami tempati. Tapi kali ini ada yang beda aku rasakan.
Wisnu duduk di tepi ranjang seperti kebiasaannya.
Aku sendiri masih berdiri di dekat pintu dengan perasaan tidak menentu.
"Nara, kenapa kau berdiri saja? Duduklah disini seperti yang biasa kau lakukan."
Aku mengangguk gugup.
Aku memang biasa duduk di situ sambil menemaninya bermain.
"Nu, apa kau merasa ada yang berubah dari dirimu?"
Wisnu menggeleng.
"Kecuali keinginan untuk bermain seperti biasanya tidak ada lagi." ucapnya datar.
"Oowh...!" hanya itu yang bisa keluar dari bibirku.
"Sebentar, ada sesuatu di punggungmu.." ucap Wisnu, membuat ku menggelinjang geli.
"Cepat kau singkirkan!"
"Jangan bergerak..." perlahan Wisnu berdiri di belakangku.
Aku menunggu dengan ketakutan.
"Ayo, Nu.. Apa itu? Tolong cepat singkirkan."
Wisnu membalik badanku menghadap kearahnya.
Di tangannya ada sehelai bulu ayam.
"Ternyata hanya bulu ayam.." ucapnya bernapas lega.
Begitu juga diriku.
"Kirain apa?" ucapku hendak kembali duduk
Tapi tangan Wisnu menahan ku.
Tidak ada kata terucap. Tapi tatapan mata kami menjelaskan semuanya. Aku menahan nafas saat tangan Wisnu membelai wajahku.
Wisnu yang sekarang di depanku adalah sosok pria yang normal, bahkan sangat normal.
Kami benar-benar lupa segalanya, sentuhan demi sentuhan Wisnu membuatku melayang.
Malam itu kami melewatkan malam pengantin yang sudah begitu lama tertunda.
Pagi harinya, aku mendapati diriku dalam pelukan Wisnu. Pria itu kini benar-benar sudah menjadi suamiku yang seutuhnya.
Dengan bersenandung kecil aku pergi kebelakang pondok untuk mandi. Kenangan semalam masih membekas di benakku.
"Nara...! tolong ambilkan mainannya Nunu."
Aku bergegas ke kamar. Wisnu sedang bermain mobil-mobilan di kasur.
Aku terhenyak di depan pintu.
Apakah aku sedang bermimpi? Kenapa Wisnu bisa normal tapi kini kembali lagi ke semula.
***
Sementara itu di kediaman Ridwan.
Rasti sedang menyuapi Yudis makan.
"Aduh, pelan, Ma..! Sakit tau?" ucapnya meringis menahan sakit di sudut bibirnya.
"Pa, anak mu ini sudah tidak waras. Masa dia bilang Wisnu yang membuatnya seperti ini.mimpi kok di siang bolong." omel Rasti lagi.
"Sumpah! Pa, Ma... Aku tidak bohong. Wisnu dan Nara masih hidup. Bahkan Wisnu sekarang sudah berubah menjadi kuat."
Rasti menutup mulut Yudis.
"Sebaiknya kau simpan cerita tidak masuk akal mu itu sendiri saja."
Ridwan termenung mendengar cerita anaknya.
"Mas.. Kenapa kau diam saja? Ngomong apa kek?"
"Oh, ya.. Apa yang kau katakan ini benar, Yud?"
"Si Papa.. Tentu saja Yudis sedang tidak sehat mentalnya. Kau harus membawanya kerumah sakit." tegas Rasti.
"Ma, tega sekali sama anak sendiri...?" Yudis memprotes mamanya.
Setelah Rasti keluar dari kamar itu, Ridwan mendekati Yudis.
"Benar yang kau katakan?"
"Papa juga ikut meragukan ku?"
"Bukan begitu, tapi jelas' -jelas mereka sudah terjun kedalam air yang curam dan deras.
"Aku juga tidak habis pikir, kenapa mereka masih hidup. Apalagi saat mengingat kekuatan yang di milikinya. papa sendiri tidak akan percaya."
Ridwan terus memikirkan ucapan Yudis.
Kalau memang mereka masih hidup, lalu kenapa tidak pulang dan melaporkan perbuatanku? "
"Mas, Ridwan? Ada apa sebenarnya? Sejak tadi aku perhatikan kau gelisah sekali."
"Tidak ada apa-apa, hanya perasaanmu saja kalau aku gelisah."
"Syukurlah, tapi... Apa kau percaya pada cerita anak kita?"
'Aku juga tidak mengerti. Masa sih mereka masih hidup?"
"Bagaimana kalau itu benar? Aaah..! aku tidak mau hidup miskin lagi seperti dulu.' rengek Rasti.
"Makanya, berdoa saja supaya cerita Yudis itu tidak benar.,"
Saat itu Salsa menerobos masuk.
"Tante, katanya Yudis kecelakaan, ya? Aduh kasihan." Dia hendak masuk kedalam kamar Yudis, tapi tangannya di tahan Rasti.
"Ee.. Mau kemana? tidak sopan. Ada orang disini kok main nyelonong aja."
"Tapi aku hanya mau melihat keadaan Yudis, Tante. Salah?"
"Jelas salah..! Kau siapa? Main masuk rumah orang tanpa permisi."
Ridwan merasa pusing mendengar keributan mereka. ia memilih menyingkir.
Saat Salsa terdesak oleh Rasti, Bu Marni muncul di ruangan itu.
"Enak saja mengatai Salsa. Kau bisa hidup enak disini karena dapat numpang juga. Jadi jangan belagu !"
"Berani sekali kau bilang aku numpang di rumahku sendiri." pekik Rasti tidak terima.
"Memang kenyataannya begitu. Andai saja Nara dan Wisnu masih hidup. Kau pasti sudah di usir dari sini." ucap Bu Marni.
Rasti terdiam dengan wajah pucat.
"Jangan-jangan kemunculan mereka ada hubungannya dengan nenek tua ini?" Bisik nya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Nunung
Semoga saja kejahatan om Ridwan dan Rasti cepat bisa terbongkar dan Nunu and Nara bisa hidup normal seperti umum nya.....oke Thor makasih dah mau up see you ❤️❤️ semangat 💪💪 lopyou untukmu...
2023-11-08
0