Bab 2

Aku tidak bisa berkata-kata. Lidahku terasa kelu. Begitupun saat Salsa mulai mengejek ku. Aku hanya diam.

"Untung saja pak Darmawan memilihmu. Kalau tidak, hancur sudah duniaku." ucapnya sambil tertawa lebar.

Tiba-tiba saja emosiku tersulut, aku menghardik adik tiriku itu dengan keras. Hal yang belum pernah aku lakukan sebelumnya.

Dia pun mundur perlahan dari hadapanku.

Kini tinggal aku sendiri di kamar yang lumayan besar ini.

Aku mendekap photo almarhum ibu.

"Bu, restui aku, bimbinglah selalu diriku..!" tanpa terasa airmata ini keluar juga.

Tapi ada yang membuatku sedikit lega. sikap pak Darmawan yang tenang dan sopan menjadi angin segar dalam masalah yang sedang ku hadapi. Aku sendiri sempat membayangkan, seorang pak Darmawan yang punya harta dan kuasa seperti beliau pasti akan bersikap sombong dan arogan. Tapi ternyata dia berhati lembut.

Hari yang di tunggu-tunggu oleh ibu tiriku pun tiba.

Jujur, sampai menjelang akad, aku belum pernah melihat pria yang akan menikah denganku itu. Aku tak begitu perduli. Toh sama saja, yang akan ku nikahi itu seorang pria dewasa yang mentalnya masih anak-anak.

Aku juga sering bermimpi seperti gadis pada umumnya, akan menikah dengan seorang pria yang tampan, gagah seperti pangeran dalam dongeng-dongeng.

Tapi nasib berkata lain, aku mencoba menerima takdir yang sudah tergaris di tanganku.

Entahlah, apakah aku bisa berperan sebagai istri atau lebih tepatnya, pengasuh buat suamiku nantinya.

"Nar.. Calon suami mu sudah datang, lihatlah, dia datang seperti pangeran yang menunggangi kuda putihnya..."

Aku tau, Salsa hanya ingin meledek ku, tapi saat ku coba melirik keluar dari jendela kamarku, benar, sebuah mobil sport warna putih berhenti di halaman. Yaa .. Memang bukan kuda putih seperti yang di katakan Salsa.

Tak urung hatiku penasaran juga dengan sosok calon suami ku itu.

Ia terlihat turun dari mobil dengan di gandeng ibunya, sesekali Bu Darmawan membisikkan sesuatu di telinganya.

"Mari silahkan...!" wajah Bu Marni terlihat sumringah.

Dia sudah berdandan seperti layaknya seorang ibu dari calon mempelai dari pihak wanita.

Saat aku keluar, tampak pria itu tersenyum senang sambil bertepuk tangan.

"Dia istriku, Ma?" bisiknya pada Bu Darmawan.

"Iya, dan masih ingat kan apa yang harus di ucapkan nanti?"

Pria itu mengangguk senang.

Aku tak begitu jelas melihat wajahnya. Akupun tidak tertarik untuk sekedar meliriknya.

Ayahku duduk dengan menahan rasa harunya, ia paksakan diri untuk bisa menjadi wali ku.

Acara ijab pun di mulai.

Aku tak menyangka pria idiot itu mampu mengucapkan kalimat ijab dengan lancar.

"Saya terima nikah dan kawinnya Naradita widjaya binti Widjaya dengan maskawin yang tersebut di bayar tunai..!" semua tercengang. Dalam bayangan semua orang, acara itu akan memakan waktu karna kondisi mempelai pria. Namun ternyata tidak.

"Bagaimana, sah?" penghulu menoleh pada saksi di belakangnya.

"Sah...!" suara bergemuruh dari hadirin yang. ada di situ.

Kulihat pria itu, suami idiotku begitu senang. Ia menepuk nepuk kedua lututnya persis seperti anak kecil yang baru mendapat mainan baru.

"Sekarang berikan tanganmu pada istri mu!" bisik Bu Darmawan

Sambil cengengesan suamiku itu mengulurkan tangannya.

"Aku menyambutnya, dan mencium punggung tangannya. Tak ada perasaan apapun , hatiku seperti beku.

Bu Darmawan memeluk putranya dengan linangan airmata.

Kemudian dia beralih memeluk ku.

"Sekarang Mama serahkan Wisnu padamu." bisiknya di telingaku.

Aku tidak menjawab sepatah katapun.

Tapi aku mencium tangannya, pak Darmawan dan juga ayahku.

Ayah merangkulku dengan erat.

"Sekarang kau sudah menikah, sudah bukan tanggung jawab Ayah lagi, jangan lihat siapa suami mu, tapi pahami lah apa makna dari pernikahan itu sendiri." tak urung aku ikut tersedu.

Sore itu juga, aku di boyong ke istana mereka. Ayah melepas ku dengan linangan air mata.

Bu Marni menggamit tangan Ayah.

"jangan lebay gitu, Mas. Kayak yang di tinggal jauh saja. kan masih ada Salsa di rumah ini."

"Iya, nih Yah. Pilih kasih banget!" protes Salsa.

Ah,baku tidak akan pernah lagi mendengar perdebatan yang mewarnai keseharian kami.

Tiba-tiba baku merasa sedih meninggalkan kenangan ku disini.

Lain dengan Bu Marni dan Salasa. Mereka terlihat gembira dengan kepergian ku. seolah selama ini aku adalah beban yang begitu berat buat mereka.

"Namaku Wisnu pramudja...!"

Tiba-tiba tangan itu terulur padaku.

Aku menoleh dan menatap wajahnya, ia tersenyum manis memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi.

"Kakak siapa?" tanyanya lagi.

"Aku Naradita." jawabku acuh.

Kami memang duduk semobil. Hanya kami bertiga. Aku, dia dan sopir. Sedangkan bapak dan ibu Darmawan di mobil yang satunya.

"Ayo kak, ke kamarku, aku punya banyak mainan.." ucapnya sambil menyeret tanganku ketika kami sampai di rumah besar itu.

Beberapa pelayan dan tukang kebun menyambut kedatangan kami. mereka menunduk hormat.

"Nu'... Tidak begitu caranya memperlakukan Nara, dia istrimu, bukan temanmu." Bu Darmawan mengingatkan putranya.

Wisnu terlihat berpikir.

"Baiklah... Dia adalah istri.. bukan teman." ia mengulang kata-kata itu berulangkali sambil pergi ke kamarnya.

"Nara, kami mau bicara sebentar.. duduklah!" Pak Darmawan menuntunku duduk di sebuah kursi mewah.

"Begini, kau pasti sudah tau dari Bu Marni tentang suami, mu. Iya, kan? Kami mencari gadis yang berhati tulus untuk mendampinginya, karna itulah Papa memilihmu. Papa tau, kau gadis baik yang berhati lembut. Jangan sungkan bicara kalau ada apapun keluhan mu selama disini."

"Benar, jangan sungkan -sungkan, ini rumahmu juga." Bu Darmawan ikut menimpali.

Aku hanya mengangguk.

Lalu aku di antar ke kamar Wisnu.

"Ini kamar kalian sekarang, oh ya.. Wisnu sangat suka main mobil-mobilan, dari sekian banyak mainannya.. Hanya mobil- mobilan yang paling dia sukai."

"Mama tinggal, ya..!"

Aku hanya bisa mengangguk. Mulutku terasa terkunci.

Setelah kepergian Mama mertua.

Aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan yang mewah dan besar itu.

Ranjang yang besar dan empuk sudah di hias sebagai mana ranjang pengantin.

Aku menelan ludah dengan susah payah.

Mereka menyiapkan kamar pengantin untuk ku? Apa yang akan terjadi kalaupun harus melewatkan malam pertama dengan pria yang masih berjiwa anak-anak itu.

Aku melepas pantat di ranjang empuk itu.

Tapi kemana anak kecil itu? Dari tadi aku tidak melihatnya. Saat aku kebingungan. Tiba-tiba ada suara mengagetkan ku.

"Dar..!!" Wisnu sudah berdiri di belakangku.

Aku merasa sedikit kesal. "Dasar anak kecil!"

Omel ku dalam hati.

 "Nara terkejut, ya?"

Dia masih berusaha bersikap ramah pada ku.

Namun kali ini tidak ada embel-embel kakak dalam panggilannya.

Anak kecil itu langsung membuka toksedo yang di pakainya. melemparkan nya ke ranjang pengantin.

"Mau mandi, ah...!" ucapnya cuek seolah tidak menganggap kehadiranku.

Hampir saja dia melepaskan celana bokser yang di pakainya. hanya itu pakaian terakhir yang melekat di tubuhnya.

"Tunggu!" ucapku sambil menutup mata.

"Jangan buka disini!" ucapku lagi.

"Tapi kata Mama, Nunu tidak usah malu sama istri. istri juga tidak boleh malu pada suami. Nunu, kan suaminya Nara..?" ucapannya begitu polos.

"Tapi nggak pake telanjang di depanku juga!" suaraku agak meninggi.

Wajahnya berubah sedih.

Aku sadar, menghadapinya harus sepert menghadapi anak kecil.

"Eeum... maaf!" ucapku sambil memegang kedua telingaku.

Senyumnya kembali muncul.

"Ya, sudah nggak papa... Nunu maafin. Tapi lain kali jangan bentak Nunu lagi, ya!" ucapnya polos.

"Kalau begitu, Nunu mau mandi dulu. Nara mau mandi juga? Asik lho kalau mandi bareng." ucapannya membuat aku kaget.

"Iya, Nunu sering kok mandi bareng. Sama Rivan, Tono dan teman-teman Nunu yang lain." ucapnya kembali cengengesan.

Aku menggeleng cepat.

"Ya Allah, beri hamba mu ini kesabaran menghadapi tubuh besar yang berjiwa kecil ini." doaku dalam hati.

Wisnu sudah masuk kedalam kamar mandi mewah itu.

Tapi yang membuatku gagal fokus, bentuk tubuhnya sangat atletis. Hanya mentalnya saja yang terganggu. Sedangkan fisiknya mengalahkan atlet internasional.

Terpopuler

Comments

Nunung

Nunung

Semoga Nunu hanya pura pura kalau dia idiot ...hanya untuk membongkar rahasia keluarganya...
makasih Thor dah bikin novel baru lagi see you ❤️❤️ moga selalu Aamiin Aamiin.

2023-09-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!