Siang itu, Aku sedang bersantai di kamar saat mendengar suara Wisnu daribarah belakang.
"Lepas, jangan bawa Nunu..!"
Aku bergegas melihatnya.
Astaga, Wisnu sedang di kelilingi oleh tiga orang preman.
'Eh, kalian salah orang, kenapa mau tangkap dia?" aku berusaha melindungi Wisnu.
Tapi Yudis tiba-tiba saja datang dan bertepuk tangan.
"Rupanya kalian bersembunyi disini?
He, dungu..! Ayo keluarkan kemampuanmu seperti waktu itu." dia menghampiri Wisnu.
Wisnu tetap meronta.
"Jangan sakiti Wisnu, dia kakak mu, Yudis. Biarkan kami bebas. Kami janji tidak akan muncul lagi di hadapan kalian." Hari ini aku memelas dan merendahkan diriku di hadapannya.
"Melepaskan kalian?" Oh, ya? Semudah itu?" Yudis kembali tertawa.
Aku berlutut memohon padanya.
"Tapi boleh juga. tentunya itu tidak gratis."
"Apapun itu, aku akan melakukannya asal Wisnu bisa selamat." ucap ku Antusias.
"Kau ingin aku melakukan apa? Jadi pembantumu, suruhan mu atau apa?" tanyaku lagi.
"Jadi simpananku!"
Yudis menyela ucapanku. Aku menatapnya tak percaya.
"Kenapa kau heran? Bukannya tadi kau bilang bersedia melakukan apapun?" ledek pemuda itu lagi.
"Aku salah sudah berharap kau berubah selayaknya seorang manusia, tapi hatimu tetaplah seperti binatang." ucap ku dengan menggebu.
"Kenapa kau marah, bukankah itu harga yang pantas buat kebebasan kalian?"
"Cih..,! aku tidak sudi melakukannya!"
Tak ku sangka, ucapanku membuat dia semakin murka.
Setelah terdiam sesaat, senyum licik muncul dari bibirnya.
"Lepaskan dia..!" Wisnu sudah lepas dari dua orang yang memegangnya. aku bisa bernafas lega.
Apalagi saat ku dengar Yudis berkata,
"Kalian boleh pergi sejauh-jauhnya..!"
Aku terperanjat dengan keputusannya yang berubah dengan cepat.
"Cepat..! Sebelum aku berubah pikiran." ujar nya keras.
Aku menggenggam tangan Wisnu dan mundur perlahan.
Yudis masih mengawasi kami.
"Ayo Nu, kita harus lari dari tempat ini." bisik ku pada Wisnu.
Wisnu menurut.
Sekuat tenaga kami berlari dari hadapannya.
"Tapi baru beberapa meter kami berlari,
"Aaah..!" Wisnu berteriak dan ambruk ketanah.
Saat ku lihat, sebilah pisau sudah menancap di punggungnya. Darah segar langsung mengucur deras.
Seketika pandanganku kabur.
"Wisnuu...!" tangan Wisnu menggapai tanganku. Aku berlutut dan meletakkan kepalanya di pangkuanku.
"Nara lari saja. tinggalkan Nunu disini." ucapnya terbata. Aku menggeleng keras.
"Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri, Nu. kalaupun harus pergi, kita akan pergi bersama." Aku meraba punggungnya yang sudah bersimbah darah.
"CK ck ck...! Sungguh sangat mengharukan. Sepasang kekasih yang saling mencintai. Kalian memang tidak terpisahkan. Sampai ke neraka pun akan tetap bersama."
Aku menatap pria itu dengan dendam yang membara.
Perlahan aku letakkan kepala Wisnu di tanah.
Aku mendekati Yudis yang sedang tertawa penuh kemenangan.
Entah darimana datangnya keberanian ku.
Aku tampar wajahnya dengan sekuat tenaga.
Dia memandangku dengan bringas.
"Kau berani menamparku?"
"Iya, aku berani. Bahkan aku tidak takut mati di tanganmu!" tentangku dengan kebencian.
"Kalau begitu, sebaiknya kalian mati bersama saja." ucapnya sambil menyeret ku ke tepi jurang di belakang rumah yang kami tempati.
Tangan Wisnu menggapai-gapai kearahku. Seolah dia tidak rela melihatku di perlakukan seperti itu oleh Yudis.
Namun dua anak buah Yudis menginjak kedua tangannya. Wisnu berteriak kesakitan. teriakannya semakin membuat hatiku pilu.
Yudis sudah berhasil membuatku terpojok di tepi tebing yang curam.
"Apa yang bisa kau lakukan sekarang? Ayo, suruh suami mu itu bangkit dan melawanku!"
Aku mundur perlahan karena Yudis terus mendekatiku.
"Apa kau tidak takut akan karma,?"
"Karma? Hahaha... Karma apa? sampai saat ini aku dan keluarga baik-baik saja. Kau tau? Bahkan yang merencanakan kematian orang tua Wisnu adalah Papa ku, oh, aku hampir lupa, kau juga harus tau berita mengejutkan ini. Bu Marni, ibu tirimu itu juga terlibat."
Aku semakin terkejut, mataku membulat sempurna seolah tak percaya. Bu Marni? benarkah dia ikut terlibat?
Setelah puas dengan ceramahnya, Yudis mengeluarkan senjata pamungkasnya.
Dia mengarahkan pistol di tangannya kepadaku.
"Bersiaplah kau ke neraka..!" ucapnya sambil bersiap menarik pelatuknya.
Aku sudah memejamkan mata.
Selamat tinggal Wisnu, selamat tinggal ayah... Ucap ku lirih.
Tapi tiba-tiba Wisnu sudah berhasil merebut pistol dari tangan Yudis. entah sejak kapan dia bangkit melawan. Dua anak buah Yudis tergeletak dan mengerang menahan sakit.
Dengan geram. Wisnu yang sudah berlumuran darah itu memukuli Yudis tanpa ampun.
Yudis sudah babak belur di hajar olehnya.
Wisnu meraih pistol yang sejak tadi tergeletak, lalu mengarahkannya kepada Yudis.
"Kau sudah berani menyakiti Nara istriku!"
Aku sangat terharu, dia bisa semarah itu karena melihat aku di sakiti.
Wisnu sudah di kuasai amarah. apapun bisa saja terjadi.
Aku cepat memegang tangannya sambil menggeleng.
"Jangan kau kotori tanganmu dengan menghabisi binatang seperti dia." ucapku pelan.
Wisnu hanya terdiam, namun perlahan pistol itu terjatuh dari tangannya.
Yudis sudah tidak bisa bergerak lagi.
Aku segera membantu Wisnu untuk berbaring sambil miring.
Polisi datang bersama ambulan. Wisnu langsung di bawa dengan ambulan. aku terus menemaninya. Wisnu tidak pernah melepaskan tanganku.
"Kau akan baik -baik saja, Nu. kau harus kuat, ya.." ucapku mengusap rambutnya. melihat aku tak berhenti menangis, dia
berusaha tersenyum.
"Aku baik-baik saja. Kau jangan menangis.." dia malah menghapus air mataku.
lima hari sudah Wisnu di rawat di rumah sakit, setelah menjalani operasi di bagian lukanya, dia berangsur sembuh.
Dan berita yang ku dengar, Yudis dan anak buahnya juga sedang di rawat karena menderita luka yang cukup berat. bahkan yang aku dengar juga, tangan Yudis patah.
Pak Idham selalu menemaniku, mengurus semua biaya perawatan Wisnu.
"Saya sangat gembira karena kalian muncul di saat yang tepat.
kau tau? Saya sempat putus asa, pak Ridwan selalu mendesak untuk memindahkan harta kepemilikan atas namanya. hampir saja saya setuju, tapi di detik ia hendak tanda tangan, ada polisi yang menelpon mengabarkan keadaan kalian."
"Iya, pak. Sebenarnya saya juga sudah lama ingin bertemu bapak, tapi kami juga takut untuk menunjuk kan diri."
"Alhamdulillah, semua sudah berakhir. biarkan pak Ridwan dan antek-anteknya berurusan dengan hukum."
Aku mengangguk senang.
Ketika pak Idham sudah pulang.
Aku menghampiri Wisnu.
Dia sudah bisa duduk di ranjangnya.
Wisnu sedang memandangku dengan tersenyum.
Aku merasa salah tingkah.
"Ada apa, Nu? Ada yang lucu?" tanya ku.
Dia menggeleng.
Aku sangat menikmati saat-saat Wisnu menjadi normal seperti ini. Aku berharap dia terus dan terus menjadi Wisnu yang sekarang.
"Nu.." aku mencoba menyentuh tangannya. Memastikan dia Wisnu yang normal atau yang masih bocah
"Kau pasti berpikir kalau aku kembali ke kanak-kanakan, iya, kan?" ia menebak dengan jitu.
"Maaf, habisnya kau suka berubah-ubah."
Dia kembali tersenyum, senyum yang membuatku salah tingkah.
"Lalu kau lebih suka aku yang dulu apa yang sekarang?"
"Yang sekarang..!" jawabku cepat.
Aku tersipu menyadari betapa antusiasnya diriku.
"Maksudku, kau bisa melindungi dirimu sendiri dari orang yang berniat jahat." ucapku gugup.
"Yakin hanya itu alasannya?" dia semakin menggodaku dengan gaya dewasa nya.
Aku mengangguk cepat.
"Apa bukan karena yang lainnya?" di semakin mendesak ku.
Aku menatap matanya dari jarak dekat.
"Apa maksudmu?" aku tidak yakin kalau dia masih mengingat malam indah kami.
"Aku minta maaf, karena sudah menyeret mu dalam masalah ku."
"Kau bicara apa? Aku sudah berjanji di depan jasad papa akan menemanimu sampai kapan pun."
Wisnu menarik ku dalam pelukannya.
"Jangan pernah tinggalkan aku ya, Nar..."
"Tidak akan, selagi kau masih menghendaki aku. Apa lagi....." aku membawa tangan Wisnu ke perutku.
Wisnu terlihat bingung.
"Kau ingat malam itu? Malam kita berdua.."
Wisnu mengangguk cepat.
"Karena malam itu, sekarang ada Wisnu kecil disini."
Dia menatapku tak percaya.
"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?"
Wisnu protes.
"Karena mana mungkin aku mengatakannya pada seorang pria yang masih berjiwa anak-anak kalau dia akan menjadi seorang ayah, kira-kira dia akan mengerti apa tidak?"
Wisnu tersenyum lagi.
"Kau harus yakin, kali ini aku akan menjadi pelindung kalian berdua.." dia mengecup keningku dengan mesra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Nunung
Alhamdulilah Wisnu selamat dan pak Idham tidak jadi menyerahkan harta Wisnu pada om Ridwan dan antek anteknya .....dan selamat untuk Nunu dan Nara yang akan menjadi seorang ayah ...apakah akan menuju tamat nih Thor semua dan tahan polisi....makasih Thor see you ❤️❤️ moga selalu sehat selalu semangat 💪💪 ya.
2023-11-12
1