bab 10

 Sudah dua bulan aku dan Wisnu hidup di sebuah perkampungan. Kami di tolong oleh seorang nenek tua pemilik kebun tempat kami berteduh saat itu. Sebisa mungkin aku menyembunyikan identitas kami dari dunia luar. Untuk kebutuhan sehari-hari, aku membantu nenek Maryam di kebun buahnya. Nenek yang hidup sebatangkara itu sangat senang dengan kehadiran kami.

Siang itu saat aku pulang dari kebun bersama Nenek. Aku melihat Wisnu termenung sendirian.

"Nu, kenapa termenung begitu, ada yang kau pikirkan?"

"Nunu kangen Mama..," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Aku terhenyak mendengarnya.

"Nunu mau ketemu mama.." ucapnya lagi.

"Iya, kita akan pergi ke makam papa dan mama." hibur ku.

Namun itu tidak mampu mengurangi kesedihan di matanya.

"Kita pasti menemui mama, tapi bagaimana kalau kita mandi di sungai dulu. Kau boleh main sepuasnya."

Wisnu terlihat antusias.

Aku membiarkannya nya bermain air sepuas hatinya.

Sementara Wisnu mandi, aku duduk di sebuah batu di pinggir sungai.

Pikiranku melayang pada nasib yang membawaku ketempat ini, sampai kapan kami akan bersembunyi disini? Wisnu juga butuh kehidupan yang layak. Tapi jika aku muncul sekarang, tentu saja belum punya kekuatan menghadapi Om Ridwan. Aku merasa bingung.

Saat itu aku teringat pak Idham.

Ya, aku harus bisa bertemu beliau.

Ku harap pak Idham bisa memberi solusi dari masalahku ini.

Aku kaget, tiba-tiba Wisnu menyiratkan air hingga separuh pakaianku basah.

Saat aku melihatnya, dia sedang tersenyum menatapku.

"Awas ya, akan aku balas"

Wisnu malah berlari ketengah, aku mengejarnya sambil menyiratkan air ke wajahnya.

Kami bermain air dengan seru.

Sampai kami kelelahan dan menepi.

Pakaian kami sudah basah.

Wisnu duduk di sebelahku, dengan rambut dan baju yang basah, mempertegas postur tubuhnya. entah kenapa saat itu ia terlihat begitu gagah di mataku. Rahang nya yang tegas dengan hidung mancung dan sepasang mata yang tajam.

Aku menatapnya tanpa berkedip.

Yang membuat aku lebih kaget lagi, dia memetik bunga luar di sampingnya dan menyuntingnya di telingaku. aku memejamkan mata.

Rasanya seperti terbang ke awan. Wisnu menjelma menjadi pria yang gagah dan berwibawa. Aku membalasnya dengan mengalungkan kedua tanganku ke lehernya.

Kami pun saling menatap.

"Nara... Kenapa memejamkan mata, ngantuk, ya?" suara Wisnu mengejutkanku.

Aku membuang muka dengan pipi memerah.

Bisa-bisa nya aku membayangkan hal konyol seperti itu.

Untung saja Wisnu tidak mengerti dengan apa yang aku alami.

"Nunu lapar..." ucapnya sambil memegangi perutnya.

"Ayo kita pulang.. "

Kami berjalan beriringan menuju pondok sederhana Nenek Maryam.

Wajahku masih memanas saat mengingat khayalanku tadi di sungai. Diam-diam aku melirik Wisnu yang sedang makan dengan lahapnya.

Tak ku pungkiri, Wisnu memang tampan dari segi manapun.

"His...!" aku menepuk kepalaku sendiri. Apa yang sedang aku pikirkan?

Karena Wisnu mendesak terus, akhirnya aku membawanya ke makam Papa mama dengan diam-diam.

Kami harus rela berdesakan di dalam angkutan umum.

Seseorang mencolek pinggangku dengan iseng.

Aku tersinggung dan menamparnya.

Eh dia malah tidak terima. Dia balik menamparku dengan keras. Wisnu bersembunyi di belakangku karena ketakutan.

Keributan di dalam bus itu memicu perhatian orang hingga bus terpaksa berhenti.

"Dia sudah melecehkan ku..." ucapku pada sopir yang sedang bertanya duduk persoalannya.

"Aku hanya menyenggol pantatnya sedikit, reaksinya sudah sangat berlebihan." pria itu membela diri.

"Dia bohong! Jelas jelas dia sengaja melecehkan ku." ucapku sengit.

Kegaduhan yang terjadi mengundang kemacetan lalu lintas.

Aku yang merasa benar tentu saja tidak mau mengalah.

Perdebatan di antara kami tidak terelak kan lagi.

"Hey ada apa ini?" seorang pengendara mobil yang merasa di rugikan ikut naik dan bertanya.

Astaga..! Itu Yudis. Pria itu adalah Yudis.

Aku tidak mau mereka mengetahui keberadaan ku saat ini.

"Baiklah, aku minta maaf .." ucap ku berlalu sambil menyeret tangan Wisnu dan keluar dari pintu lain.

Semua orang heran dengan tingkahku.

Jelas-jelas barusan aku ngotot tapi tiba-tiba mengalah dan pergi.

Yudis berusaha melihat kearah kami.

"Ayo cepetan..!" aku menyeret langkah Wisnu memasuki sebuah gang kecil.

Aku berharap Yudis tidak sempat mengenali kami.

Tapi naas bagi kami.Yudis dan dua orang temannya sedang menghadang di depan kami.

"Aku pikir, mataku yang bermasalah.. Tapi ternyata memang kalian.."

Aku terkesiap. Tempat ini sangat sepi. Bagaimana kami akan menyelamatkan diri?

Wisnu menggigil ketakutan di belakangku.

"Apa kabar kakak ku tersayang..." Yudis menyentuh dagu Wisnu. Aku menepis tangannya dengan kasar.

"Lihatlah, istrimu marah Nu." ucapnya tertawa lebar.

"Jangan sentuh Wisnu dengan tangan kotor mu." sentak ku dengan marah.

"Kau masih saja sombong setelah apa yang terjadi." Yudis berusaha menyentuh wajahku.

Aku marah dan langsung menamparnya.

Tak di sangka, Yudis menjambak rambutku. "Saat itu kau boleh lepas, tapi jangan harap kesempatan kedua akan datang lagi." dia menghentak rambutku dengan keras. Aku menjerit kesakitan, sedang Wisnu ketakutan melihat kejadian di depannya.

Mereka menggiringku kedalam sebuah rumah kosong.

Yudis kembali menyeret ku seperti hewan. Dia menarik rambutku berulang kali.

"Bukankah kau belum pernah di sentuh oleh suami mu yang idiot ini? sekarang aku bantu menyelesaikan masalah mu." ucap Yudis menyeringai.

"Hadapkan kesini pria bodoh itu, biar dia tau caranya menjadi suami yang sebenarnya."

Aku menjerit tertahan, Yudis mau mengambil sesuatu yang sangat ku jaga selama ini.

Aku memejamkan mata karena tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi.

Yudis sudah merobek baju atasku.

Matanya terlihat menyala menahan nafsu.

"Pria idiot..! Lihat baik-baik, aku akan mengajarimu menjadi seorang pria sejati."

Wisnu meronta dalam pegangan kedua teman Yudis.

Yudis sudah membuka kaos yang di pakainya. Saat dia mulai menjamah ku. Terdengar teriakan dari temannya.

Aku melihat dua orang yang memegang Wisnu sudah terpental sambil mengerang kesakitan.

Wisnu berdiri dengan gagahnya. giginya gemeretak menahan amarah.

Belum sempat menyadari apa yang terjadi, Wisnu sudah mengangkat tubuh Yudis dengan sebelah tangannya. Entah kekuatan dari mana hingga Wisnu dapat melakukannya.

Dengan sorot mata penuh kebencian dia membanting tubuh Yudis dengan keras.

Wisnu langsung mendekati ku. Dia memelukku dengan erat.

Sat itu, tanpa kami sadari. Yudis memukul tengkuk Wisnu dari belakang.

aku memekik tertahan.

Wisnu langsung jatuh pingsan.

Sedangkan Yudis melarikan diri bersama kedua temannya.

Aku mengguncang tubuhnya dengan panik.

"Nu, ayo bangun..!"

Tidak ku sangka, hari ini, suami yang ku anggap idiot dan lemah itu sudah menyelamatkan kehormatan ku.

Cukup lama aku berusaha membangunkannya, hingga akhirnya Wisnu bergerak.

"Nu, kau sudah sadar?" aku merasa lega.

"Nara, tidak apa-apa..?" ucapnya sambil memeriksa diriku.

"Terimakasih, Nu. Kau sudah menolongku."

Wisnu mengangguk.

Tapi tiba-tiba dia memegangi tengkuknya dan mengerang kesakitan.

"Nu..!" dia ambruk kelantai.

"Biar aku periksa. Tengkukmu pasti terluka."

Kepala Wisnu terbaring di pangkuanku.

Aku melihat ada luka memar di kepala bagian belakangnya.

"Masih sakit?" tanyaku merasa cemas.

Wisnu Malah meraih tanganku dan mengecupnya.

"Kau tidak usah khawatir... Selama kau bersamaku, aku akan baik-baik saja." aku terpana. Suara dan gestur tubuh Wisnu sangat berubah. Tuhan benarkah yang terjadi ini?

Terpopuler

Comments

Mey Ambarita

Mey Ambarita

ceritanya jelek

2024-04-29

0

Nunung

Nunung

Alhamdulilah akhirnya Wisnu bisa jadi normal ya Thor uuhgg aku bahagia banget Thor akhir.....rasain kamu Yudis hadapi Nunu yang sekarang oke makasih Thor see you ❤️❤️❤️ semangat 💪💪 untuk up nya aku selalu mendukungmu.

2023-11-07

2

Nunung

Nunung

Alhamdulilah akhirnya Wisnu bisa jadi normal ya Thor uuhgg aku bahagia banget Thor akhir.....rasain kamu Yudis hadapi Nunu yang sekarang oke makasih Thor see you ❤️❤️❤️ semangat 💪💪 untuk up nya aku selalu mendukungmu.

2023-11-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!