CEO Kulkas Itu Suamiku
"Sarapan dulu, Nak," panggil Ibu Clara ketika melihat sang anak sedang tergesa-gesa memakai sepatunya.
"Aku sedang buru-buru, Ibu. Izinkan hari ini tidak sarapan, ya?" tanya Clara sambil merayu sang Ibu.
"Duduk sekarang, Clara! Ayah tidak akan mengizinkan kamu pergi, jika kamu tidak mau sarapan dulu," perintah sang ayah dengan nada yang tegas di setiap kata-katanya.
Suasana pagi seperti itu, sudah menjadi hal biasa bagi keluarga Clara. Orang tuanya selalu merasa khawatir, jika dia melewatkan atau lupa dengan jam makannya.
Masih membekas di ingatan orang tua Clara, tentang kejadian satu tahun yang lalu. Sang putri terbaring lemah di ranjang rumah sakit, karena asam lambungnya yang naik. Menyisakan trauma yang begitu mendalam pada pasangan suami istri itu.
Clara Kharisma. Seorang gadis cantik berpenampilan sederhana, tetapi mempunyai senyuman yang membuat siapa saja terpesona. Putri dari bapak Arya Wardana dan ibu Rena Yulia. Mempunyai adik cowok bernama Sean Wardana.
*
*
Hari ini adalah hari pertamanya dia terjun ke lapangan kerja. Setelah dinyatakan lulus dengan nilai IPK yang memuaskan dan sebagai lulusan terbaik dari Universitas nya. Dia bertekad ingin bekerja di perusahaan yang bonafide. Demi kesejahteraan hidupnya, sekaligus mewujudkan cita-cita orang tuanya.
Satu hal yang dia lupakan. Bahwa mencari pekerjaan di zaman sekarang tidaklah mudah. Modal ijazah sarjana saja tidak cukup. Perlu orang dalam dan pengalaman kerja. Jangan lupakan, skill tetap nomor satu.
"Ayo, Kupi! Kita berangkat mencari sumber cuan." Tangannya menepuk pelan spidometer motor Scoopy kesayangannya dan melesat pergi meninggalkan rumah.
Sepanjang perjalanan, hatinya merasa bahagia, karena dia akan melamar pekerjaan bersama Dion-Kekasihnya. Seorang lelaki tampan dan manis yang sudah menjadi pujaan hatinya sejak memasuki bangku kuliah.
Dia berharap bisa bekerja dalam satu perusahaan dengan sang kekasih. Supaya bisa saling bertemu saat ingin melepas rindu.
Sebelum sampai di depan rumah Dion. Clara mendadak berhenti. Dia melihat sang sahabat dan kekasihnya sedang berciuman mesra di bawah pohon mangga depan rumah Dion.
Seolah-olah mereka berdua adalah sepasang kekasih yang sedang melepas rindu dan memadu kasih.
"Sialan, dasar dua manusia beracun!" umpatnya dengan raut wajah yang memandang jijik ke arah mereka berdua.
Tanpa berbasa-basi. Clara melajukan motornya dengan kencang menuju arah mereka berdua. Menekan klakson berkali-kali dan sengaja ingin menabrak dua manusia sampah itu.
"Hey, manusia brengsek gak tau diri!" umpat Clara penuh emosi.
Napasnya memburu. "Benar-benar menjijikkan ya, kalian berdua. Berbuat mesum di depan rumah. Gak mampu sewa hotel?" ejek Clara saat sampai di depan mereka berdua.
"Clara," sahut mereka berdua secara bersamaan, dengan wajah yang terlihat kaget.
"Clara, please. Dengarkan penjelasan aku dulu, ya," pinta Dion dengan wajah paniknya.
“Pasti kamu terkejut. Iya ‘kan, Clara?" kekeh Vira sambil tersenyum penuh kemenangan ke arah Clara.
"Kita sudah berpacaran di belakangmu sejak satu tahun yang lalu. Apa kamu sama sekali tidak merasa curiga selama ini, ha?" tanya Vira dengan nada merendahkan.
Mereka berdebat cukup lama. Beruntungnya, suasana sekitar dalam keadaan sepi. Sehingga, tidak ada orang yang melihat kejadian itu.
Tidak ingin berlama-lama bersama Dion dan Vira. Clara memutuskan untuk segera menyelesaikan masalah mereka.
Putus adalah jalan terbaik untuk hubungan yang toxic itu. Sebelum pergi meninggalkan mereka berdua. Dia belum merasa puas jika belum memberikan hadiah. Clara memberikan sebuah kenang-kenangan yang berkesan.
"Duk … rasakan itu, Brengsek!" Clara menendang barang keramat Dion sebagai cenderamata.
Dion meringis menahan rasa sakit sambil memegang aset berharganya. Clara juga melayangkan tamparan keras ke pipi mulus mantan sahabatnya.
Setelah membalaskan rasa sakit hatinya. Clara pergi meninggalkan rumah Dion yang telah memberikan kenangan buruk serta luka pengkhianatan di dalam hidupnya.
*
*
Clara berhenti di sebuah taman dekat alun-alun kota Jakarta. Duduk termenung di salah satu bangku taman.
Lelehan air mata tidak dapat ditahannya. Bohong, jika Clara tidak merasakan sakit di hatinya. Banyak kenangan yang sudah dia lewati bersama mantan sahabat dan mantan kekasihnya.
Tidak semudah itu melupakan. Ikhlas membutuhkan waktu. Dan entah kapan waktu itu akan tiba.
"Clara, semangat!" teriak Clara dengan mengangkat kedua tangannya ke udara.
"Ya Allah, mau nikah aja deh rasanya biar ada yang menghidupi. Gak apa-apa deh kalau dapatnya om-om, yang penting ganteng dan kaya raya!” teriak Clara dengan suara keras tanpa mempedulikan pengunjung taman yang meliriknya aneh.
"Kenapa sih, si Ubur-ubur itu malah selingkuh. Apa kurang nya aku coba? Mana sama sahabat aku sendiri lagi," lirih Clara meratapi nasibnya.
Tanpa disadari, sepasang mata sedang memandang Clara dengan menahan tawa. Dia merasa senang dan terhibur dengan tingkah absurd Clara.
"Sosok gadis yang unik. Cantik, sederhana, lucu dan bertingkah apa adanya," guman kakek Ridwan dengan tersenyum bahagia.
Kakek Ridwan berjalan menghampiri Clara. Kemudian, duduk di sebelahnya. Clara terkejut dan melebarkan kedua bola matanya.
'Ya Allah, aku tadi, 'kan mintanya om-om. Kenapa yang datang malah kakek-kakek? Walaupun masih tampan dan gagah. Aku tidak mau. Siapapun, tolong aku,' batin Clara.
"Kenapa? Kamu kecewa yang datang bukan om-om?" kekeh kakek Ridwan sambil menahan tawanya.
"Kakek kaya, lho. Masih tampan dan segar bugar juga. Mau menikah dengan kakek?" kata kakek Ridwan menggoda Clara.
"Ha … ha … ha," Clara tertawa garing sambil menggaruk hidungnya.
"Maaf, Kek. Saya carinya yang om-om," ucap Clara dengan menampilkan sederet gigi putihnya.
“Benarkah? Kebetulan banget dong. Kalau begitu, menikah saja sama cucu kakek. Namanya Regan. Umurnya sekitar 30 tahunan dan masih jaka tulen. Pekerjaannya sebagai pengusaha. Kamu mau?," tawar kakek Ridwan mempromosikan cucunya.
Clara mengibaskan tangan kanannya. “Saya cuma bercanda loh, Kek.”
Kakek Ridwan hanya tertawa ringan. “Oh iya, nama kakek-Ridwan. Nama kamu siapa, Nak?" tanya sang kakek.
“Saya Clara, Kek," jawab Clara dengan tersenyum manis. Melupakan kesedihan yang sedang dialaminya.
Clara merasa nyaman berbincang dengan kakek Ridwan. Dia mencurahkan segala isi hatinya kepada sang kakek. Seperti orang yang sudah lama mengenal.
Sang kakek juga menceritakan tentang siapa dirinya dan apa yang dilakukannya di taman sendirian. Tidak lain adalah mencarikan jodoh untuk sang cucu yang betah melajang. Siapa tahu ada yang berminat.
Akhirnya, obrolan itu berakhir. Mereka saling bertukar nomor kontak. Kakek Ridwan akan terus membujuk Clara agar mau menikah dengan cucunya.
Setelah kakek Ridwan pergi. Clara masih duduk mematung di taman. Dia masih mencerna kejadian yang baru dialaminya. Apakah ini mimpi atau kenyataan.
Ternyata, keluh kesahnya kepada Allah, dikabulkan saat itu juga. Bukannya merasa bahagia, dia terlihat panik dan gugup.
'Bagaimana bisa, aku baru saja berdoa dan Allah langsung menunjukkan solusinya?’ batin Clara.
"Ish … gimana kalau kakek tadi beneran serius?" ringis Clara dengan kedua tangan yang bergerak liar mengacak-acak rambut panjangnya.
"Bisa-bisa digoreng ibu, kalau pulang-pulang bukannya membawa kabar diterima kerja malah membawa kabar mau ditawari jadi istrinya om-om," gerutu Clara dengan menggigit kukunya.
"Gak taulah, coba dulu aja kali ya, semoga saja om nya ganteng dan seperti hot daddy. Bisa bahagia lahir dan batin nanti setelah menikah," racau Clara dengan melompat-lompat kecil meninggalkan area taman.
*
*
Setelah sampai di rumah. Clara bergegas membersihkan diri. Dia mengumpulkan keberaniannya untuk bercerita tentang kejadian yang dialaminya di taman kota tadi.
Ketika malam sudah menjelang. Keluarga sederhana dan penuh kehangatan itu, selalu meluangkan waktu untuk bercengkrama membahas topik apa saja.
'Ini kesempatanku,' batin Clara.
"Ayah, Ibu. Tadi sewaktu di taman. Aku ditawari untuk menikah dengan om-om, lho,” ucap Clara dengan melirik ayah dan ibunya.
"Om-om berperut buncit?" tanya Sean dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Gak tau orangnya kaya apa. Orang yang menawari kakeknya,” jawab Clara.
"Berarti, kamu belum tahu orangnya, Nak?" tanya sang ayah dengan wajah tak percayanya.
"Tidaklah, Ayah. Dengar namanya saja baru hari ini." Senyum Clara dengan wajah tanpa dosanya.
Ketiga anggota keluarganya tercengang saat mendengar jawaban Clara. “Yasudah, tolak saja. Lebih baik kamu fokus cari kerja saja.” Saran Ayah Clara sembari mengelus puncak kepala putrinya.
Meskipun dia mendengarkan saran ayahnya. Clara juga penasaran dengan wajah pria dewasa yang ingin dijodohkan dengannya. Kakeknya saja masih tampan di usia tuanya. Pastilah, cucunya yang usianya matang itu tambah ganteng dan menggoda.
Satu hal yang dirahasiakan Clara dari keluarganya. Mereka sama sekali tidak mengetahui tentang kehidupan asmaranya, karena, selama berpacaran dengan Dion. Clara benar-benar menyembunyikan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Linechoco
Jangan biarkan kami terlalu lama menunggu next chapter 🥺
2023-09-06
0