Dalam jangka tiga bulan, Clara memanfaatkan dengan baik waktunya untuk lebih mengenal Regan, berbeda dengan Regan, dia masih tetap cuek dan dingin seperti biasanya.
Ada rasa kecewa di hati Clara. Seolah, hanya dia yang antusias dengan pernikahan ini. Ya, memang begitulah kenyataannya. Bahkan Regan sudah menegaskan hal itu di awal pertemuan.
Tidak mudah. Itulah bayangan Clara tentang keadaan pernikahan mereka ke depannya.
Lagipula, dia tidak bisa mundur. Cinta pada pandangan pertama. Itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan situasinya sekarang. Ketika hati sudah memilih dia orangnya.Pantang baginya untuk mundur memperjuangkan cinta itu.
*
*
Hari ini, Clara berkunjung ke mansion milik kakek Ridwan, karena, desakan calon mama mertuanya yang selalu memintanya untuk datang.
Ini adalah pertemuan pertama mereka, karena, biasanya hanya berkomunikasi lewat handphone saja.
Perjalanan kali ini, dia tidak mengendarai motor kesayangannya si Kupi, melainkan, memesan taksi online atas saran ibunda ratu.
Membawa dua kotak kue berukuran sedang, berisi brownies buatannya sendiri. Dia selalu diajarkan sang ibu untuk tidak hanya membawa tangan kosong saat ingin berkunjung ke rumah seseorang.
Didikan ibunya yang tegas soal adab yang diterimanya sejak kecil, sudah melekat di diri Clara, meskipun terkadang ada sikap bar-barnya yang muncul tiba-tiba, tetapi, saat berada di luar, Clara akan tetap berusaha mempertahankan sikap sopan santunnya.
Taksi yang mengantarkannya sudah berhenti di halaman mansion.
Clara turun dan matanya seketika berbinar saat melihat pemandangan di depannya.
Bangunan yang begitu megah dengan halaman yang luas membuat mulutnya sulit untuk menutup. Ini adalah pertama kalinya dia berkunjung ke tempat yang luar biasa mewah seperti ini. Dulu momen seperti ini tidak pernah terlintas di pikirannya.
Wajar saja, karena, Clara memang berasal dari kalangan kelas menengah. Ayahnya hanya karyawan biasa di sebuah perusahaan dan ibunya seorang guru seni di sekolah swasta yang tergolong favorit di daerahnya.
Bangunan modelan seperti ini, hanya pernah dia lihat di google dan di drama-drama yang pernah dia tonton.
Kaki kecilnya melangkah mendekat ke arah pintu utama mansion. Jari mungilnya menekan bel yang ada di sebelah kanan pintu.
Terlihat wanita paruh baya berseragam pelayan membukakan pintu mansion dan mempersilahkan dia untuk menunggu di ruang tamu.
Lagi-lagi dia tercengang dengan keindahan dekorasi di dalam mansion. Clara merasa insecure dengan calon suaminya. Dia tahu kalau Regan itu cucu orang kaya. Hanya saja, dia tidak menyangka kalau dia sekaya ini.
'Pantas aja kelakuannya mirip dedemit. Lha, dari orok udah disiapkan harta warisan yang diibaratkan nenek moyang hidup lagi tidak akan habis-habis,' batin Clara.
"Halo, Sayang. Udah lama datangnya? Maaf, tadi mama lagi buat kue di dapur," tanya mama Regan yang bernama Moa.
"Belum lama, kok, Aunty. Oh iya, Aunty apa kabar?" tanya Clara
"Baik, Sayang. Kalau kamu apa kabar? Jangan panggil aunty, dong! Panggil mama aja, seperti Regan," jawab Moa sambil memegang kedua tangan Clara.
"Baik, Aunty. E- eh, Ma?" jawab Clara dengan ragu-ragu.
"Aduh, sampai lupa. Aku bawain mama brownies, ini buatan tangan aku sendiri, lho! Dicoba ya, semoga mama suka," ucap Clara dengan nada yang antusias sambil menyerahkan dua kotak kue yang dibawanya.
"Terima kasih, Sayang. Wah, dari tampilannya aja udah keliatan enak. Pasti rasanya sangat lezat saat dimakan nanti." Tangan Mama Moa bergerak membuka salah satu kotak kue yang diberikan Clara.
Setelah mengobrol santai, Moa mengajak Clara untuk berkeliling mansion, sambil menanti jam makan siang. Berhubung hari ini hari Minggu, semua anggota keluarga sedang berada di rumah, karena, sedang libur bekerja.
Mansion yang begitu luas, membuat kaki Clara terasa pegal, setelah selesai room tour.
Menjelang jam makan siang, mama Moa minta tolong pada Clara untuk memanggil Regan di kamarnya. Sebenarnya, ini kesempatan yang bagus untuk lebih dekat dengan Regan, tetapi, haruskah dia lancang masuk kamar laki-laki itu?
Dia ingin sekali menolak permintaan mama Regan. Lagi-lagi desakan mama Moa tidak bisa ditolaknya.
Dengan hati yang setengah tidak ikhlas. Clara berjalan menaiki tangga sesuai arahan mama Moa menuju kamar Regan.
Sudah beberapa kali tangannya mengetuk pintu bercat abu-abu itu, namun pintunya tidak kunjung terbuka, dengan sedikit lancang, Clara berusaha membuka sendiri pintu itu yang untungnya tidak dikunci.
Manly, itulah kesan pertama Clara saat memasuki kamar Regan. Dia melihat ke arah ranjang dan tidak menemukan Regan ada di sana. Pikirannya bertanya-tanya, kemana manusia kulkas itu pergi.
Pandangannya mengarah ke pintu balkon kamar yang terbuka. Kakinya melangkah mendekati balkon, seketika itu, matanya menemukan laki-laki yang dia cari sedang tidur selonjoran di kursi.
Tampan, kata itu terucap begitu saja dari bibir mungil Clara. Siapa pun yang melihatnya pasti akan mengatakan kata itu. Wajah yang begitu sempurna dengan garis rahang yang tegas, alis yang tebal, kulit putih dan yang paling menggoda adalah bibir merah nya.
Jangan lupakan bentuk tubuhnya yang bak model profesional. Menyempurnakan ketampanan yang dimilikinya.
Hanya satu yang membuatnya terheran. Apa sifat dinginnya juga bawaan lahir?
Tanpa ragu, tangannya memegang lengan keras dan berotot milik Regan. Menggoyangnya secara perlahan, dengan suara merdu memanggil nama calon suaminya itu, tetapi yang di bangunkannya tidak ada tanda-tanda membuka mata.
"Ish, ini orang lagi tidur, apa pingsan, sih? Udah di bangunin, tapi masih tetap merem aja itu mata," gerutu Clara dengan raut wajah yang mulai kesal.
Kejahilan Clara muncul. Dia mengambil bunga ilalang kering di vas yang terletak di atas meja. Lalu, menggesekan bunga itu ke hidung Regan. Akhirnya Regan terbangun dengan bersin-bersin.
Clara berusaha menahan tawanya, tetapi, sungguh sulit sekali, dengan wajah yang sudah memerah, menggelegar sudah tawa Clara.
Tanpa disadari. Sepasang mata elang yang tajam sedang menatapnya. Mirip seperti predator yang akan memangsa buruannya.
"Diam!" kata Regan dengan intonasi rendah dan menusuk. Tatapan tajamnya tidak lepas menatap ke arah Clara.
Tenggorokan Clara seperti tercekat. Ludahnya terasa sulit untuk ditelan. Tatapan orang di depannya seakan bisa membunuhnya saat ini juga.
"Maaf, mama Moa memintaku untuk memanggilmu. Eh, kamu nya masih asyik tidur. Aku bangunin dengan cara halus gak bangun-bangun. Yaudah, aku bangunin pakai cara jail. Terbukti, 'kan? Sekarang kamu bangun. Ayo, turun!" cerocos Clara tanpa jeda dan melangkah pergi begitu saja meninggalkan Regan.
"Dasar, Gadis gila!" umpat Regan dengan raut wajah kesal. Baru kali ini dia menemukan spesies orang aneh modelan begitu.
Regan berdiri dan bergegas masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Setelah itu, dia turun untuk makan siang bersama keluarganya.
Langkah kakinya berhenti di ujung tangga terakhir. Suara canda dan tawa terdengar di indera pendengarannya. Ada perasaan hangat di hatinya, ketika mendengar suara berisik itu.
Rasa penasarannya yang membuncah, membawa langkah kakinya segera menuju ruang makan.
Pemandangan yang ada di depannya membuat sisi beku di hatinya sedikit mencair.
"Inilah pemandangan yang kuimpikan," gumam Regan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments