Perdebatan yang tidak berguna di antara mereka harus terhenti, segerombolan teman-teman Regan mulai naik ke atas panggung pelaminan.
Devano berjalan di depan sebagai pemimpin dan menyapa kedua pengantin baru.
"Bro, selamat ya, sudah sold out duluan aja. Padahal yang paling anti cewek itu lo, 'kan?"
Tangannya bergerak memeluk Regan dengan pelukan hangat persahabatan.
"Eh, jangan lupa ya, cetak generasi penerus bangsannya segera, udah gak sabar mau nimang keponakan nih, gue," lanjut Regan dengan tertawa gembira.
"Van, lo bisa cepetan gak sih! Antrian masih panjang di belakang," seru Yohanes teman seangkatan Regan dan Devano saat kuliah.
"Ya elah, sabar dulu dong, Bro. Ini lagi ngasih petuah buat Regan biar gak salah jalan," jawab Devano dengan tengil.
"Justru kalau Regan percaya sama perkataan jomblo ngenes kaya lo, dia tambah tersesat. Cepetan jalan!" perintah Yohanes dengan memutar kedua bola matanya malas.
"Ck, sesama jomblo gak usah saling ribut!" decak Regan jengah, melihat perdebatan kedua temannya itu.
Mereka bersalaman bergantian untuk memberikan ucapan atas pernikahan Clara dan Regan yang di gelar sangat meriah dan mewah.
Tiba-tiba ada satu wanita yang berbaris di urutan paling belakang dengan lancangnya mencium kedua pipi Regan.
Clara kesal dan tak suka dengan perbuatan lancang Fanny yang mencium pipi kanan dan pipi kiri Regan di depan matanya. Seakan dia tidak menghargai dirinya sebagai istri Regan.
'Kenapa harus memberi salam dan selamat seperti itu, sih! Ini bukan di Perancis, tapi, Indonesia. Pantaskah dia memberi salam seperti itu ke suami orang. Ingin rasanya aku jambak rambut lintah betina itu, agar tidak menempel ke suamiku,' batin Clara.
Clara berusaha mengendalikan emosi dan rasa kesalnya yang sudah sampai ubun-ubun. Dia tidak ingin ada keributan di pesta pernikahannya.
Mata Regan terbelalak, karena, terkejut. Gerakan cepat wanita itu membuatnya tidak dapat menghindar.
"Kau! Beraninya melakukan itu!" geram Regan dengan mendorong kasar wanita itu.
Fanny yang mendapat penolakan dari Regan hanya tersenyum manis. Dia tidak merasa sakit hati. Setidaknya, sudah bisa mencium pipi Regan adalah suatu keberuntungan. Baginya, selalu berdekatan dengan sang pujaan hati sudah membuatnya bahagia.
Fanny menyukai Regan sejak masa kuliah. Namun sayangnya, dia tidak mendapat balasan dari sang pujaan hati, karena, waktu itu Regan sudah memiliki kekasih.
"Tenanglah, Regan. Bukannya ini hal biasa? Jangan terlalu sensitif begitu. Kamu tidak keberatan, 'kan?"
Matanya melihat ke arah Clara dengan senyuman manis tersirat sebuah kesombongan. Dia merasa di atas awan ketika melakukan hal itu.
Senyuman manis terukir indah di bibir Clara. Menghadapi lintah betina seperti Fanny ini harus dengan cara santai, tetapi, tepat menghujam ke sasaran.
"Chagi, boleh aku mencium bibir sexymu?" bisik Clara dengan nada yang menggoda sehingga terdengar sexy.
"Tubuhku milikmu, lakukan apa yang kamu mau," sahut Regan dengan wajah menahan gejolak panas yang membara.
Sebuah bibir merah cherry mendarat di bibir sexy Regan. Itu hanya, sebuah kecupan dan saling menempel antara dua benda lunak. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Regan mulai ******* lembut bibir sang istri.
Ciuman itu berlangsung cukup lama. Membuat setiap mata tamu undangan yang melihatnya merasa iri dengan tontonan romantis dari kedua mempelai pengantin.
Suara sorakan terdengar dari sekumpulan teman-teman Regan. Membuat kedua ratu dan raja yang ada di singgasana melepaskan tautan mereka.
Semburat merah terlihat di kedua pipi Clara. Untung saja, polesan blush on dapat menyamarkan efek saltingnya saat ini.
Fanny menghentakkan kedua kakinya. Tatapan tajamnya dia hujamkan ke kedua mata Clara. Aura permusuhan terpancar dari kedua matanya.
"Kau! Akan menerima balasannya. He is mine." Fanny berjalan pergi meninggalkan kedua pengantin baru itu.
"Kamu yang memulainya. Jadi, harus menyelesaikannya hingga akhir, Sweetheart."
Cup
Bibir sexy itu mendarat mulus di pipi sang istri.
"Bantu aku untuk mencintaimu."
Mata Regan memandang dalam kedua bola mata Clara yang meneduhkan. Rasa nyaman dan tenang dapat dia rasakan. Setelah kejadian yang dialami kala itu, baru kali ini dia merasakan sebuah kenyamanan dalam hidupnya. Seolah kejadian kelam itu, menyeretnya dalam kubangan kegelapan.
"Hmm, tapi, jangan pernah mengkhianati kepercayaan dan cintaku. Aku berjanji akan selalu di sisimu," kata Clara dengan tegas, tetapi, masih dengan intonasi nada yang pelan dan terdengar halus.
"Promise."
Hidung mancung Regan menggesek pipi Clara dengan gemas.
"Woy! Kalau mau bermesraan langsung gas ke kamar aja lah. Jangan di sini. Gak kasian lihat para jomblo pada ileran?" teriak Devano dengan wajah tengilnya menggoda Regan dan Clara.
"Oke gas … oke gas," sahut Yohanes menimpali gurauan Devano.
Tanpa menghiraukan godaan teman-temannya, Regan menatap sang istri.
"Mau langsung praktek?" tanya Regan tersenyum mesum. Kedua alisnya naik turun menggoda sang istri.
"Ish, mesum!"
Kedua bibir Clara mengerucut sebal mendengar godaan suaminya.
"Kecebongnya mau belajar renang, Sweetheart."
Cup
Cup
Cup
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments