Sudah dua minggu lamanya Clara dan Regan menginap di mansion kakek Ridwan. Tibalah hari ini mereka akan pindah tempat tinggal. Rencananya, mereka akan menempati apartemen Regan yang letaknya dekat dengan perusahaan.
Setelah berunding, Regan dan Clara memutuskan, sementara waktu ini, mereka ingin menghabiskan masa pacaran halalnya di apartemen saja dulu. Baru setelah itu, ketika sudah mempunyai buntut yang harus dihidupi, mereka akan mencari tempat tinggal yang jauh lebih besar.
Regan juga memberikan izin ke istrinya untuk belajar bisnis di butik mamanya. Melihat pengalaman Clara selama menempuh pendidikan di kampus, meyakinkan Regan bahwa istrinya suatu saat bisa sukses sebagai desainer terkenal nantinya. Itu merupakan suatu kebanggaan bagi dirinya.
"Jangan bawa apapun, semua kebutuhan kita sudah tersedia di apartemen," kata Regan dengan tangan yang melingkar cantik di leher sang istri.
"Aku hanya membawa skincare dan makeup saja, sayang sekali kalau tidak dipakai sampai habis," jawab Clara dengan menggerakkan tangannya berusaha melepaskan belitan tangan suaminya.
Bukannya melepaskan tangannya, Regan semakin menggoda istrinya dengan mencium kedua pipi gembul Clara.
Clara menghela nafasnya dengan kasar. Semenjak mereka melakukan kewajiban suami istri di atas ranjang. Perilaku dan sifat suaminya berubah tiga ratus delapan puluh derajat, yang awalnya dingin dan cuek terhadapnya, sekarang menjadi suka menempel, mesum dan suka menggodanya.
Bahkan sekarang, suami mesumnya itu sudah menunjukkan bibit-bibit posesif nya.
"Sweetheart, aku mau kamu memanggilku mas saja, ya. Jangan chegi-chegi, telingaku sedikit geli saat mendengarnya," rengek Regan sambil mengecup kepala Clara dengan bertubi-tubi.
Semburan tawa terdengar merdu di telinga Regan. Dia memandangi sang istri dari cermin yang ada di depannya. Sungguh cantik sekali istri mungilnya ini ketika tertawa.
"Chagiya itu artinya sayang. Masa gak mau dipanggil sayang?"
Clara membalikkan badannya. Sekarang posisinya berhadapan dengan sang suami. Regan dengan posisi berdiri, sedangkan dirinya duduk di kursi meja rias.
Mata mereka saling berpandangan. Tatapan mata keduanya saling menyelami untuk mencari sesuatu yang tersembunyi, karena, ada yang pernah mengatakan bahwa mata seseorang tidak pernah berbohong. Berbeda halnya dengan lidah yang tidak bertulang yang mudah sekali berbohong dan memutar balikkan suatu kebenaran.
"Aku mau, Sweetheart, tapi, lebih ingin lagi kalau dipanggil mas. Lebih syahdu aja saat masuk ke telinga mas," terang Regan.
"Mas Regan yang tampan, bikin aku tambah cinta, deh. Lope-lope sekebun suami," goda Clara dengan menampilkan senyum termanisnya.
"Jangan menggoda mas sekarang, nanti gak bisa berhenti. Ayo kita berangkat sekarang aja dan lanjutkan pertempuran di apartemen."
Regan memelas dengan wajah memerah menahan hasrat.
Mereka keluar dari kamar dan berpamitan dengan keluarga Regan.
*
*
"Masya Allah, bagus banget, Mas apartemennya. InsyaAllah aku bakalan betah tinggal di sini."
Mata Clara berbinar dengan penuh kekaguman. Mulut kecilnya tidak merasakan lelah mengatakan kata-kata pujian.
Regan hanya menggelengkan kepalanya saat melihat kelakuan istri mungilnya itu.
Ketika kakinya sampai di kamar mereka berdua. Clara dibuat bingung saat matanya melihat sebuah kursi aneh yang ada di kamarnya.
"Loh, itu kursi apa, Mas? Kok bentuknya aneh begitu? Perasaan jarang aku melihat kursi begituan di rumah orang."
Clara mendekati kursi unik itu dengan memegang dagunya. Sedangkan otak kecilnya berusaha mencari jawaban.
"Kursi itu hadiah dari Devano. Sengaja aku memintanya untuk mengirimkan ke apartemen saja. Bisa bahaya kalau orang di mansion tahu fungsi dari kursi itu," jelas Regan.
"Emangnya, kursi itu buat apa, Mas? Semua kursi, 'kan kegunaannya sama, yaitu untuk duduk," tanya Clara.
Dia mendudukkan dirinya di kursi berbentuk unik itu.
"Kamu cocok sekali duduk di kursi itu. Ayo kita langsung praktek aja sekalian," ajak Regan.
Regan berdiri dan berjalan menghampiri sang istri.
"Praktek apa?"
Wajahnya semakin penasaran ketika Regan duduk di sampingnya dan mengangkat tubuhnya sehingga berpindah di atas pangkuan sang suami.
"Ini namanya sofa Tantra, Sweetheart dan gunanya untuk berkembang biak. Hanya orang bertenaga ekstra saja yang sering menggunakannya," kekeh Regan.
"Ha?
'Mampus, itu ku 'kan masih sakit. Misalkan mas suami mau lagi. Remuk sudah badan ini. Aku harus cari cara buat kabur sekarang,' batin Clara.
" Mas, coba lihat itu."
Jari telunjuknya mengarah ke jendela balkon yang gordennya sudah terbuka. Ketika suaminya menolehkan kepala untuk melihat, dengan segera Clara melompat turun dan berlari menuju pintu.
"Hey, jangan kabur!" teriak Regan.
"Aaa! Aku capek, Mas."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments