Regan menarik sang istri dan membaringkannya di atas kasur king size nya.
"Mari kita mulai menjalani pernikahan dengan semestinya. Pertama-tama aku akan membuka hidangan yang kamu suguhkan. Aku berjanji akan bermain lembut, Sweetheart," rayu Regan.
Cup
Kecupan lembut mendarat di keningnya, dilanjutkan dengan kecupan-kecupan ringan yang memenuhi wajah putih Clara.
Jantung Clara memompa dengan kekuatan yang tak seperti orang normal pada umumnya. Bergemuruh bagaikan petir yang menggelegar. Suhu tubuhnya meningkat seperti ada sengatan listrik yang mengalir di aliran darahnya.
Suhu AC yang ada di kamar Regan mendadak panas. Bukan, karena, rusak atau yang lainnya. Keintiman dirinya dan Regan lah yang membuatnya menjadi begitu panas.
Clara bukan gadis yang terlampau polos. Dia jelas mengetahui adegan apa yang akan dilakukan dirinya dan suaminya.
'Bismillah, menyenangkan hati suami dapat pahala berlipat-lipat,' batin Clara menguatkan dirinya yang hampir saja kehilangan kesadarannya. Ini, sungguh pengalaman pertamanya yang membuat dia hampir gila, bahkan hanya untuk memikirkannya saja.
Perlahan, tapi pasti. Regan memuaskan dan menuntaskan hasrat dirinya dan sang istri dengan santai. Bagaimanapun ini merupakan penyatuan pertama bagi mereka.
Peluh mulai membasahi keduanya, karena olahraga malam mereka. Akhirnya, puncak kepuasan berhasil mereka dapatkan.
"Terima kasih, Sweetheart. Sudah mengizinkan aku menjadi yang pertama mendapatkan harta karun berharga yang telah kamu jaga," kata Regan.
Dia melabuhkan satu kecupan penutup di bibir Clara, kemudian membaringkan tubuhnya di samping sang istri dengan tangan yang melingkar indah di pinggang Clara.
Tubuh yang masih sama-sama polos berada dalam satu selimut yang sama. Mereka bersamaan memejamkan kedua matanya untuk kembali mengisi tenaga dengan beristirahat.
*
*
Setelah percintaan panas mereka. Clara terbangun terlebih dahulu dibandingkan Regan. Dia merasakan sedikit nyeri di bagian area sensitifnya. Wajar saja, ini merupakan pengalaman pertamanya.
Clara sedikit mengingat kilasan kejadian semalam yang membuat pipinya bersemu merah. Daripada terus terbawa pikiran. Dia segera bangkit dan berjalan ke kamar mandi walaupun dengan tertatih-tatih.
Tiga puluh menit kemudian dia keluar dari kamar mandi, setelah berendam dengan air hangat dan membersihkan diri.
Clara melihat Regan masih tertidur nyenyak di atas ranjang. Dengan cepat dia berganti pakaian dan mematut dirinya di depan cermin. Kebetulan sekali semua kebutuhannya sudah tersedia di mansion.
Dia memutuskan keluar dari kamar untuk menghirup udara segar sekalian jalan-jalan.
"Halo, Ma. Mama ngapain sendirian di sini?" tanya Clara saat melihat mama Moa duduk sendirian di gazebo taman dekat kolam renang.
"Hai, Sayang. Mama lagi ngerjain beberapa desain buat launching produk baru di butik mama. Mau lihat?"
Mama Moa menggeser laptopnya dan memperlihatkannya kepada sang menantu.
"Wah, bagus banget, Ma desainnya. Oh ya, apa di butik mama ada lowongan pekerjaan? Aku ingin bekerja dulu sebelum nanti hamil, Ma," pinta Clara.
"Hmm, gimana kalau kamu mama ajarin buat mengelola butik. Nanti misalkan mama ada perjalanan bisnis ke luar negeri, tidak perlu khawatir lagi dengan keadaan butik di sini, tapi, kamu harus izin dulu sama Regan. Kalau Regan setuju, besok kita langsung mulai belajar. Gimana?" jawab mama Moa memberikan nasehat dan tawaran brilliant kepada Clara.
"Oke, Ma. Nanti aku minta izin ke Regan. Yasudah, sekarang aku mau lihat mama bekerja."
Clara memperhatikan dan mengamati mertuanya ketika sedang bekerja dengan fokus di depan laptopnya. Tanpa terasa mereka sudah menghabiskan waktu terlalu lama di gazebo yang nyaman itu.
"Kalian sedang apa?"
Regan berjalan mendekat ke arah gazebo di mana istri dan mamanya sedang bersantai.
"Kepo banget kamu, ini urusan wanita. Mending kamu jauh-jauh sana deh, Boy."
Usir mama Moa saat melihat anaknya duduk menempel di dekat sang istri.
"Sensi banget sih, Ma sama anak sendiri. Anak kandung apa anak pungut sih sebenarnya aku ini?"
"Pungut. Kebetulan mama menemukan kamu di bawah kolong jembatan dekat tempat sampah. Puas?" sewot mama Moa mendengar candaan putranya.
"Astaghfirullah."
Regan mengelus lembut dadanya. Lalu menolehkan kepalanya ke arah Clara dan bertanya.
"Apa itu kamu terasa sakit?"
Clara membelakangkan matanya mendengar pertanyaan sang suami. Rasanya dia ingin menenggelamkan dirinya di air kolam saat ini juga. Malu sekali dirinya ketika pertanyaan itu dilontarkan ketika ada mama mertuanya di sini.
"Kamu apakan menantu kesayangan mama, Regan? Awas kalau kamu macam-macam! Mama cincang barang masa depan kamu," ancam mama Moa.
"Lah, gimana sih. Regan gak bisa buat cucu untuk mama lagi dong kalau itu nya habis. Baru aja tadi satu kali celup," jawab Regan dengan perkataan yang semakin vulgar dan absurd.
"Yeay, jadi, cucunya mama udah di proses. Tinggal tunggu hasilnya dong, mama. Ah, senangnya." Moa tersenyum menatap anak dan menantunya. Dia bersyukur, sejak kedatangan Clara, membuat suasana rumahnya menjadi semakin hangat. Hubungan antar keluarganya juga semakin terjalin erat.
"Oke, kalau begitu, kita mau proses cetak lagi ya, Ma."
Regan menggendong sang istri dan membawanya menuju ke kamar mereka.
"Regan …," teriak Clara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments