Regan melonggarkan pelukannya, memberikan jarak antara dirinya dan sang istri. Ditatapnya kedua bola mata indah milik istri cantiknya.
Bongkahan bibir sexy nya bergerak menciptakan serangkaian kalimat yang indah.
"Itu hanyalah masa lalu, Sweetheart. Biarkan itu menjadi sebuah kisah yang mengantarkan aku menjadi pribadi yang lebih dewasa dan tangguh. Semua kenangan indah dan rasa sakit itu akan aku tempatkan di ruang hatiku sebagai pelajaran dalam kehidupanku yang berharga, dan sekarang, rumah dan tujuan hidupku adalah kamu."
Tatapan matanya tidak lepas dari manik indah Clara. Tersirat rasa cinta, ketenangan dan kejujuran dalam tatapannya. Waktu singkat yang menyatukan mereka tidak menjadikan hambatan timbul nya benih-benih cinta di antara keduanya.
Dalam dirinya dia berjanji, akan berusaha menjadi suami yang bertanggungjawab dan selalu menjadi garda terdepan untuk keluarga kecilnya. Berperan sebagai sosok suami dan ayah yang dapat diandalkan sekaligus tempat berlindung.
Mewujudkan semua harapan manisnya pasti tidaklah mudah. Ada kalanya banyak sekali kerikil dan hambatan yang akan menyapanya. Akan tetapi, itu semua tidak bisa menggoyahkan keinginan yang sudah dia tekadkan dalam dirinya. Dia tidak ingin kejadian buruk empat tahun lalu terulang kembali.
“Jika dia kembali, apakah kamu akan meninggalkan aku?” tanya Clara.
“Dia tidak akan pernah kembali, karena dia sudah pergi ke surga menemui Tuhan-Nya.“
“Kalian berbeda keyakinan? Terus kenapa tetap menjalin hubungan? Apa kamu mau mengambil dia dari Tuhan-Nya? Se amin tapi tak se iman, ish … ish ... ish ... seharusnya kamu tidak boleh seperti itu.”
Bibir mungil itu terus bergerak maju mundur, kadang ke kanan dan ke kiri. Regan terkekeh pelan melihat pergerakan bibir istrinya. Dia selalu merasa terhibur dengan segala celotehan yang keluar dari bibir itu.
“Kamu kok gemesin banget sih, Sweetheart. Jadi pengen gigit.”
Regan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher sang istri. Mendaratkan kecupan-kecupan kecil di leher istrinya dengan sesekali menggigitnya, karena saking gemesnya.
“Mas … jangan digigit kaya gitu, sakit tahu!” kesal Clara dengan tangan yang berusaha menjauhkan kepala suaminya.
“Salah sendiri, kenapa kamu cantik, lucu dan gemesin kaya gini. Beruntung nya aku memiliki kamu. Jadi gak tahan ingin macam-macam.”
“Tuh, ‘kan udah mulai mesum. Dasar om tua tukang mesum!”
“Oh ya? Sini adek, om tunjukkan tindakan orang mesum itu seperti apa saja,” Tangan Regan bergerak menarik pinggang istrinya agar semakin merapat dengan tubuhnya.
Sinar rembulan yang memancarkan cahayanya ke bumi, menjadi saksi pergulatan dua insan yang berada di dalam kamar dengan cahaya lampu yang terlihat remang-remang.
*
*
Pagi ini mereka melakukan aktivitas seperti biasa. Sarapan dan bersiap untuk pergi bekerja. Tak lupa dengan Regan yang selalu siap menjadi supir pribadi untuk sang pujaan hati.
Sesampainya di butik, Clara tetap menerima pelajaran dari Rea. Berkat kecerdasan yang dimiliki nya membuat proses pembelajaran yang sudah berjalan beberapa minggu ini tidak sia-sia. Dia sudah begitu mahir dengan seluk beluk operasional butik yang dikelola ibu mertuanya.
“Kamu sungguh menantu idaman, Cla. Gak salah Regan menjadikanmu istrinya. Dalam waktu singkat saja, kamu sudah berhasil mempelajari semua hal yang aku sampaikan. Dua jempol gemuk untukmu.”
Rea menunjukkan dua ibu jari tangannya untuk memuji kehebatan Clara. Tingkah Rea yang begitu lucu itu membuat senyuman terbit di bibir mungil Clara. Tiba-tiba dia teringat dengan percakapannya dengan Regan.
“Boleh aku bertanya sesuatu, Mbk?” tanya Clara membuka obrolan dengan Rea.
Dia ingin melanjutkan mengumpulkan kepingan-kepingan informasi yang masih menjadi teka-teki. Perasaan dan pikirannya belum tenang jika masalah masa lalu suaminya belum benar-benar selesai. Pembicaraan dari hati ke hati dengan suaminya kala itu belum menjawab semua pertanyaan yang ada di benaknya.
“Tanya apa? Sepertinya penting banget.”
“Iya, ini sangat penting buatku, Mbk. Apa mbk Rea tahu penyebab meninggal nya kekasih mas Regan dulu?”
Mata Clara tidak lepas dari lawan bicaranya.
Manik mata Rea membalas tatapan penuh rasa penasaran yang dilayangkan lawan bicaranya.
“Kamu sudah tahu tentang itu? Yang aku tahu, dia meninggal, karena kecelakaan dan sampai sekarang kasus itu belum bisa terungkap siapa pelakunya. Soalnya ada orang yang sengaja menghilangkan barang buktinya,” jelas Rea.
“Berarti, ini kasus pembunuhan berencana, dong, Mbk? Kira-kira siapa pelakunya? Apakah orang yang tidak suka dengan hubungan mereka?” tanya Clara dengan berbagai praduga yang muncul di otak kecilnya.
Rea hanya mengedikkan bahunya, pertanda dia tidak tahu menahu tentang siapa pelaku sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments