Masalahnya, bekal yang dibawakan Clara berbentuk karakter wajah yang biasanya dibuat untuk bekal anak-anak.
"Kau pikir aku anak kecil, ha?" dengus Regan dengan kesal.
"Aku pria dewasa, kalau kau lupa? Aku tidak mau memakannya," tolak Regan mendorong kotak makannya.
"Hei, jangan buang-buang makanan. Mubazir itu gak baik," terang Clara. Tangannya menyodorkan kembali kotak makannya di depan Regan.
Dia memaksa Regan untuk memakan masakannya. Cukup lama acara mereka oper-operan kotak bekalnya, Clara memutuskan untuk menyuapi Regan saja.
"Buka mulutmu, tanpa penolakan!" perintah Clara.
Demi menghindari keributan, Regan menuruti perintah gadis itu. Suap demi suapan masuk ke dalam mulutnya.
'Jago masak juga dia. Gak rugi kalau dijadikan istri. Setidaknya, rasa makanan yang dibuatnya cocok dengan seleraku,' batin Regan memuji kemampuan memasak calon istrinya.
"Enak, 'kan? Kalau belum tau rasanya itu dicoba dulu, jangan langsung ditolak. Aku jamin kamu bakalan ketagihan, buktinya, sekali coba langsung habis. Bilang aja modus mau disuapin calon istri, iya, 'kan?" puas Clara setelah melihat kotak bekalnya habis.
Dia menyuapi Regan dengan posisi berdiri. Untungnya hari ini dia memakai sneakers, jadi kakinya tidak terlalu pegal.
"Iya, sering-seringlah bikin bekal dan manjakan lidah calon suamimu ini," goda Regan.
Kedua matanya menatap dalam ke arah bola mata Clara. Hanya Regan yang paham arti dari tatapan itu.
Jantung Clara berdebar kencang. Matanya fokus mengarah ke laki-laki yang ada di sampingnya ini. Kata calon suami yang tiba-tiba Regan lontarkan membuat hatinya sedikit bahagia. Ada secercah harapan, Regan sedikit membuka hatinya untuk menerima cintanya.
Tidak ingin mengganggu pekerjaan Regan. Clara izin pamit pulang.
*
*
Sebelum pulang ke rumah. Clara mampir ke cafe langganan dia saat masih kuliah. Sebenarnya, banyak kenangan yang telah dia lewati di cafe ini, tetapi, itu hanya masa lalu yang cukup dikenang dan disimpan saja tanpa harus mengulang.
Sudah lama dia tidak menikmati suasana seperti ini. Menghabiskan waktu sendiri ditemani vanilla latte, minuman favoritnya setiap datang ke sini.
Sambil menikmati pemandangan yang ada di luar cafe. Clara membuka HP nya guna mencari inspirasi untuk membuat desain. Dia suka membuat desain pakaian, walaupun suka memakai pakaian yang sederhana dan simple, bukan berarti dia tidak tahu tentang fashion.
Mengambil kuliah dengan jurusan fashion desain membuatnya tahu banyak tentang dunia fashion. Pengalamannya memenangkan berbagai lomba saat kuliah, membuatnya berkesempatan mendapatkan beasiswa kuliah di Paris.
Namun sayangnya, dia tidak mengambilnya, karena keluarganya tidak mengizinkan dia untuk pergi.
Sembari mengenang perjalanan hidupnya. Suara kursi yang bergesekan dengan lantai di depannya mengalihkan fokusnya dari Hp.
Kepalanya mendongak. Ternyata yang sedang duduk di depannya adalah Vira mantan sahabatnya.
"Belum move on?" tanya Vira melihat ke arah Clara.
"Tentu saja sudah. Menangisi manusia sampah seperti kalian hanya membuang-buang waktu," sinis Clara dengan punggung yang menyandar pada kursi dan tangan yang bersedekap di depan dada.
"Syukurlah, kalau kamu baik-baik saja, setidaknya, itu mengurangi rasa bersalahku padamu. Bye, Clar," sahut Vira.
Dia berdiri dan pergi meninggalkan Clara.
"Dasar aneh," cibir Clara.
*
*
Tanpa terasa hari pernikahan Regan dan Clara semakin dekat. Hari ini rencananya mereka ingin melakukan fitting baju pengantin di butik langganan mama Moa juga. Sayangnya, mama Moa tidak bisa mendampinginya.
Alhasil Clara dan Regan hanya pergi berdua. Regan menjemput Clara ke rumahnya, tidak mau ambil pusing kalau harus janjian dulu dan pergi masing-masing, menurutnya itu rumit.
Sepanjang perjalanan, hanya ada keheningan di dalam mobil. Tidak ada yang membuka suara untuk mencairkan suasana.
Setelah sampai di butik, Clara dan Regan memilih gaun sesuai dengan keinginan mereka.
Mata Clara tertuju pada gaun putih yang terpajang di manekin. Dia terpesona sejak pandangan pertama saat melihat gaun itu.
Dia menunjuk gaun itu dan meminta ke pegawai yang mendampinginya untuk membantunya mencoba gaun yang telah dia pilih.
"Nona sungguh cantik memakai gaun ini," puji pegawai wanita itu.
"Terima kasih," sahut Clara dengan tersipu malu.
"Sudah siap memperlihatkan kecantikan nona ke calon suami? Mari saya bantu."
Pegawai butik wanita itu menyibak selambu yang menutupi ruang ganti.
"Tuan, silahkan melihat kecantikan calon istri, Anda," pinta pegawai itu dengan sopan.
Regan mendongakkan kepalanya. Dia terkejut melihat gadis itu, aura nya benar-benar berbeda. Walaupun pada dasarnya dia sudah cantik, tetapi, saat memakai gaun pengantin itu, kecantikannya meningkat berkali-kali lipat.
"Cantik," kata itu meluncur begitu saja dari mulut Regan.
Jantung Clara berdegub kencang mendengar pertama kalinya Regan memuji dirinya.
Wajahnya merona malu, semburat merah di kedua pipinya menambah kesan manis di wajahnya.
'Aku yakin bisa mencintainya. Dia sungguh menggemaskan,' batin Regan memuji sekali lagi kecantikan Clara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments