Mendengar langkah kaki yang mendekati pintu toilet, Regan segera melangkah pergi. Dia sengaja menyusul Clara, takutnya terjadi sesuatu pada gadis itu, karena, sudah setengah jam lebih belum kembali dari toilet.
Demi menghindari omelan mamanya dia rela melakukan hal yang tidak penting itu.
Hal menariknya, dia mendengar percakapan Clara dan Fanny yang membuatnya sedikit tertarik. Dia tidak menyangka gadis ceria dan santai itu mempunyai sikap tegas jika sedang menghadapi lawannya. Tenang, tetapi, menekan.
Setelah kejadian di toilet itu, Regan mulai sedikit berkeinginan membuka hatinya untuk Clara. Mencoba menyembuhkan trauma di masa lalu dan memulai lagi mengenal cinta.
Regan sudah sampai duluan di tempatnya menunggu tadi. Dia duduk seolah-olah tidak terjadi apapun.
"Pangapunten, kula lami dhateng toiletipun." sesal Clara dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
Clara menggunakan bahasa jawanya buat melatih kemampuan bahasanya agar tidak lupa. Walaupun masih sedikit amburadul, dia lumayan bisa. Soalnya dia pernah tinggal di Yogyakarta bersama neneknya dari pihak Ibu.
'Gadis ini ngomong pakai bahasa apa, sih?' batin Regan dengan wajah cengo nya dan dahi yang mengkerut bingung, tetapi, dia gengsi kalau mengakui tidak mengetahui ucapan itu.
"Gak usah malu, berak itu hal manusiawi. Lagian, kotoran padat atau cair memang harus dibuang. Jadi, santai aja," sahut Regan dengan percaya diri.
"Ngawur, kamu ngomong apaan, sih? Aku, 'kan cuma bilang, maaf lama ke toiletnya. Kamu nya malah bahas soal kotoran padat dan cair. Emang lagi belajar IPA?" sewot Clara ketika mendengar jawaban Regan.
'Mampus,' batin Regan sambil menahan malu.
Telinga Regan memerah, menahan malu. Gengsinya terlalu tinggi untuk mengakui kesalahannya.
"Oh, aku tadi jawabnya cuma bercanda kok. Apa gak lucu?"
Regan menggaruk pelipisnya, dia merasa antara sadar dan tidak dengan apa yang dikatakannya, saking bingungnya.
"Garing. Mirip ikan asin dijemur. Sudahlah, ayo kita pulang. Di mana mama?"
Clara mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk mencari calon mama mertuanya.
"Udah pulang duluan, tadi katanya ada urusan mendadak," jawab Regan apa adanya.
"Lintah betina? Udah balik juga?" tanya Clara saat tak mendapati keberadaan Fanny.
"Gak tau dan gak peduli."
Regan berdiri dan berjalan keluar dari area toko perhiasan.
"Jalannya gak usah cepat-cepat, ini aku sambil lari-larian mengimbangi jalan kamu, Gan," gerutu Clara sepanjang melangkahkan kakinya mengejar Regan.
Regan berhenti tiba-tiba dan pada akhirnya dahi serta tubuh Clara menabrak punggung kokoh Regan.
"Hei, bisakan kalau berhenti itu pakai interupsi dulu? Kamu kira dahiku terbuat dari batu kalau kebentur gak sakit? Ini itu punggung apa pondasi beton? Keras amat," omel Clara.
Tangannya mengusap-usap dahinya yang terasa sakit.
"Harusnya kamu bangga punya calon suami badannya bagus. Bisa menyumbangkan bibit kecebong premium," jawab Regan dengan sedikit membahas topik yang didengarnya di toilet tadi.
'Ais, kenapa dia tahu soal kecebong premium? Apa dia mendengar percakapanku tadi? Aduh, mau di taruh di mana mukaku ini. Masa harus kutinggalkan di rumah,' batin Clara dengan menangkupkan kedua tangannya menutupi wajahnya yang sedang malu.
Regan yang melihat tingkah gadis itu hanya menyunggingkan senyumnya dan berbalik pergi meneruskan langkahnya.
*
*
Sesampainya di rumah, Clara bergegas menuju kamarnya, setelah menyapa kedua orang tuanya.
Clara mengguling-gulingkan badannya di kasur. Masih merasakan malu atas kejadian tadi. Memikirkan kebodohannya yang membahas soal kecebong premium didengar langsung sama pemilik pabriknya.
"Ya Allah, malunya aku. Pasti dia mikir aku cewek mesum. Nasib-nasib, belum mendapatkan cinta calon suami ditambah image cewek mesum. Apa tidak ada hal baik yang bisa kulakukan?" keluh Clara yang pikirannya sudah kusut seperti keadaan rambutnya sekarang.
"Astagfirullah, tetap positif thinking, Clar. Besok kamu harus usaha buat nyogok dia dan memberikan kesan yang baik. Semangat!
Kakinya turun dari ranjang dan hendak melangkah pergi ke kamar mandi. Sebelum masuk ke kamar mandi terdengar teriakan ibu negara.
"Clara, jangan tidur dulu. Cepat mandi dan sholat!" teriak ibunya dengan suara yang menggelegar merdu. Merusak dunia.
"Siap, komandan!" jawab Clara dengan suara yang dikeraskan, takutnya ibunya tidak mendengar.
Dia segera masuk ke kamar mandi dan menuntaskan kegiatannya.
*
*
Esok harinya, Clara mengunjungi kantor Regan dengan membawakan bekal makan siang. Ini semua ide dari calon mama mertuanya, setelah dia menceritakan tentang kejadian saat di toko perhiasan.
Dia baru pertama kali menginjakkan kaki di perusahaan Regan. Clara merasa takjub dengan perusahaan benefit ini. Langkah kakinya menuju ke bagian resepsionis untuk bertanya di mana ruangan Regan. Ternyata sulit sekali menemuinya, harus membuat janji dulu.
Saat dia melangkah ingin pergi. Devano yang kebetulan melihatnya. Berbaik hati mengantarkannya ke ruangan Regan yang ada di lantai paling atas.
Membuat tatapan karyawan Regan menjadi penasaran. Siapa sebenarnya dirinya.
Saat sampai di depan pintu ruangan Regan. Devano mempersilahkannya untuk masuk,tetapi, tidak bisa menemaninya, karena, dia masih ada urusan penting dengan bagian HRD.
Clara mengetuk pintu ruangan Regan. Ketika sudah ada izin dari pemilik ruangan, dia membuka pintu dan melangkah masuk.
Dia melihat Regan masih berkutat dengan pekerjaannya.
"Maaf mengganggu. Aku kesini cuma mau kasih kamu ini."
Clara menunjukkan bekal makanan yang dia bawa.
"Bawa kemari," perintah Regan meminta Clara membawa bekalnya ke depan mejanya.
Clara mendekat ke arah meja Regan lalu membuka bekal yang dibuatnya.
Regan kaget melihat bekal yang dibawakan Clara.
"Kenapa bentuknya begini?" tanya Regan dengan kening berkerut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments