Clara mengajak mantan sahabatnya itu untuk masuk ke dalam cafe, sekaligus makan siang bersama.
Setelah memesan makanan masing-masing, Clara menuntut penjelasan dari bibir Vira.
"Jelaskan!" perintah Clara.
Vira menarik nafasnya dengan kasar, dia merasa tertekan dan gusar. Dari dulu sampai sekarang aura gadis ceria dan easy going seperti Clara tidak bisa diremehkan ketika sedang serius. Hawa mengintimidasi yang dikeluarkannya bisa menusuk dan menekan lawannya secara bersamaan.
"A-aku gak tau harus memulai ceritanya darimana."
Kepala Vira menunduk takut dengan kedua tangan yang saling meremas. Keringat dingin mulai turun melewati pelipis wajahnya.
"Jangan mengulur waktuku. Ke mana perginya keberanianmu tadi, ha?" ucapnya dengan nada datar dan sorot mata memandang tajam ke arah lawan bicaranya.
"Ku harap, setelah ini kamu mau memaafkanku," lirih Vira ketika ingin mengawali ceritanya.
"Pasti kamu masih ingat, 'kan saat pertama kali kita bertemu waktu kuliah dulu? Tidak ada yang mau berteman denganku, saat mereka tau aku masuk kampus melalui jalur beasiswa. Mereka menjauhiku dan menghinaku. Aku selalu duduk di bangku paling belakang ketika mengikuti mata kuliah. Aku terasingkan dan tersisihkan. Hanya kamu yang mau mendekatiku dan berteman denganku. Hatiku merasa bahagia sekali saat itu."
Senyuman tipis terbit dari bibir Vira. Dia mengingat rasa bahagianya ketika Clara menghampirinya dan mau berteman dengannya.
"Lalu, kenapa berkhianat?" desak Clara.
"I-itu, karena, aku merasa iri dengan apa yang kamu miliki. Seakan-akan apa yang kamu inginkan selalu dengan mudah bisa didapatkan. Itu semua membuatku menyimpan rasa benci. Sampai-sampai membuatku nekat menggoda Dion, sehingga kita berpacaran di belakangmu. Sekarang aku bersyukur melakukan itu, setidaknya gadis cantik dan baik sepertimu tidak jatuh ke tangan pria brengsek modelan Dion."
Vira mendongakkan kepalanya. Matanya yang sembab menatap ke arah Clara.
"Maksudmu?" tanya Clara menuntut jawaban yang lebih rinci.
"Ternyata selama kita berpacaran, Dion juga menjalin kasih dengan orang lain. Suka main tangan dan sering mengajak untuk berhubungan badan. Beruntungnya, aku tidak masuk ke dalam rayuan dan iming-imingnya. Puncaknya, saat kamu tadi melihat pertengkaran kita. Dia tidak terima ketika aku memutuskannya. Entah apa lagi yang dia inginkan dariku," jawab Vira.
"Ciuman ganas, mungkin?" sinis Clara.
"Hmm, berciuman dengan pacar, itu adalah hal yang umum untuk dilakukan di jaman ini," kekeh Vira.
"Cih, gak semuanya melakukan itu. Selama berpacaran bibirku yang cantik ini masih tetap perawan," gerutu Clara.
Mereka berbincang selayaknya sahabat pada umumnya. Setelah mendengar penjelasan dari Vira. Clara berlapang dada memberikan maafnya. Lagi pula, berkat kejadian itu, dia bisa menikah dengan laki-laki yang jauh lebih baik daripada Dion.
Sebagai imbalan pemberian maaf. Clara meminta di traktir makan gratis.
Setelah itu, mereka berpisah dan Clara kembali ke butik, karena jam makan siangnya sudah berakhir.
*
*
Saat ini, Regan dan Clara sedang bersantai di sofa apartemen sambil menonton film. Melepas penatnya pekerjaan yang mereka jalani seharian ini.
"Mas, kamu tau gak?" tanya Clara dengan kepala yang berbaring cantik di paha sang suami.
"Gak tau," jawab Regan dengan singkat.
Tangannya tidak berhenti mengelus kepala istrinya. Pandangan matanya lurus ke arah Tv yang ada di depannya.
"Ish, makanya dengerin dulu kalau istrinya ngomong, jangan di potong-potong, kamu kira gaji bulanan yang banyak potongannya," dumel Clara dengan pengucapan kata yang begitu cepat.
Regan hanya diam mendengar omelan istrinya. Semakin di jawab, mulut istri mungilnya itu akan mengeluarkan kata-kata yang begitu panjang.
Clara menceritakan pertemuannya dengan Vira tadi siang. Dia juga mengungkapkan alasan awal mula perjodohan yang dilakukan kakek Ridwan dengan dirinya.
Sesekali Regan tertawa mendengar cerita istrinya itu. Ternyata pertemuan dengan sang kakek begitu unik. Pantas saja kakeknya langsung tertarik menjadikannya cucu menantu.
"Selama mengenalmu, ada hal yang mengganjal dalam hatiku. Kalau aku bertanya, apa kamu mau menjawabnya dengan jujur?" tanya Clara.
Dia memandang wajah tampan suaminya dari bawah. Sungguh sangat sempurna sekali suaminya ini. Kalimat pujian yang hanya diutarakan dalam hatinya saja.
"Tanya saja, akan aku jawab."
Kepalanya menatap ke bawah, alis matanya terangkat sebelah dan matanya memandang ke arah bola mata istrinya.
"Apa alasanmu membenci kata cinta?" tanya Clara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments