NovelToon NovelToon

CEO Kulkas Itu Suamiku

Bab 1 Diselingkuhi

"Sarapan dulu, Nak," panggil Ibu Clara ketika melihat sang anak sedang tergesa-gesa memakai sepatunya. 

"Aku sedang buru-buru, Ibu. Izinkan hari ini tidak sarapan, ya?" tanya Clara sambil merayu sang Ibu. 

"Duduk sekarang, Clara! Ayah tidak akan mengizinkan kamu pergi, jika kamu tidak mau sarapan dulu," perintah sang ayah dengan nada yang tegas di setiap kata-katanya. 

Suasana pagi seperti itu, sudah menjadi hal biasa bagi keluarga Clara. Orang tuanya selalu merasa khawatir, jika dia melewatkan atau lupa dengan jam makannya. 

Masih membekas di ingatan orang tua Clara, tentang kejadian satu tahun yang lalu. Sang putri terbaring lemah di ranjang rumah sakit, karena asam lambungnya yang naik. Menyisakan trauma yang begitu mendalam pada pasangan suami istri itu.

Clara Kharisma. Seorang gadis cantik berpenampilan sederhana, tetapi mempunyai senyuman yang membuat siapa saja terpesona. Putri dari bapak Arya Wardana dan ibu Rena Yulia. Mempunyai adik cowok bernama Sean Wardana.

*

*

Hari ini adalah hari pertamanya dia terjun ke lapangan kerja. Setelah dinyatakan lulus dengan nilai IPK yang memuaskan dan sebagai lulusan terbaik dari Universitas nya. Dia bertekad ingin bekerja di perusahaan yang bonafide. Demi kesejahteraan hidupnya, sekaligus mewujudkan cita-cita orang tuanya.

Satu hal yang dia lupakan. Bahwa mencari pekerjaan di zaman sekarang tidaklah mudah. Modal ijazah sarjana saja tidak cukup. Perlu orang dalam dan pengalaman kerja. Jangan lupakan, skill tetap nomor satu.

"Ayo, Kupi! Kita berangkat mencari sumber cuan." Tangannya menepuk pelan spidometer motor Scoopy kesayangannya dan  melesat pergi meninggalkan rumah. 

Sepanjang perjalanan, hatinya merasa bahagia, karena dia akan melamar pekerjaan bersama Dion-Kekasihnya. Seorang lelaki tampan dan manis yang sudah menjadi pujaan hatinya sejak memasuki bangku kuliah. 

Dia berharap bisa bekerja dalam satu perusahaan dengan sang kekasih. Supaya bisa saling bertemu saat ingin melepas rindu. 

Sebelum sampai di depan rumah Dion. Clara mendadak berhenti. Dia melihat sang sahabat dan kekasihnya sedang berciuman mesra di bawah pohon mangga depan rumah Dion. 

Seolah-olah mereka berdua adalah sepasang kekasih yang sedang melepas rindu dan memadu kasih.

"Sialan, dasar dua manusia beracun!" umpatnya dengan raut wajah yang memandang jijik ke arah mereka berdua. 

Tanpa berbasa-basi. Clara melajukan motornya dengan kencang menuju arah mereka berdua. Menekan klakson berkali-kali dan sengaja ingin menabrak dua manusia sampah itu.

"Hey, manusia brengsek gak tau diri!" umpat Clara penuh emosi. 

Napasnya memburu. "Benar-benar menjijikkan ya, kalian berdua. Berbuat mesum di depan rumah. Gak mampu sewa hotel?" ejek Clara saat sampai di depan mereka berdua. 

"Clara," sahut mereka berdua secara bersamaan, dengan wajah yang terlihat kaget. 

"Clara, please. Dengarkan penjelasan aku dulu, ya," pinta Dion dengan wajah paniknya. 

“Pasti kamu terkejut. Iya ‘kan, Clara?" kekeh Vira sambil tersenyum penuh kemenangan ke arah Clara. 

"Kita sudah berpacaran di belakangmu sejak satu tahun yang lalu. Apa kamu sama sekali tidak merasa curiga selama ini, ha?" tanya Vira dengan nada merendahkan. 

Mereka berdebat cukup lama. Beruntungnya, suasana sekitar dalam keadaan sepi. Sehingga, tidak ada orang yang melihat kejadian itu. 

Tidak ingin berlama-lama bersama Dion dan Vira. Clara memutuskan untuk segera menyelesaikan masalah mereka. 

Putus adalah jalan terbaik untuk hubungan yang toxic itu. Sebelum pergi meninggalkan mereka berdua. Dia belum merasa puas jika belum memberikan hadiah. Clara memberikan sebuah kenang-kenangan yang berkesan.

"Duk … rasakan itu, Brengsek!" Clara menendang barang keramat Dion sebagai cenderamata. 

Dion meringis menahan rasa sakit sambil memegang aset berharganya. Clara juga melayangkan tamparan keras ke pipi mulus mantan sahabatnya. 

Setelah membalaskan rasa sakit hatinya. Clara pergi meninggalkan rumah Dion yang telah memberikan kenangan buruk serta luka pengkhianatan di dalam hidupnya. 

*

*

Clara berhenti di sebuah taman dekat alun-alun kota Jakarta. Duduk termenung di salah satu bangku taman. 

Lelehan air mata tidak dapat ditahannya. Bohong, jika Clara tidak merasakan sakit di hatinya. Banyak kenangan yang sudah dia lewati bersama mantan sahabat dan mantan kekasihnya. 

Tidak semudah itu melupakan. Ikhlas membutuhkan waktu. Dan entah kapan waktu itu akan tiba. 

"Clara, semangat!" teriak Clara dengan mengangkat kedua tangannya ke udara. 

"Ya Allah, mau nikah aja deh rasanya biar ada yang menghidupi. Gak apa-apa deh kalau dapatnya om-om, yang penting ganteng dan kaya raya!” teriak Clara dengan suara keras tanpa mempedulikan pengunjung taman yang meliriknya aneh. 

"Kenapa sih, si Ubur-ubur itu malah selingkuh. Apa kurang nya aku coba? Mana sama sahabat aku sendiri lagi," lirih Clara meratapi nasibnya.

Tanpa disadari, sepasang mata sedang memandang Clara dengan menahan tawa. Dia merasa senang dan terhibur dengan tingkah absurd Clara.

"Sosok gadis yang unik. Cantik, sederhana, lucu dan bertingkah apa adanya," guman kakek Ridwan dengan tersenyum bahagia. 

Kakek Ridwan berjalan menghampiri Clara. Kemudian, duduk di sebelahnya. Clara terkejut dan melebarkan kedua bola matanya. 

'Ya Allah, aku tadi, 'kan mintanya om-om. Kenapa yang datang malah kakek-kakek? Walaupun masih tampan dan gagah. Aku tidak mau. Siapapun, tolong aku,' batin Clara. 

"Kenapa? Kamu kecewa yang datang bukan om-om?" kekeh kakek Ridwan sambil menahan tawanya. 

"Kakek kaya, lho. Masih tampan dan segar bugar juga. Mau menikah dengan kakek?" kata kakek Ridwan menggoda Clara. 

"Ha … ha … ha," Clara tertawa garing sambil menggaruk hidungnya. 

"Maaf, Kek. Saya carinya yang om-om," ucap Clara dengan menampilkan sederet gigi putihnya. 

“Benarkah? Kebetulan banget dong. Kalau begitu, menikah saja sama cucu kakek. Namanya Regan. Umurnya sekitar 30 tahunan dan masih jaka tulen. Pekerjaannya sebagai pengusaha. Kamu mau?," tawar kakek Ridwan mempromosikan cucunya. 

Clara mengibaskan tangan kanannya. “Saya cuma bercanda loh, Kek.”

Kakek Ridwan hanya tertawa ringan. “Oh iya, nama kakek-Ridwan. Nama kamu siapa, Nak?" tanya sang kakek. 

“Saya Clara, Kek," jawab Clara dengan tersenyum manis. Melupakan kesedihan yang sedang dialaminya.

Clara merasa nyaman berbincang dengan kakek Ridwan. Dia mencurahkan segala isi hatinya kepada sang kakek. Seperti orang yang sudah lama mengenal. 

Sang kakek juga menceritakan tentang siapa dirinya dan apa yang dilakukannya di taman sendirian. Tidak lain adalah mencarikan jodoh untuk sang cucu yang betah melajang. Siapa tahu ada yang berminat.

Akhirnya, obrolan itu berakhir. Mereka saling bertukar nomor kontak. Kakek Ridwan akan terus membujuk Clara agar mau menikah dengan cucunya. 

Setelah kakek Ridwan pergi. Clara masih duduk mematung di taman. Dia masih mencerna kejadian yang baru dialaminya. Apakah ini mimpi atau kenyataan. 

Ternyata, keluh kesahnya kepada Allah, dikabulkan saat itu juga. Bukannya merasa bahagia, dia terlihat panik dan gugup. 

'Bagaimana bisa, aku baru saja berdoa dan Allah langsung menunjukkan solusinya?’ batin Clara.

"Ish … gimana kalau kakek tadi beneran serius?" ringis Clara dengan kedua tangan yang bergerak liar mengacak-acak rambut panjangnya. 

"Bisa-bisa digoreng ibu, kalau pulang-pulang bukannya membawa kabar diterima kerja malah membawa kabar mau ditawari jadi istrinya om-om," gerutu Clara dengan menggigit kukunya. 

"Gak taulah, coba dulu aja kali ya, semoga saja om nya ganteng dan seperti hot daddy. Bisa bahagia lahir dan batin nanti setelah menikah," racau Clara dengan melompat-lompat kecil meninggalkan area taman. 

*

*

Setelah sampai di rumah. Clara bergegas membersihkan diri. Dia mengumpulkan keberaniannya untuk bercerita tentang kejadian yang dialaminya di taman kota tadi.

Ketika malam sudah menjelang. Keluarga sederhana dan penuh kehangatan itu, selalu meluangkan waktu untuk bercengkrama membahas topik apa saja.

'Ini kesempatanku,' batin Clara. 

"Ayah, Ibu. Tadi sewaktu di taman. Aku ditawari untuk menikah dengan om-om, lho,” ucap Clara dengan melirik ayah dan ibunya. 

"Om-om berperut buncit?" tanya Sean dengan menaikkan sebelah alisnya. 

"Gak tau orangnya kaya apa. Orang yang menawari kakeknya,” jawab Clara.

"Berarti, kamu belum tahu orangnya, Nak?" tanya sang ayah dengan wajah tak percayanya. 

"Tidaklah, Ayah. Dengar namanya saja baru hari ini." Senyum Clara dengan wajah tanpa dosanya.

Ketiga anggota keluarganya tercengang saat mendengar jawaban Clara. “Yasudah, tolak saja. Lebih baik kamu fokus cari kerja saja.” Saran Ayah Clara sembari mengelus puncak kepala putrinya.

Meskipun dia mendengarkan saran ayahnya. Clara juga penasaran dengan wajah pria dewasa yang ingin dijodohkan dengannya. Kakeknya saja masih tampan di usia tuanya. Pastilah, cucunya yang usianya matang itu tambah ganteng dan menggoda.

Satu hal yang dirahasiakan Clara dari keluarganya. Mereka sama sekali tidak mengetahui tentang kehidupan asmaranya, karena, selama berpacaran dengan Dion. Clara benar-benar menyembunyikan hal itu. 

Bab 2 Pertemuan pertama

Lain halnya dengan Regan dan kakek Ridwan. Mereka sedang berdebat serius. Suasana di antara mereka cukup menegangkan, karena, keputusan sepihak dari kakeknya yang ingin menjodohkan dia dengan seorang gadis asing yang baru ditemuinya. 

"Apa kakek bercanda? Kakek membuat keputusan sepenting itu, tanpa melibatkan, aku?" ucap Regan dengan intonasi rendah dan tajam. 

"Bukannya kakek sudah memberikanmu waktu?" tanya kakek Ridwan dengan lirikan sinisnya. 

"Lihatlah, sampai sekarang pun, kamu belum membawakan menantu untuk kakek. Apa kamu menunggu kakek meninggal dulu?" desak kakek Ridwan dengan raut wajah dibuat se menyedihkan mungkin.  

Kalimat yang terucap dari bibir kakeknya, membuat hati Regan merasa takut. Dia mengira-ngira, apa maksud dari perkataan kakeknya itu. Apa kakeknya mengidap penyakit serius? 

"Baik,” jawab Regan datar, lalu pergi meninggalkan kakeknya. 

Masih ada rasa kecewa yang bersarang di hatinya, tetapi, Regan berusaha untuk ikhlas. Demi kebahagiaan orang yang telah merawatnya sedari kecil, karena kesibukan orang tuanya yang sering meninggalkan dia untuk kepentingan bisnis.  

*

*

Tak terasa, hari pertemuan pertama mereka pun tiba. Ditemani sang kakek, Regan bersedia bertemu dengan gadis yang dijodohkan kakeknya. Walaupun, ada perasaan enggan dan tidak suka. Dia berusaha untuk menghargai keinginan kakeknya itu.

Kakek Ridwan membuat janji di salah satu restoran eksklusif yang terkenal di Jakarta, agar privasi mereka lebih terjaga dan bisa mengobrol dengan nyaman.

Regan dan kakeknya sampai terlebih dahulu di tempat pertemuan. Sekitar lima menit menunggu. Orang yang mereka nantikan akhirnya datang juga.

Clara berjalan anggun menuju meja kakek Ridwan dan cucunya. Memakai dress lengan panjang berwarna putih dengan motif floral menambah kesan manis penampilannya.

Jangan lupakan wajah putih dengan kedua pipi chubby itu. Membuat siapapun pasti ingin menggigitnya.

“Halo, Clara. Silahkan duduk,” sapa kakek Ridwan. Tangannya menunjukkan gesture mempersilahkan dan menunjuk tempat  di mana dia harus duduk.

“Halo juga, Kakek. Terima kasih.” Matanya melirik sekilas seorang pria yang duduk di sampingnya.

‘Pasti ini cucunya. Satu kata untuk dia. Ganteng,’ batin Clara memuji pria itu.

Sebelum mulai mengobrol, mereka memutuskan makan siang terlebih dahulu.Tidak ada yang membuka obrolan ketika sedang makan. Setelah makanan di piring mereka habis tidak tersisa. Kakek Ridwan membuka obrolan di antara mereka.

“Clara, sesuai dengan apa yang kakek bilang di taman waktu itu. Ini cucu kakek. Kenalkan, namanya Regan.”

Melihat tidak ada tanda-tanda Regan mengulurkan tangan tanda perkenalan. Clara berinisiatif terlebih dahulu mengulurkan tangannya dengan menyebut namanya.

“Clara,” ucap Clara memperkenalkan diri. Dengan sedikit intimidasi dari tatapan kakeknya. Regan membalas uluran tangan itu.

“Kakek berharap dari pertemuan ini, akan menerima kabar baik dari kalian. Bukan maksud kakek memaksa kalian untuk menikah. Akan tetapi alangkah baiknya memang segera.” Senyum penuh harapan tampak manis di bibir keriputnya.

Regan memutar bola matanya malas. Apa bedanya dari dua kalimat itu. Intinya tetap sama. Kakeknya ingin dia menerima gadis di sampingnya ini.

Dia melirik sekilas ke arah Clara. Ekor matanya menangkap sedikit ketertarikan setelah melihat wajah itu.

‘Wajahnya? Hmm … menarik,’ batin Regan.

Dia menerima perjodohan kakeknya dan bersedia untuk saling mengenal. Jika dirasa cocok. Regan juga setuju menikah dengan Clara.

Clara merasa kesulitan menentukan keputusan yang akan diambilnya. Akan tetapi, dia berpikir, tidak ada salahnya mencobanya terlebih dahulu, ‘kan?

Akhirnya mereka sepakat untuk menjalani perkenalan selama seminggu. Jika dalam waktu seminggu mereka sama-sama cocok. Kakek Ridwan memutuskan untuk segera melamarkan Clara untuk Regan.

*

*

Dalam jangka waktu satu minggu itu, tidak ada perkembangan yang signifikan dalam hubungan mereka. Lewat sebuah pesan. Regan hanya mengirimkan satu buah file tentang dirinya. Setelah itu, ketika Clara ingin memberikan hal yang sama. Pria itu menolaknya, dan bilang kalau tanpa itu semua dia sudah tahu semua hal tentang dirinya.

Clara sempat terkejut dengan apa yang dikatakan pria itu. Tetapi dia tidak ambil pusing dan membiarkannya saja. Setelah menjalani perkenalan selama seminggu, Clara dan Regan sama-sama setuju untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.

Regan dengan alasan itu pilihan kakeknya dan tidak mau ke depannya ada Clara dua dan seterusnya. Lain hal dengan Clara. Dia menerima Regan, karena memang menyukainya saat pertama kali bertemu. Ditambah Regan adalah pria yang menjanjikan.

Keputusannya ini, mereka sampaikan ke keluarga masing-masing. Memang agak sedikit sulit bagi Clara meyakinkan ayah dan ibunya.

Namun, berkat perbincangan virtual dengan Regan dan kakek Ridwan, membuat orang tuanya lega dan percaya. Walaupun, tidak bertatap muka secara langsung.

*

*

Devano masih merasa heran. Bagaimana mungkin? Seorang Regan Abisma Wijaya, penyandang manusia kutub yang dinginnya selangit, tiba-tiba akan melamar seorang gadis. 

Dekat dengan seorang wanita saja dia jarang melihatnya, kecuali, sahabat mereka sejak kuliah yang bernama Fanny, tetapi, tidak ada angin dan tidak ada hujan tiba-tiba mau menikahi seorang gadis. 

"Kamu gak goyang-goyang dulu kan, Bro? Atau, jangan bilang kalau wanita itu sudah melendung duluan?" tuduh Devano sambil berbisik di telinga Regan. 

"Jauhkan pikiran kotormu itu, Brengsek! Aku bukan tipe orang yang suka bermain wanita sepertimu," sarkas Regan dengan datar dan sinis. 

"Hei … aku tidak seburuk itu, ya! Aku itu sedang mencari wanita yang cocok, biar bisa bahagia di dunia dan akhirat. Aku bukan buaya, tetapi lelaki sholeh pejuang cinta." Narsis Devano dengan menepuk-nepuk dadanya bangga. 

"Eh, ngomong-ngomong kamu kenal dia di mana?" tanya Devano dengan wajah penasarannya. 

"Kakek yang menjodohkanku," jawab Regan datar. 

"What?" pekik Devano dengan suara keras, sehingga menyita perhatian kakek Ridwan beserta asistennya. Yang berada satu mobil dengannya. 

*

*

Sesampainya, di rumah berlantai dua dengan model minimalis. Mereka disambut dengan baik oleh keluarga Clara. Kedatangan mereka diterima dengan tangan terbuka. Meskipun, baru mengenalnya. 

Ayah dan Ibu Clara merasa aman dan tenang, jika anak perempuan satu-satunya mendapatkan calon suami seperti Regan. Lelaki tampan, mapan, baik, tegas dan berkharisma. Walaupun, sedikit senyum dan irit bicara. 

Sikapnya yang dinilai sopan. Menambah kepercayaan mereka untuk menikahkan putri berharganya dengan dirinya. 

Kakek Ridwan meminta pernikahan Clara dan cucunya diadakan tiga bulan lagi dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk lebih saling mengenal kepribadian masing-masin. Bagaimanapun, dia berharap cucunya menikah sekali seumur hidup.  

Untuk seluruh persiapannya akan dilakukan oleh pihak laki-laki. Jadi, mereka hanya diminta mempersiapkan diri saja. 

Di saat semuanya serius membicarakan persiapan pernikahan. Tanpa malu, Clara selalu mencuri pandang ke arah Regan. Matanya tampak berbinar-binar saat melihat calon suaminya yang begitu tampan. Apalagi, dia memang penyuka pria tampan. 

Bukan berarti dia gadis murahan. Hanya saja, hobinya yang menyukai oppa-oppa Korea membuat dia tidak bisa melewatkan pemandangan yang menyehatkan matanya. 

Tatapan matanya bertemu dengan mata elang milik Regan. 

'Gadis yang menarik,' batin Regan dengan tersenyum misterius. 

'Aduh, jantungku. Jangan malu-maluin. Please. Masa, masih segini aja udah baper. Jual mahal dikit, dong. Tapi, kalau modelannya begini, siapa yang gak tergoda,' batin Clara. 

Di sela perbincangan yang terus mengalir. Regan meminta izin untuk berbicara berdua dengan calon istrinya, dengan dalih untuk saling mengenal. Mereka berjalan bersama meninggalkan ruang keluarga menuju beranda samping rumah Clara. 

Mereka duduk saling berhadapan dengan meja sebagai pemisahnya. 

"Kamu harus tahu. Aku menerimamu hanya karena kemauan kakekku," tegas Regan dengan wajah datar dan sorot mata tajam menatap ke arah bola mata milik Clara. 

"Tidak masalah, jika kamu masih keberatan dengan pernikahan ini. Itu hal wajar, kita memang dua orang asing yang terlibat dalam pernikahan yang mendadak. Tapi, aku yakin, cepat atau lambat, kata cinta akan terucap dari bibir kita berdua. Lihat dan tunggu saja." Senyum manis tersungging dari bibir merahnya. 

"Cinta? Itu hanya perasaan yang membuat orang jadi lemah dan menderita," ucap Regan dengan senyum meremehkan. 

Obrolan mereka tidak berlangsung lama, karena, keluarga Regan harus pamit pulang.

Clara dan keluarganya mengantar kepergian keluarga Regan. Setelah mobil rombongan keluar melewati gerbang, mereka masuk ke dalam rumah, kecuali, Clara yang masih mematung di depan rumah. 

"Jangan meremehkan takdir, tuan muda Regan yang terhormat, aku bukan tipe wanita yang gampang menyerah. Ketika kamu sudah ditakdirkan menjadi milikku, akan kuusahakan mendapatkan cintamu dengan cara apapun," lirih Clara. 

"Jika lewat jalur halal, tetap tak bisa mendapatkan cintamu, akan ku usahakan lewat jalur haram. Astagfirullah," tawa Clara sembari masuk ke dalam rumah. 

Bab 3 PDKT dulu

Dalam jangka tiga bulan, Clara memanfaatkan dengan baik waktunya untuk lebih mengenal Regan, berbeda dengan Regan, dia masih tetap cuek dan dingin seperti biasanya. 

Ada rasa kecewa di hati Clara. Seolah, hanya dia yang antusias dengan pernikahan ini. Ya, memang begitulah kenyataannya. Bahkan Regan sudah menegaskan hal itu di awal pertemuan. 

Tidak mudah. Itulah bayangan Clara tentang keadaan pernikahan mereka ke depannya. 

Lagipula, dia tidak bisa mundur. Cinta pada pandangan pertama. Itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan situasinya sekarang. Ketika hati sudah memilih dia orangnya.Pantang baginya untuk mundur memperjuangkan cinta itu. 

*

*

Hari ini, Clara berkunjung ke mansion milik kakek Ridwan, karena, desakan calon mama mertuanya yang selalu memintanya untuk datang. 

Ini adalah pertemuan pertama mereka, karena, biasanya hanya berkomunikasi lewat handphone saja. 

Perjalanan kali ini, dia tidak mengendarai motor kesayangannya si Kupi, melainkan, memesan taksi online atas saran ibunda ratu. 

Membawa dua kotak kue berukuran sedang, berisi brownies buatannya sendiri. Dia selalu diajarkan sang ibu untuk tidak hanya membawa tangan kosong saat ingin berkunjung ke rumah seseorang. 

Didikan ibunya yang tegas soal adab yang diterimanya sejak kecil, sudah melekat di diri Clara, meskipun terkadang ada sikap bar-barnya yang muncul tiba-tiba, tetapi, saat berada di luar, Clara akan tetap berusaha mempertahankan sikap sopan santunnya. 

Taksi yang mengantarkannya sudah berhenti di halaman mansion. 

Clara turun dan matanya seketika berbinar saat melihat pemandangan di depannya. 

Bangunan yang begitu megah dengan halaman yang luas membuat mulutnya sulit untuk menutup. Ini adalah pertama kalinya dia berkunjung ke tempat yang luar biasa mewah seperti ini. Dulu momen seperti ini tidak pernah terlintas di pikirannya. 

Wajar saja, karena, Clara memang berasal dari kalangan kelas menengah. Ayahnya hanya karyawan biasa di sebuah perusahaan dan ibunya seorang guru seni di sekolah swasta yang tergolong favorit di daerahnya. 

Bangunan modelan seperti ini, hanya pernah dia lihat di google dan di drama-drama yang pernah dia tonton. 

Kaki kecilnya melangkah mendekat ke arah pintu utama mansion. Jari mungilnya menekan bel yang ada di sebelah kanan pintu. 

Terlihat wanita paruh baya berseragam pelayan membukakan pintu mansion dan mempersilahkan dia untuk menunggu di ruang tamu. 

Lagi-lagi dia tercengang dengan keindahan dekorasi di dalam mansion. Clara merasa insecure dengan calon suaminya. Dia tahu kalau Regan itu cucu orang kaya. Hanya saja, dia tidak menyangka kalau dia sekaya ini. 

'Pantas aja kelakuannya mirip dedemit. Lha, dari orok udah disiapkan harta warisan yang diibaratkan nenek moyang hidup lagi tidak akan habis-habis,' batin Clara. 

"Halo, Sayang. Udah lama datangnya? Maaf, tadi mama lagi buat kue di dapur," tanya mama Regan yang bernama Moa. 

"Belum lama, kok, Aunty. Oh iya, Aunty apa kabar?" tanya Clara

"Baik, Sayang. Kalau kamu apa kabar? Jangan panggil aunty, dong! Panggil mama aja, seperti Regan," jawab Moa sambil memegang kedua tangan Clara. 

"Baik, Aunty. E- eh, Ma?" jawab Clara dengan ragu-ragu. 

"Aduh, sampai lupa. Aku bawain mama brownies, ini buatan tangan aku sendiri, lho! Dicoba ya, semoga mama suka," ucap Clara dengan nada yang antusias sambil menyerahkan dua kotak kue yang dibawanya. 

"Terima kasih, Sayang. Wah, dari tampilannya aja udah keliatan enak. Pasti rasanya sangat lezat saat dimakan nanti." Tangan Mama Moa bergerak membuka salah satu kotak kue yang diberikan Clara. 

Setelah mengobrol santai, Moa mengajak Clara untuk berkeliling mansion, sambil menanti jam makan siang. Berhubung hari ini hari Minggu, semua anggota keluarga sedang berada di rumah, karena, sedang libur bekerja. 

Mansion yang begitu luas, membuat kaki Clara terasa pegal, setelah selesai room tour. 

Menjelang jam makan siang, mama Moa minta tolong pada Clara untuk memanggil Regan di kamarnya. Sebenarnya, ini kesempatan yang bagus untuk lebih dekat dengan Regan, tetapi, haruskah dia lancang masuk kamar laki-laki itu? 

Dia ingin sekali menolak permintaan mama Regan. Lagi-lagi desakan mama Moa tidak bisa ditolaknya. 

Dengan hati yang setengah tidak ikhlas. Clara berjalan menaiki tangga sesuai arahan mama Moa menuju kamar Regan. 

Sudah beberapa kali tangannya mengetuk pintu bercat abu-abu itu, namun pintunya tidak kunjung terbuka, dengan sedikit lancang, Clara berusaha membuka sendiri pintu itu yang untungnya tidak dikunci. 

Manly, itulah kesan pertama Clara saat memasuki kamar Regan. Dia melihat ke arah ranjang dan tidak menemukan Regan ada di sana. Pikirannya bertanya-tanya, kemana manusia kulkas itu pergi. 

Pandangannya mengarah ke pintu balkon kamar yang terbuka. Kakinya melangkah mendekati balkon, seketika itu, matanya menemukan laki-laki yang dia cari sedang tidur selonjoran di kursi. 

Tampan, kata itu terucap begitu saja dari bibir mungil Clara. Siapa pun yang melihatnya pasti akan mengatakan kata itu. Wajah yang begitu sempurna dengan garis rahang yang tegas, alis yang tebal, kulit putih dan yang paling menggoda adalah bibir merah nya. 

Jangan lupakan bentuk tubuhnya yang bak model profesional. Menyempurnakan ketampanan yang dimilikinya. 

Hanya satu yang membuatnya terheran. Apa sifat dinginnya juga bawaan lahir? 

Tanpa ragu, tangannya memegang lengan keras dan berotot milik Regan. Menggoyangnya secara perlahan, dengan suara merdu memanggil nama calon suaminya itu, tetapi yang di bangunkannya tidak ada tanda-tanda membuka mata. 

"Ish, ini orang lagi tidur, apa pingsan, sih? Udah di bangunin, tapi masih tetap merem aja itu mata," gerutu Clara dengan raut wajah yang mulai kesal. 

Kejahilan Clara muncul. Dia mengambil bunga ilalang kering di vas yang terletak di atas meja. Lalu, menggesekan bunga itu ke hidung Regan. Akhirnya Regan terbangun dengan bersin-bersin. 

Clara berusaha menahan tawanya, tetapi, sungguh sulit sekali, dengan wajah yang sudah memerah, menggelegar sudah tawa Clara. 

Tanpa disadari. Sepasang mata elang yang tajam sedang menatapnya. Mirip seperti predator yang akan memangsa buruannya. 

"Diam!" kata Regan dengan intonasi rendah dan menusuk. Tatapan tajamnya tidak lepas menatap ke arah Clara.

Tenggorokan Clara seperti tercekat. Ludahnya terasa sulit untuk ditelan. Tatapan orang di depannya seakan bisa membunuhnya saat ini juga. 

"Maaf, mama Moa memintaku untuk memanggilmu. Eh, kamu nya masih asyik tidur. Aku bangunin dengan cara halus gak bangun-bangun. Yaudah, aku bangunin pakai cara jail. Terbukti, 'kan? Sekarang kamu bangun. Ayo, turun!" cerocos Clara tanpa jeda dan melangkah pergi begitu saja meninggalkan Regan. 

"Dasar, Gadis gila!" umpat Regan dengan raut wajah kesal. Baru kali ini dia menemukan spesies orang aneh modelan begitu. 

Regan berdiri dan bergegas masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Setelah itu, dia turun untuk makan siang bersama keluarganya. 

Langkah kakinya berhenti di ujung tangga terakhir. Suara canda dan tawa terdengar di indera pendengarannya. Ada perasaan hangat di hatinya, ketika mendengar suara berisik itu. 

Rasa penasarannya yang membuncah, membawa langkah kakinya segera menuju ruang makan. 

Pemandangan yang ada di depannya membuat sisi beku di hatinya sedikit mencair.

"Inilah pemandangan yang kuimpikan," gumam Regan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!