Susana di meja makan itu menjadi hening sejenak. Kedatangan wanita cantik dengan dress tinggi selutut itu membuat sebagian penghuni meja makan menunjukkan raut tidak suka.
"Kok pada diam?" tanya wanita itu. Kedua tangannya bertengger manis di kedua bahu Regan.
Fanny Aurelia. Teman Regan dan Devano semasa kuliah.
"Singkirkan tanganmu!" sarkas Regan.
Fanny menyingkirkan tangannya dan tanpa izin duduk di kursi sebelah Regan. Kebetulan meja melingkar yang dipesan Moa cukup untuk menampung enam orang. Jadi, sekarang posisi duduk Regan berada di tengah-tengah antara Clara dan Fanny.
Moa menatap wanita itu dengan wajah tidak suka. Terkadang dia bingung dengan wanita ini. Wajahnya memang cantik, tetapi, perilakunya berubah-ubah seperti bunglon. Kadang bersikap sopan dan terkadang seperti saat ini, tanpa izin terlebih dahulu dengan lancang dia sudah ikut duduk.
Fanny iku memesan makanan dan sengaja ikut bergabung untuk menikmati makan siangnya. Alasannya hanya satu, yaitu ada Regan di sana.
Devano menelan ludahnya dengan kasar. Sedangkan Clara menatap wanita di samping calon suaminya dengan raut wajah biasa saja, namun tidak ada yang tahu dengan perasaannya yang sedikit tidak suka akan kedatangannya.
Fanny terus mengajak ngobrol Regan, meskipun ditanggapi dengan datar dan jawaban singkat. Tiba-tiba matanya melihat di mana ada satu orang yang tidak dikenalnya.
"Dia siapa?" tanya Fanny melihat ke arah Clara.
"Calon istriku," jawab Regan.
"Calon bini gue," jawab Devano.
Mereka saling bertatapan ketika menjawab pertanyaan Fanny secara bersamaan. Regan menunjukkan raut tidak sukanya dengan mata yang menyorot tajam. Devano menelan ludahnya kasar.
"Maksudnya, dia calon bininya Regan. Iya, itu yang benar," jelas Devano dengan wajah tertekan dan takut.
"Kok, kamu gak kasih tahu aku?" Fanny menoleh dan menatap Regan.
"Emang kamu siapa? Kita hanya rekan kerja," sahut Regan tegas.
Moa hanya tersenyum mengejek ke arah Fanny. Merasa puas melihat ekspresi wajahnya yang kaget sekaligus terbesit kekecewaan. Dia tau kalau wanita itu menyukai Regan dan mengejarnya sejak masa kuliah dulu.
Acara makan siang berjalan lancar, meskipun, ada iklan kecil-kecilan yang sedikit mengganggu.
Setelah makan siang, Moa mengajak Regan sekalian memesan cincin untuk pernikahannya nanti, sedangkan Devano pamit kembali ke kantor, masih ada pekerjaan yang harus diselesaikannya.
Sayangnya, kegiatan belanjanya mereka sedikit terganggu. Ada satu lintah betina yang terus menempeli mereka.
*
*
Tiga puluh menit menempuh perjalanan, akhirnya, mereka sampai di toko perhiasan yang menjadi langganan mama Moa.
Berbagai perhiasan terpajang indah di etalase. Setiap deretan etalase memperlihatkan betapa mewah dan indahnya perhiasan-perhiasan itu.
Harga yang fantastis jelas harus dia bayar jika ingin membawanya pulang. Dia yang pada dasarnya menyukai sesuatu yang berbau keindahan menatap dengan mata yang berbinar-binar.
'Ini kalau dibandingkan toko emas langganan ibu di pasar gak ada se ujungnya pun. Kelas konglomerat mah beda,' batin Clara mengagumi deretan perhiasan yang dipajang.
"Pilihlah yang kamu suka!" kata Regan melihat gerak-gerik Clara sedari tadi.
"Jangan sungkan, Sayang. Pilih yang kamu mau. Kalau bisa harganya yang paling mahal, biar bantu mengurangi saldo rekening calon suamimu," ucap mama Moa memprovokasi calon menantunya itu.
"Apa aku juga boleh memilih?" tanya Fanny tiba-tiba dengan tubuh yang sedikit dia tempelkan ke tubuh Regan.
"Ck, pilih aja apa yang kamu suka, tapi, bayar sendiri! Jangan minta-minta! Masih mampu, 'kan?" sindir Moa ketika melihat tingkah wanita penggoda itu semakin berani.
Moa menarik tangan Fanny dan mengajaknya memilih berdua dengannya. Memberikan waktu Regan dan Clara berduaan.
"Tunjukkan perhiasan yang terbaik," perintah Regan ke pegawai pria yang melayani mereka.
"Wow, amazing, " decak Clara melihat dan membolak-balikan koleksi perhiasan di katalog.
'What? Astaga! Harganya mahal sekali. Seharga dua ginjal gue kalau di jual itu. Apa ini orang gak takut jatuh miskin kalau membelikan aku ini?' batin Clara melirik Regan dan katalog di tangannya secara bergantian.
"Huft, jangan lama-lama milihnya, aku capek ini. Sini, biar aku aja yang pilih," putus Regan serta menunjuk sepasang cincin berdesain simple, bertabur berlian kecil-kecil di sisi kanan dan kirinya dan di tengahnya ada satu berlian yang ukurannya sedang. Tampak elegan dan mewah, sungguh cocok di pakai di jari mungil dan lentik milik Clara. Sedangkan cincin untuk dia, desainnya lebih simple, ada satu berlian mungil di tengahnya dengan posisi agak menjorok ke dalam, sehingga tidak menonjol.
Regan juga meminta di dalamnya di ukir inisial huruf R & C.
Clara menatap takjub calon suaminya. Diam seperti batu, bergerak seperti suhu. Bisa-bisanya dia memperhatikan sedetail itu. Gimana hati Clara tidak tambah meleleh.
Setelah selesai memesan cincin. Sembari menunggu Fanny dan Moa selesai. Clara izin pergi ke toilet.
Fanny yang melihat Clara ke luar dari toko, kemudian, mengikutinya dari belakang setelah mendapat izin dari Moa dengan alasan ingin pergi ke toilet.
Fanny melihat Clara memasuki toilet dan dia menyusulnya. Fanny menunggu Clara di depan cermin yang ada di dalam toilet sembari merapikan dandanan make up nya.
Saat Clara berjalan ke luar dari bilik toilet, dia terkejut melihat ada Fanny di sana.
"Punya nyali juga kamu mendekati Regan. Kuperingatkan, ya, jauhi dia! Dia itu milikku," tekan Fanny pada Clara.
"Nyali? Tentu saja aku punya. Apa kamu gak melihat ? Dia cuek, tapi, masih memperlakukanku dengan baik. Coba bandingkan dengan dirimu. Bahkan dia tak memperdulikanmu," sahut Clara masih dengan nada dan sikap yang tenang.
"Ha … ha. Kamu bangga dengan sedikit perhatiannya? Percaya diri sekali kamu. Apa kamu juga bersal dari kalangan seperti kami? Jika, tidak, lebih baik kamu mundur dan jangan bersaing denganku. Kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan denganku," ledek Fanny tersenyum sinis.
"Hmm, tentu saja aku bangga dengan perhatiannya yang sedikit itu, karena, tak semua orang bisa mendapatkannya. Aku juga percaya diri bisa mendapatkan cintanya, aku calon istrinya kalau kamu lupa, walaupun tak berasal dari kalangan yang sederajat seperti kalian, dia lebih memilihku daripada kamu. Artinya, aku sudah dua langkah di atasmu. Lebih baik kamu sadar posisi mulai dari sekarang," jawab Clara dengan lugas dan tegas.
"Omong kosong! Buktikan kalau kamu bisa memiliki hati Regan," tantang Clara.
"Memiliki hati Regan? Haruskah aku membelah tubuhnya dan mengambil hatinya? Oh, tidak. Aku masih ingin memiliki suami tampan dan anak-anak berbibit unggul. Dia manusia langka dan menarik, aku masih butuh kecebongnya yang premium itu untuk mencetak anak-anak yang lucu. Jadi, kutolak tantanganmu. Bye." Clara berjalan pergi meninggalkan Fanny yang menggeram marah.
Tanpa di sadari di balik pintu toilet ada yang mendengar percakan mereka.
"Menarik," lirihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments