"Duduk sini Liam." Larissa menepuk kursi kosong di sebelahnya.
"Iya Mom." William mendekati kursi yang ditepuk oleh Larissa, kemudian mendudukinya.
Untuk pertama kalinya William akan makan di meja yang sama bersama orang-orang yang sebelumnya ialah majikannya.
Disana hanya ada Briana dan Larissa saja, sedang Reyhan pria paruh baya itu sudah kembali ke kantor setelah tadi selesai berbicara dengan William dan Briana.
"Bri, ambilkan makanan untuk Liam," titah Larissa pada Briana yang duduk di hadapannya.
"Tidak usah Mom, aku bisa ambil sendiri," ucap Liam yang melihat wajah Briana tak bersahabat.
"No Liam. Sekarang ini Briana istri kamu, jadi dia harus melayani kamu dengan baik termasuk dengan makananmu," ucap Larissa.
William tak menjawab, tapi ia kembali menatap Briana yang masih dengan wajah yang tak bersahabat.
"Bri, cepat layani suamimu," titah Larissa pada Briana tapi wanita itu tetap tidak bergerak.
"Bri," panggilnya dengan mata yang ia pelototkan.
Dengan terpaksa Briana bangkit dari duduknya, kemudian menghampiri William yang duduk di sebelah Larissa.
Tanpa bertanya ini dan itu Briana mengambil piring William kemudian ia isi dengan nasi dan lauk pauk yang terhidang di meja makan.
"Terima kasih," ucap William setelah Briana meletakkan kembali piring itu di hadapannya.
Briana tidak menyahuti, ia kembali ke tempat duduknya dan mulai menikmati makan siangnya.
Larissa yang melihat Briana masih mengacuhkan William hanya bisa menggelengkan kepala. Ia sudah memberi pengertian pada Briana tapi tetap saja putrinya itu masih bersikap seperti itu.
"Makan yang banyak Liam," titah Larissa.
"Iya Mom, ini aku habiskan makanannya," ucap William.
Setengah jam berlalu ketiga orang yang tengah menikmati makan siangnya akhirnya selesai.
"Kamu kapan akan mengurus KTP mu, Liam?" tanya Larissa memulai pembicaraan diantara mereka bertiga.
"Belum tahu Mom, aku masih betah disini dan belum ingin pulang kampung," ucap William.
"Oh, ya sudah tidak apa-apa. Yang penting kamu urus nanti KTP mu supaya pernikahan kalian bisa dilegalkan dengan cepat," titah Larissa.
"Iya Mom, akan aku usahakan," ucap William.
"Apa kamu sudah memberi tahu orang tuamu bila kamu di sini sudah menikah?" tanya Larissa.
"Belum Mom, aku tidak bisa menghubungi mereka karena aku tidak ingat nomor ponsel mereka," jawab William bohong.
Briana yang masih berada di meja makan mengangkat sebelah alisnya.
'Bukannya tadi malam dia bilang memang tidak ingin memberitahu orang tuanya ya, kenapa sekarang dia bilang pada Mommy karena tidak ingat nomor ponselnya,' batin Briana dengan mata menatap penuh selidik pada William.
"Ya ampun, Liam. Berarti selama sebulan ini kamu tidak pernah memberi kabar pada orang tuamu?" tanya Larissa lagi.
"Iya Mom, aku tidak pernah memberi kabar pada mereka," jawab William jujur.
Larissa menggelengkan kepala tidak bisa membayangkan bagaimana khawatirnya kedua orang tua William karena tidak mendapat kabar dari pria itu.
"Kalau begitu kamu harus segera pulang Liam, kedua orang tuamu pasti sangat mengkhawatirkanmu. Kamu bisa ajak Briana juga untuk pulang bersamamu," ucap Larissa.
"What!" pekik Briana membuat Larissa dan William sontak saja menatap kearahnya.
"Aku tidak mau ikut Liam pulang kampung," ucapnya kemudian.
"Loh, kenapa? Bukannya itu kesempatan untuk kamu bulan madu bersama Liam di kampung halamannya?" tanya Larissa.
Briana dan William saling pandang, tapi dengan cepat keduanya memalingkan wajah.
"Aku tidak mau bulan madu, Mommy. Kalau dia mau pulang kampung biarkan saja dia pulang sendiri, aku tidak mau ikut dengannya," ucap Briana.
"Tapi kamu juga harus mengenal kedua orang tua Liam, Bri. Orang tua Liam sekarang itu mertua kamu, mereka tentu saja ingin mengenal kamu sebagai menantunya," ucap Larissa memberi pengertian pada Briana.
"Mom, rumah Liam pasti jelek, kumuh, bau dan kotor. Aku tidak mau pergi ke sana," tolak Briana.
"Bri, rumah suamimu itu rumah mu juga, kamu tidak boleh berbicara seperti itu," tegur Larissa.
William sejak tadi hanya memperhatikan perdebatan Larissa dan juga Briana tanpa berniat menghentikan perdebatan itu.
"Pokoknya aku tidak mau ikut Liam pulang kampung." Briana bangkit dari duduknya kemudian pergi dari sana.
"Terserah mu lah Bri," ucap Larissa menatap kepergian Briana yang sedang menaiki anak tangga.
Larissa menolehkan wajahnya pada William yang masih duduk di tempatnya.
"Begitulah Briana, Nak, sulit sekali diaturnya. Semoga saja kamu bisa sabar menghadapinya ya," ucap Larissa pada William.
"Iya Mom, saya akan belajar sabar menghadapinya," ucap William.
"Ya sudah kamu istirahat sana mumpung Briana sedang cuti jadi kamu bisa istirahat," titah Larissa.
"Kalau begitu saya tinggal ya Mom," ucap William yang diangguki oleh Larissa.
William bangkit dari duduknya tapi bingung hendak pergi ke mana. Pergi kekamar Briana ia pasti akan bertengkar dengan wanita itu, tapi bila pergi ke teras belakang tidak ada yang ia lakukan disana.
"Dari pada pergi ke kamar dan bertengkar dengan Briana, lebih baik aku bengong sendiri diteras belakang."
Pada akhirnya William memilih pergi ke teras belakang dan menduduki salah satu kursi di sana.
Tidak ada yang dilakukan oleh William, pria itu hanya duduk diam sendiri sembari melihat halaman belakang rumah yang luas.
Halaman itulah di mana ia diseleksi dan diterima sebagai sopir Briana oleh Reyhan yang sekarang justru menjadi mertuanya.
Cukup lama William duduk diam disana hingga tidak terasa waktu menunjukkan pukul 04.00 sore dan hari sudah mulai teduh.
William menghampiri kolam renang yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk kemudian melompatkan diri ke dalam kolam renang tersebut.
Byuurr!
Suara William lompat ke dalam kolam renang bisa didengar oleh Briana yang baru saja bangun dari tidur siangnya.
Briana menyingkap gorden jendela kamar untuk melihat siapa yang melompat ke dalam kolam renang.
"Liam," gumam Briana saat melihat ternyata suaminya yang sedang berenang.
William berenang hanya menggunakan celana pendek tanpa baju atasan. Otot ditubuh Willam bisa Briana lihat dengan jelas membuat pria itu benar-benar terlihat gagah.
William berenang sangat lincah seolah ia ialah atlet renang sungguhan.
"Waah, jago juga dia renangnya," gumam Briana penuh takjub.
Tidak lama kemudian Briana melihat para pelayan menghampiri kolam renang untuk melihat William yang sedang berenang dan memberi semangat untuk suaminya.
"Apa-apaan sih para pelayan itu," kesal Briana tidak terima suaminya di semangati orang lain. Briana juga tidak terima otot ditubuh William dilihat orang lain.
Srekk!
Briana menutup kembali gorden jendela kamar, kemudian keluar dari dalam kamar untuk menghampiri kolam renang.
Ia akan membubarkan para pelayan yang sedang menonton suaminya berenang.
"Awas ya kalian, para pelayan genit," geram Briana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ririn Nursisminingsih
mkanya jg sombong kmu briana
2024-12-26
1
Sulaiman Efendy
MARAHHH NI YEE😂😂😂😂😂
2023-11-13
1
Sulaiman Efendy
MUJI SI WILL YG JAGO BRENANG, ATAU PUJI TUBUH WILL YG KEKAR ATLETIS DN PERUT YG SIXPACK ROTI SOBEK
2023-11-13
1