Briana tidak bisa mendorong keluar tubuh William karena pintu kamar lebih dulu ditutup dan dikunci oleh William.
"Kita harus bicara Nona," ucap William lagi.
"Sudah saya katakan, tidak ada yang perlu kita bicarakan," ucap Briana.
"Tidak bisa, Nona. Kita tetap harus bicara," ucap William.
"Kalau begitu cepat katakan, apa yang ingin kamu bicarakan," titah Briana kemudian menghempaskan bokongnya duduk di tepi ranjang.
"Bagaimana pernikahan kita kedepannya?" tanya William.
"Masih tanya lagi, tinggal kamu talak saya sekarang bereskan," jawab Briana dengan entengnya.
"Tidak bisa Nona. Apa anda tidak lihat tadi, kedua orang tua Nona sangat berharap pada pernikahan kita ini. Mereka pasti akan kecewa bila kita memilih membatalkan pernikahan kita dari pada melanjutkannya," ucap William.
Brina terdiam, mengingat kembali saat kedua orang tuanya meminta untuk melegalkan pernikahan mereka. Jelas terlihat bila Larissa dan Reyhan mengharapkan pernikahan itu.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan dengan pernikahan kita?" tanya Briana kemudian.
"Kita akan melegalkan pernikahan kita seperti apa kata Pak Reyhan," ucap William.
"Apa itu artinya kamu akan pulang kampung untuk mengurus KTP?" tanya Briana.
"Ya, saya akan pulang kampung tapi tidak sekarang atau waktu dekat-dekat ini," jawab William.
"Kenapa? Apa kamu tidak punya ongkos?" tanya Briana meremehkan.
William menggelengkan kepala.
"Lalu kenapa?" tanya Briana.
"Saya belum siap bila orang tua saya mengetahui pernikahan kita," jawab William jujur.
"Kalau begitu, kita rahasiakan saja pernikahan kita. Saya juga tidak mau orang-orang tahu bila saya dinikahi sopir sendiri," ucap Briana.
"Ya, itu lebih baik. Untuk sekarang saya minta anda tidak lagi menolak pernikahan kita," ucap William.
"Baiklah, saya tidak akan menolak lagi. Tapi ingat! Pernikahan kita ini tidak seperti pernikahan pada umumnya. Jangan pernah kamu meminta agar saya melayanimu," ucap Briana mengingatkan William.
"Iya Nona," ucap William setuju.
"Kalau begitu pergilah dari kamar saya," titah Briana.
William tak menjawab, tapi ia mengganggukan kepalanya dan pergi dari kamar Briana.
*
*
Di tempat berbeda, Julian tengah kerepotan karena menghandle dua perusahaan sekaligus. Dua perusahaan yang sama besar dengan bidang yang berbeda.
Julian terpaksa harus membawa semua pekerjaan kerumahnya dan mengerjakannya dirumah.
"Mah, apa tidak sebaiknya kita bujuk Willy pulang ya?" tanya Jullian pada istrinya.
"Jangan sekarang, Pah. Mamah takut bila kita mendatangi Willy dan membujuknya pulang, justru akan membuatnya pergi semakin jauh," ucap Irene.
"Tapi Mah, perusahaan Willy tidak ada yang menghandlenya. Papah tidak sanggup bila harus mengurus dua perusahaan sekaligus. Sudah cukup satu bulan Willy pergi dari rumah, jangan terlalu lama lagi dia pergi," ucap Julian.
"Tunggu sebentar lagi Pah. Mamah yakin dia akan pulang sendiri tanpa kita membujuknya," ucap Irene.
"Baiklah, Papah akan beri waktu satu bulan. Jika sampai bulan depan Willy tidak pulang juga, maka Papah tidak akan lagi membujuknya tapi Papah akan memaksanya pulang dan menikahkan dia saat itu juga," ucap Julian.
"Tapi Pah, kalau Willy menolak lagi bagaimana?" tanya Irene.
"Papah tidak menerima penolakannya, dan Papah akan tetap memaksanya menikah," ucap Julian.
"Papa akan memaksa Willy menikah, dengan siapa?Jangan sembarangan memilihkan calon istri untuk William, Pah, salah-salah anak kita tidak bahagia dengan pernikahannya," ucap Irene.
"Mamah jangan khawatir, Papah tidak akan sembarangan memilih calon istri untuk anak kita. Papah juga ingin anak kita bahagia," ucap Julian.
Irene terdiam dengan isi kepala memikirkan perkataan suaminya. Ia memang menginginkan William untuk segera menikah dan punya anak. Tapi bila caranya memaksa seperti yang Julian katakan, ia kurang setuju.
*
*
Setelah membujuk Briana agar mau menerima pernikahannya, William masuk kedalam kamarnya.
Hufftt.
Pria itu menghela nafas yang terasa berat di dadanya.
"Kenapa aku jadi terjebak pernikahan dengan wanita angkuh itu," gumam William dengan tangan memijit kepala yang terasa pening.
Ia tak menyangka bila dirinya menikah juga, padahal Ia selalu menghindari pernikahan karena ia tidak menginginkan untuk menikah.
Tidak lama kemudian pintu kamar William diketuk oleh seseorang.
"Iya Bi, ada apa?" tanya William setelah membukakan pintu.
"Saya diberi perintah oleh Bu Larissa untuk membawa semua pakaianmu kekamar Nona Briana," jawab pelayan itu.
Hahh?
William tercengang mendengar pelayan hendak memindahkan pakaiannya ke kamar Briana.
"Kenapa pakaian saya mau dipindahkan?" tanya William.
"Kata Bu Larissa, kamu dan Nona Briana sudah menikah, jadi saya diperintahkan untuk memindahkan semua pakaian milikmu," ucap pelayan itu.
"Ya, kami memang sudah menikah tapi kami akan tetap tidur di kamar masing-masing," ucap William.
"Tidak Liam, kamu dan Briana akan tidur di kamar yang sama," ucap Larissa yang berjalan menghampirinya.
"Tapi Bu-," ucap William terpotong karena Larissa lebih dulu bicara.
"Saya tidak mau menerima alasanmu untuk menolak," ucap Larissa kemudian mengalihkan pandangannya pada pelayan yang masih berdiri di depan pintu.
"Bi, pindahkan semua pakaian Liam kekamar Briana," titahnya kemudian.
"Baik Bu," ucap pelayan tersebut kemudian masuk ke dalam kamar Liam.
William hanya bisa pasrah melihat pelayan membereskan pakaian dan sedikit barang-barang miliknya.
Ia yakin Briana pasti akan memarahinya karena mereka akan tidur di kamar yang sama.
"Ayo ikut saya ke kamar Briana," ajak Larissa pada William.
Ia akan mengantar William kekamar putrinya dan menjelaskan pada Briana bila William akan tidur di kamar itu.
"Iya Bu," ucap William pasrah kemudian mengikuti Larissa yang sudah berjalan lebih dulu bersama pelayan yang membawa pakaian miliknya.
Tok tok tok
"Bri," panggil Larissa sembari mengetuk pintu kamar Briana.
"Sebentar," sahut Briana dari dalam kamar.
Briana baru saja selesai mengganti pakaian pernikahannya, dengan dress rumahan. Tadinya Briana akan pergi ke kantor tapi tidak jadi karena Reyhan memberikan cuti untuknya.
Ceklek.
"Iya Mom," ucap Briana setelah membuka pintu kamarnya.
Larissa menyerobot masuk ke dalam kamar Briana lali diikuti oleh pelayan yang membawa pakaian William.
Briana mengikuti Larissa yang sudah masuk ke dalam kamarnya, membiarkan pintu kamar terbuka karena masih ada William di depan pintu.
"Mulai sekarang Liam akan tidur di kamarmu," ucap Larissa.
"What!" pekik Briana terkejut.
"Aku tidak salah dengar kan, Mom. Mommy tadi bilang Liam akan tidur di kamarku?" tanya Briana kemudian.
"Tidak, kamu tidak salah dengar. Mulai sekarang Liam akan tidur di kamarmu," ucap Larissa mengulangi perkataannya tadi.
"Liam tidak boleh tidur di kamarku. Aku tidak mau sekamar dengan Liam!" Briana menolak keras.
"Kamu tidak bisa menolaknya karena Liam akan tetap tidur di kamarmu!" ucap Larissa tak kalah keras.
"Tapi Mom-."
"Cukup Bri! Mommy tidak menerima penolakanmu," ucap Larissa tegas.
"Bi, cepat masukkan pakaian William kelemari," titah Larissa pada pelayan.
Briana menatap nyalang pada William yang berada di depan pintu. Hidupnya benar-benar berubah setelah bertemu dengan William. Ia berjanji akan membuat William tidak betah berada di kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KLO BISA BUAT SAMA2 BUCIN..
2023-11-13
0
Sulaiman Efendy
UDH TAU KAYA, KNP PNY ANAK CUMA SATU, BNYAK2LH PNY ANAK, BIAR MASING2 BSA URUS USAHA KALIAN..
ANEH, TIAP CERITA NT, PSTI ORG2 KAYA ANAKNYA CMA SATU, ATAU DUA..
2023-11-13
1
Nenny Sihombing
thorrr buat bri jadi bucin will
2023-09-20
1