"Saya harap Nona Briana bersedia menerima Liam sebagai sopir anda," ucap Agung.
Briana tak mengherani perkataan Agung, ia kesal sekali pada pria yang terpilih menjadi sopirnya itu. Rasanya ia ingin mencakar lagi wajahnya agar pria itu tidak tampan lagi.
Agung kemudian pamit kembali ke ruangannya, meninggalkan Briana bersama dengan William di ruang itu.
Briana kembali ketempat duduknya untuk melanjutkan pekerjaan yang belum selesai.
Briana mengabaikan kehadiran William di ruangannya.
William sendiri bingung hendak mengerjakan apa karena Briana tidak memberi perintah padanya sehingga ia hanya melihat-lihat seisi ruangan disana.
William melihat foto wisuda Briana yang terpajang didinding ruangan itu.
Didalam foto itu Briana mengenakan baju kebaya modern sembari membawa buket bunga berwarna merah muda. Di sisi kanan dan kiri Briana ada kedua orang tuanya yang mengenakan pakaian couple.
"Ini foto wisuda kamu?" tanya William pada Briana yang sedang fokus pada layar laptopnya.
Briana melirik sekilas pada William yang bertanya padanya, lalu kembali fokus pada layar laptopnya.
"Aku rasa ini bukan foto wisuda mu. Mana mungkin Kucing Barbar bisa sekalem itu," gumam William tapi masih bisa didengar oleh Briana.
Briana menahan kesalnya, meski ia mendengar perkataan William tapi ia berusaha mengabaikannya.
Briana tahu sekali bila William sedang berusaha membuatnya bicara.
Karena tidak mendapat jawaban dari Briana, William melanjutkan melihat-lihat yang lainnya. Hingga ia melihat kotak P3K yang berada tak jauh dari rak buku diruangan itu.
"Tanggung jawab, obati luka diwajahku karena kuku tajammu itu," titah William tapi tidak diherani oleh Briana.
William mengalah, pria itu lalu mengambil kapas dan pembersih luka dikotak P3K, kemudian membersihkan sendiri luka diwajahnya sembari menghadap cermin yang ada disana.
Setelahnya, William mendekati rak buku yang terdapat ratusan buku berjejer disana.
William mengambil salah satu buku yang menarik perhatiannya, lalu membuka secara asal dan membacanya.
"Aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Kata orang cinta itu bisa mem-." William tidak bisa melanjutkan membacanya karena buku yang sedang ia baca direbut oleh pemiliknya.
"Lancang ya kamu, baca diary milikku!" Briana menatap tajam pada William di hadapannya.
Ya. Buku yang dibaca oleh William itu adalah buku diary milik Briana. Sejak tadi buku itu sangat menarik perhatiannya, sehingga William mengambil buku tersebut lalu membacanya.
"Ternyata kamu belum pernah jatuh cinta ya," ejek William.
"Bukan urusanmu!" Briana melengos meninggalkan William diruangan itu.
William mengikuti Briana dari belakang. Kemanapun Briana pergi William akan setia mendampingi wanita itu karena dirinya sopir sekaligus pengawal untuk Briana.
"Mau kemana Kucing Barbar?" tanya William yang masih mengikuti Briana dari belakang.
Briana terus berjalan sembari membawa buku diary miliknya. Ia berniat akan mencari makan malam karena sebentar lagi waktunya makan malam tiba.
"Kucing Bar-," perkataan William terpotong karena Briana lebih dulu bicara.
"Berhenti panggil aku kucing Barbar!"
Briana juga menghentikan langkah kakinya dan membalikkan tubuhnya menatap tajam pada William.
"Kamu pantas dipanggil Kucing Barbar. Lihat nih wajahku luka-luka karena cakaran dari kukumu." William menunjuk wajahnya yang terluka.
"Bukannya kamu itu sopir aku ya? Jadi ... Mulai sekarang panggil aku Nona Briana, jangan panggil aku Kucing Bar-bar lagi," titah Briana.
"Akhirnya kamu mengakui aku sopirmu juga," ucap William menaik turunkan sebelah alisnya.
Briana melengos dari hadapan William, dan berjalan lagi untuk menuju parkiran mobil.
Wanita itu melempar kunci mobil pada William yang dengan sigap langsung menerimanya.
"Bukakan pintu untukku," titah Briana.
"Siap, Nona Briana." William membukakan pintu mobil bagian tengah lalu mempersilahkan wanita angkuh itu masuk kedalam mobil tersebut.
Briana masuk ke dalam mobil, lalu memerintahkan William untuk menyupirinya menuju Restorant Cempaka.
Kini giliran William yang menahan kesal pada Briana karena memerintahkan dirinya esuka hati wanita itu.
Rupanya perintah Briana untuk menuju restoran Cempaka itu batal karena wanita itu ingin makan di restoran yang lain, yang letaknya berlawanan arah dari restoran Cempaka.
Bukan hanya itu saja setibanya direstoran itu, Briana memerintahkan William untuk menuju restoran yang lain lagi.
"Nona Briana sebenarnya ingin makan di mana?" tanya William yang sudah kesal pada Briana karena sejak tadi ia hanya mutar-mutar dijalanan.
Briana sengaja mengerjai William agar pria itu tidak betah menjadi sopirnya.
Ia juga sudah berencana akan mengerjai William yang lebih parah dari itu.
Merasa dirinya diabaikan oleh Briana, William akhirnya menghentikan mobilnya ditepi jalan.
"Kenapa berhenti?" tanya Briana mengalihkan pandangannya dari layar ponsel menatap pada William.
"Nona Briana sebenarnya ingin makan di mana?" tanya William mengulangi pertanyaan yang tadi.
"Bukannya saya sudah menyebutkan nama restorantnya?" tanya Briana.
"Iya, tapi ini restorant yang terakhir kita datangi kan," tanya William memastikan.
"Heem," jawab Briana hanya berdehem.
"Baiklah kalau begitu aku lanjutkan lagi perjalanan kita," ucap William.
William kemudian melajukan lagi mobilnya untuk menuju restoran yang ingin Briana datangi.
Tiba disana Briana langsung masuk ke dalam restoran tersebut meninggalkan William yang masih berada di mobilnya. Briana bahkan membuka sendiri pintu mobilnya tanpa nunggu William yang membukakan untuknya.
"Hufftt, syukurlah Kucing Barbar itu masuk ke dalam." William menatap Briana yang sedang masuk ke dalam restorant.
Setelah hampir 2 jam mutar-mutar di jalanan, William bisa bernafas lega karena Briana mau masuk kedalam restoran tersebut.
Sebelum turun dari mobil, William terlebih dahulu mengenakan masker yang tersedia di dalam mobil tersebut.
William khawatir bertemu seseorang yang mengenali dirinya didalam restorant tersebut. Ia tidak mau kembali pulang ke rumah orang tuanya ia masih menikmati hidup menjadi orang biasa.
Briana terheran melihat William masuk ke dalam restoran menggunakan masker, padahal sejak tadi pria itu sama sekali tidak menggunakannya.
William berdiri di sebelah Briana yang sedang menikmati makan malamnya seorang diri. Ia tidak mungkin ikut makan bersama Briana karena mereka tidak pantas makan dimeja yang sama.
"Bri," panggil seseorang yang menghampiri Briana.
"Tante Irene." Briana menolehkan wajahnya untuk melihat siapa yang memanggil dirinya.
Wanita itu juga bangkit dari duduknya dan menyalimi tangan wanita paruh baya itu.
William yang melihat ibunya ada didekatnya segera pamit pada Briana untuk pergi ke toilet dengan berbisik di telinga wanita itu.
Briana menganggukkan kepalanya membuat William bergegas pergi dari sana untuk menghindari ibunya.
"Duduk Tante," ucap Briana mempersilahkan Irene untuk duduk.
Irene menganggukkan kepalanya kemudian duduk di salah satu kursi yang ada disana.
"Kamu makan sendiri?" tanya Irene.
"Iya sendiri, Tante," jawab Briana.
"Yang tadi itu siapa?" tanya Irene menunjuk pada William yang sedang berjalan menuju toilet.
Briana mengikuti arah jari telunjuk Irene.
"Itu sopirku," ucapnya kemudian.
"Kok Tante seperti kenal ya," ucap Irene.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
ya iyalah kena wong anknya sendiri william yg kabuuuur dr rmh tdk Mau dijodihkan,,,,
2023-12-07
0
🌺awan's wife🌺
lah ,,,malah ketemu Mak nya willi
2023-12-04
0