Briana lebih dulu tiba di rumah. Wanita itu segera menuju dapur untuk mengambil air minum lalu meneguknya.
"Ahh! Segarnya," ucap Briana setelah meneguk satu gelas air minum.
Rasa haus yang sejak tadi ia rasakan hilang seketika setelah air minum itu mengalir ketenggorokannya.
Briana kemudian membuka ponsel miliknya, melihat ada pesan masuk dari sekretarisnya. Sekretaris itu mengingatkan bila pukul 10.00 pagi ia akan ada meeting bersama para manager di perusahaan Darwin properties.
Meeting itu ialah meeting pertama yang akan Briana lakukan setelah menjabat sebagai Direktur Utama.
"Aduh, pekerjaanku yang kemarin saja belum selesai." Briana menepuk keningnya.
"Kenapa Bri?" tanya Larissa baru saja tiba didapur untuk membantu pelayan menyiapkan sarapan.
Larissa melihat Briana menepuk kening dan bergumam sendiri sehingga ia menanyainya.
"Ini Mom, jam 10.00 pagi aku ada meeting dengan jajaran manajer Darwin Properties," jawab Briana memberitahu Larissa.
"Lalu apa masalahnya?" tanya Larissa menduduki kursi kosong disebelah Briana.
"Masalahnya, pekerjaan aku yang kemarin saja belum selesai, kalau aku nanti ikut meeting bisa-bisa pekerjaanku yang hari ini juga tidak selesai, dan itu akan menumpuk," ucap Briana.
"Kalau begitu tidak usah ikut meeting," sahut Larissa santai.
"Tidak bisa, Mom. Ini meeting pertama aku sebagai Direktur Utama, mana mungkin aku absen dari meeting itu," ucap Briana.
"Apa sesulit itu menjabat sebagai Direktur Utama?" tanya Larissa.
"Ya begitulah Mom, aku tidak bisa menjelaskannya," jawab Briana.
Larissa menganggukan kepalanya. Meski ia tidak pernah menjabat posisi itu, tapi ia cukup mengerti bila pekerjaan sebagai Direktur Utama tidaklah mudah.
"Ya sudah Mom, aku kekamar dulu." Briana bangkit dari duduknya, bergegas pergi menuju kamar tanpa menunggu jawaban dari Larissa.
Didalam kamar, Briana langsung masuk ke dalam kamar mandi lalu merendamkan tubuhnya dengan air hangat didalam bak mandi.
Sembari berendam Briana memijit kepalanya yang terasa pening.
"Masih pagi kepalaku sudah pusing begini sih," keluh Briana.
Di sisi lain William baru saja tiba dirumah Reyhan.
Pria itu masuk ke dalam rumah melalui pintu samping dimana para pekerja di rumah itu masuk kedalam rumah melalui pintu tersebut.
Letak kamar William tidak begitu jauh dari pintu samping rumah, sehingga pria itu langsung masuk ke dalam kamarnya.
Kamar itu tidak begitu luas, tapi sudah terdapat kamar mandi didalamnya.
William terlebih dahulu membasuh wajahnya yang semakin terasa perih karena luka bekas cakaran Briana terkena air dan sabun.
"Astaga, wajahku luka-luka seperti ini." William melihat wajahnya di depan cermin.
Bekas cakar itu terlihat merah dan kulitnya terkelupas. Ia harus segera mengobatinya agar tidak infeksi dan bekas lukanya cepat menghilang.
William bergegas membersihkan diri dibawah guyuran air shower, lalu setelahnya ia mengenakan seragam sopir berwarna hitam yang kemarin Agung berikan padanya.
"Cocok juga aku pakai baju ini," gumamnya.
Tak lupa juga William mengenakan lagi sepatu yang sudah bolong itu.
Setelahnya pria itu keluar dari dalam kamar berniat hendak mengobati luka di wajahnya.
William mendatangi dapur untuk bertanya letak kotak P3K pada pelayan, tapi ternyata di dapur itu bukan hanya ada pelayan saja melainkan juga ada Larissa yang sedang menyiapkan sarapan.
"Wajahmu kenapa Liam?" tanya Larissa yang melihat kehadiran William di dapur.
"Tidak apa-apa Bu," jawab William.
Larissa mendekati William yang masih berdiri ditempat, kemudian memperhatikan luka diwajah sopir putrinya itu.
"Itu sepertinya luka cakar," ucap Larissa.
"Ahh, Iya Bu. Ini saya di cakar kucing barbar," ucap William bertepatan dengan Briana yang tiba didapur setelah selesai bersiap.
"Apa kau bilang?" tanya Briana membuat William dan Larissa menoleh ke arahnya.
"Ini Bu, kucing barbarnya." William menunjuk Briana membuat wanita itu mendelikkan matanya.
Briana sontak saja mengangkat tangannya hendak mencakar lagi wajah William, tapi segera terhenti saat mendengar suara Reyhan yang menegurnya.
"Seharusnya kamu obati luka diwajah Liam, Bri. Bukan malah mau menambah luka lagi," ucap Reyhan.
Briana membuang muka, ia kesal pada Reyhan yang justru membela William, bukan dirinya.
"Jadi kucing barbar yang sudah melukai wajah Liam itu kamu, Bri?" tanya Larissa memastikan.
Briana tidak menyahuti. Wanita itu masih tetap membuang muka ke arah lain.
"Bri," panggil Larissa tapi Briana masih tidak menyahuti.
Larissa menggelengkan kepala, tak habis fikir pada sikap angkuh putrinya. Pernah terlintas di pikiran Larissa bila sikap angkuh putrinya itu menurun dari dirinya yang dulu.
"Sekarang kamu tanggung jawab, obati luka diwajah Liam," titah Larissa kemudian.
Briana terperangah mendapati dirinya diberi perintah seperti itu oleh Larissa.
"Tidak mau," sahut Briana cepat.
"Kamu yang sudah melukai wajah Liam, jadi kamu juga yang harus mengobatinya. Bagaimana bila luka di wajah Liam itu tidak bisa hilang, kan kasihan wajah tampannya tergores oleh bekas luka," ucap Larissa.
"Aku justru senang bila wajah dia buruk rupa," sahut Briana lagi.
"Bri!" tegur Larissa sedikit meninggikan suaranya.
"Sudah Bu, tidak apa-apa. Jangan paksa Nona Briana untuk mengobati luka di wajah saya. Saya bisa mengobati luka saya sendiri," ucap William.
Briana tersenyum sinis, ia justru beranggapan bila William sedang mencari muka didepan kedua orang tuanya.
Briana tidak tahu saja bila itulah sifat asli William yang senantiasa baik pada semua orang. Hanya pada Briana saja William menjadi pria menyebalkan, itu karena ia tidak menyukai sikap angkuh Briana.
"Kamu yakin bisa mengobati lukamu sendiri?" tanya Larissa.
"Yakin Bu. Dimana letak kotak P3K nya ya?" tanya William kemudian.
"Kotak P3K ada disana Liam." Larissa menunjuk pada kotak P3K di sebelah toilet tamu.
William mengikuti arah jari telunjuk Larissa, kemudiam menganggukkan kepalanya.
William menghampiri kotak P3K tersebut, lalu mengambil pembersih luka, kapas serta obat luka disana.
Pria itu kemudian mengobati luka di wajahnya sembari menatap cermin yang terletak tepat di sebelah kotak P3K tersebut.
"Nasib-nasib baru dua hari jadi sopir, aku sudah dua kali harus ngobati lukaku sendiri," gumamnya.
Briana diajak oleh Reyhan untuk segera menuju meja makan karena ia ingin berbicara serius pada putrinya yang angkuh itu.
Larissa mengikuti Briana dan Reyhan yang berjalan mendekat pada meja makan. Ia juga ingin berbicara serius pada Briana.
"Apa kamu melupakan pesan Daddy tadi malam?" tanya Reyhan menatap Briana dengan serius.
"Tidak Dad," jawab Briana.
"Kalau tidak lupa kenapa kamu masih saja tidak bisa menghargai orang lain?" tanya Reyhan.
"Orang lain yang Daddy maksud itu Liam kan. Aku tidak perlu menghargainya Dad, dia itu hanya sopir miskin yang menyebalkan. Aku tidak mau melakukannya," ucap Briana.
"Briana!" bentak Reyhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
briana jd wanita tdk ada kelam2nya sangat bar2 banget kesel william tdk perlu pake acara mencakar wajahnya,,,ayah reyhan nasehati putrinya hrs bs menghargai orglain....
2023-12-07
0
Sulaiman Efendy
LO GK TAU AZA KLO WILL LBH KAYA DRI LO DN KDUA ORTU LO...
2023-11-13
1
Sulaiman Efendy
MMG MNURUN DARI ELO, BKNYA DLU GK SUKA DIJODOHIN MA REYHAN.. LO MSH CINTA MA CWOK LO YG HNY POROTIN LO, HINGGA LO SMPAT DICULIK MANTAN LO..
2023-11-13
1